Terancam Dikuasai Taliban Lagi, Ini Fakta Negara Afghanistan yang Sempat Diinvasi AS
Taliban makin melebarkan kekuasaan hingga kini telah menduduki 11 dari 34 ibu kota provinsi di Afghanistan.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Taliban makin melebarkan kekuasaan hingga kini telah menduduki 11 dari 34 ibu kota provinsi di Afghanistan.
Menurut laporan Al Jazeera, kelompok militan ini telah menguasai 65% wilayah setelah pasukan AS dan sekutu angkat kaki dari Afghanistan.
Presiden AS, Joe Biden memutuskan menarik pasukan asing dari Afghanistan setelah 20 tahun melakukan invasi pasca insiden 9/11 pada 2001 silam.
Baca juga: Pemerintah Afghanistan Tawari Taliban Pembagian Kekuasaan Asal Akhiri Perang
Baca juga: Pejabat AS: Taliban Bisa Kuasai Ibu Kota Afghanistan dalam 90 Hari
Lantas bagaimana kondisi Afghanistan sebenarnya? Berikut sejumlah fakta negara Asia Selatan ini.
1. Memiliki 34 Provinsi
Afganistan berpenduduk 38 juta jiwa dan sekitar 4,5 juta orang (12% populasi) tinggal di ibu kota negara, Kabul.
Provinsi besar lain diantaranya Herat (1,9 juta penduduk), Nangarhar (1,5 juta penduduk), Balkh (1,3 juta penduduk) dan Kandahar (1,2 juta penduduk).
2. Negara yang Padat
Afghanistan termasuk dalam 40 negara terpadat di dunia.
Dengan ukuran wilayah 652,860 km persegi, Afghanistan kira-kira seukuran negara bagian Texas di AS dan lebih dari dua kali ukuran Inggris.
3. Kekuasaan Taliban
Hanya dalam waktu seminggu, Taliban telah merebut 11 ibu kota provinsi dengan yang terbaru yakni Kota Herat.
Selain itu, Taliban telah menguasai sebagian besar wilayah pedesaan sejak melakukan serangan masif pada Mei lalu.
Rangkaian serangan tersebut terjadi saat AS dan sekutu mulai menarik pasukannya kembali.
Kelompok bersenjata ini dengan cepat mengambil alih wilayah penting, perbatasan, hingga ibu kota provinsi.
4. Perbatasan
Afghanistan adalah negeri yang bergunung-gunung.
Negara ini memiliki wilayah pegunungan paling banyak ke-8 di dunia, oleh karena itu sejumlah wilayah sulit diakses.
Sebagian besar wilayah juga kering dan pasokan air bersih terbatas.
Karena terkurung oleh daratan, Afghanistan sangat bergantung pada negara tetangga untuk jalur perdagangan dan pasokan.
Afghanistan mengandalkan pelabuhan di Pakistan untuk melakukan perdagangan internasional dan distribusi pasokan untuk pasukan NATO dan AS.
Afghanistan dan Pakistan berbagi perbatasan dan dua penyeberangan perbatasan operasional.
Salah satunya Spin Boldak, yang berada di bawah kendali Taliban sejak akhir Juli lalu.
5. Produsen Opium
Afghanistan adalah produsen opium terbesar di dunia.
Sebagian besar opium poppy, yang digunakan untuk memproduksi obat heroin, ditanam di wilayah barat daya negara itu.
Menurut survei opium terbaru yang dilakukan pada tahun 2020, 224.000 hektar lahan digunakan untuk menanam opium poppy di seluruh negeri.
Lebih dari setengah dari semua budidaya opium dibudidayakan di provinsi barat daya Helmand saja.
Menurut perkiraan PBB, sekitar 6.300 ton opium dengan nilai $350 juta, diproduksi pada tahun 2020.
6. Masalah Kemiskinan
Sebelum pandemi Covid-19 melanda, sekira 54,5% penduduk Afghanistan hidup di bawah garis kemiskinan.
Saat ini diperkirakan angka kemiskinan mencapai 72%.
7. Tingkat Melek Huruf Rendah
Negara yang dilanda perang berkepanjangan ini memiliki tingkat melek huruf termasuk terendah di dunia yakni sekitar 43%.
Lebih dari setengah dari semua pria di atas usia 15 tahun dapat membaca dan menulis.
Namun persentasi melek huruf bagi penduduk wanita lebih rendah lagi.
8. Pengungsi
Menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), setidaknya 389.645 orang, di mana 59% adalah anak-anak, kehilangan tempat tinggal di Afghanistan dari 1 Januari hingga 24 Juli 2021.
Tiga perempat dari warga yang terlantar ini berasal dari 10 dari 34 provinsi di Afghanistan.
Sementara itu menurut laporan terbaru UNHCR, jumlah total pengungsi asal Afghanistan yang ada di luar negeri secara global pada tahun 2020 mencapai 2,6 juta.
Baca juga: Taliban Makin Berkuasa, Inggris dan AS Kirim Tentara ke Afghanistan untuk Bantu Evakuasi Warga
Hampir 86% dari pengungsi yang terdaftar itu berada di tiga negara tetangga, dengan tambahan 12% tinggal di Eropa.
Belakangan ini, sejumlah negara Eropa seperti Jerman, Belanda, Prancis, Finlandia, Swedia dan Norwegia menghentikan sementara upaya deportasi pencari suaka Afghanistan.
Mereka nampaknya menyadari situasi keamanan di Afghanistan saat ini.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)