Denmark dan Islandia Sebut Vaksinasi Tidak Akan Capai Herd Immunity dan Tidak Realistis
Badan Penyakit Menular Denmark yakni Institut Serum Negara menegaskan bahwa dengan munculnya varian baru virus corona (Covid-19) B.1.617.2 (Delta)
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, COPENHAGEN - Badan Penyakit Menular Denmark yakni Institut Serum Negara menegaskan bahwa dengan munculnya varian baru virus corona (Covid-19) B.1.617.2 (Delta) yang lebih menular, membuat mereka tidak lagi percaya bahwa program vaksinasi dapat mencapai kekebalan komunal (herd immunity).
Mereka menilai Covid-19 dapat beredar selama beberapa tahun mendatang.
"Tidak realistis untuk mencapai kekebalan komunal, ini dipahami sebagai arti bahwa kita tidak akan melihat penyebaran infeksi sama sekali," kata Direktur Akademik SSI, Tyra Grove Krause.
Perlu diketahui, kekebalan komunal adalah adanya cukup banyak orang yang kebal terhadap infeksi dari suatu penyakit, sehingga angka reproduksi atau jumlah orang yang diinfeksi oleh setiap orang yang terinfeksi (tingkat-R) turun di bawah satu, tanpa dilakukannya tindakan anti-infeksi lainnya.
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (9/8/2021), sebelum munculnya varian yang lebih menular seperti Alpha dan Delta, prediksi menempatkan ambang batas untuk herd immunity berada pada angka antara 60 hingga 70 persen populasi.
Namun, dominasi yang berkembang dari varian Delta yang diketahui bisa menginfeksi orang yang divaksinasi, telah menantang kalkulus ini.
"Jika vaksin 100 persen efektif melawan varian yang sedang menyebar saat ini, dan kami memiliki cakupan vaksinasi 100 persen diantara mereka yang berusia 12 tahun ke atas, maka kami yakin bisa 'mencapai kekebalan komunal' yang sebenarnya terhadap varian Delta. Namun sayangnya ini bukan kenyataan, karena kami tidak bisa mencapai itu," tegas Krause.
Krause mengakui wabah Covid-19 masih akan berlanjut, namun ia menilai bahwa gelombang baru yang akan muncul tentu berbeda dari yang disaksikan di masa lalu karena adanya vaksinasi.
Baca juga: Varian Delta Mengancam Ekonomi AS, Kasusnya Melonjak Paling Tinggi dalam 6 Bulan Ini
"Kita masih akan melihat infeksi Covid-19, namun kita tidak akan melihat komplikasi serius sejauh yang telah kita lihat di masa lalu, karena vaksin akan melindungi kita dengan sangat baik dari penyakit serius. Kita akan memasuki periode di mana kita akan dapat mentolerir tingkat infeksi yang jauh lebih tinggi daripada yang kita lakukan sebelumnya, karena mereka yang terinfeksi tidak akan berubah kondisinya menjadi parah," jelas Krause.
Krause berpikir bahwa varian Delta juga tidak secara serius mengancam program vaksinasi, karena masih ada tingkat perlindungan yang tinggi terhadap penyakit yang ada.
"Hal ini sejalan dengan tujuan pemberian vaksin, mencegah penyakit serius, bukan menghilangkan virus, namun pertanyaan besarnya adalah berapa lama vaksin ini akan tetap efektif?,"kata Krause.
Sebelumnya, Kepala Ahli Epidemiologi Islandia Thórólfur Gudnason mencapai kesimpulan yang sama bahwa vaksinasi tidak mengarah pada harapan para ahli yakni mencapai herd immunity.
Dalam beberapa pekan terakhir, penyebaran varian Delta telah melampaui semua varian yang pernah muncul di Islandia.
Islandia merupakan salah satu negara yang tidak hanya memiliki populasi yang paling banyak divaksinasi di Eropa, namun juga memecahkan rekor infeksi dan memperjelas fakta bahwa orang yang divaksinasi dapat secara mudah tertular dan menyebarkannya juga.
Menurut Gudnason, setengah dari mereka yang dirawat di rumah sakit negara itu merupakan pasien yang telah divaksinasi.
Ia memperingatkan bahwa pandemi belum berakhir.
Untuk mengatasi masalah yang berkembang, Islandia pun kembali menerapkan aturan pembatasan sosial, setelah menghapus sistem itu pada awal musim panas ini.
Gudnason menilai bahwa hanya ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kekebalan komunal, yakni penyebaran infeksi itu sendiri dan vaksinasi.
"Pertanyaannya, apakah kita ingin menguji herd immunity dengan menerima penyakit ini dan bersantai saja?," tegas Gudnason.