Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

TB Hasanuddin: Afghanistan Tak Seindah yang Dibayangkan

TB Hasanuddin menyatakan situasi terakhir di Afghanistan pascapengambilalihan oleh Taliban tak seindah yang dibayangkan semua orang. 

Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Choirul Arifin
zoom-in TB Hasanuddin: Afghanistan Tak Seindah yang Dibayangkan
TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO
TB Hasanuddin 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR RI Fraksi PDI Perjuangan TB Hasanuddin menyatakan situasi terakhir di Afghanistan pascapengambilalihan oleh Taliban tak seindah yang dibayangkan semua orang. 

"Mungkin perlu disampaikan dulu situasi terakhir di wilayah Afghanistan ini. Bahwa situasi di Afghanistan itu tidak seindah yang kita bayangkan, belum seindah yang kita bayangkan," ujarnya.

"Pertempuran itu masih terjadi di beberapa daerah, terutama wilayah-wilayah dimana pasukan Taliban belum seratus persen menguasai wilayah," ujar TB Hasanuddin, kepada KompasTV, Sabtu (21/8/2021).

Dia mengaku mendapatkan informasi hingga saat ini baru delapan kota besar saja, termasuk Kabul, yang sudah dikuasai Taliban

Terkini, pasukan Taliban disebutnya tengah memburu sejumlah kelompok dan individu yang pernah terafiliasi dengan NATO serta Amerika Serikat. 

Baca juga: JK Sebut Afghanistan di Bawah Kepemimpinan Taliban akan Berubah

"Saya dapat informasi, kalau tidak salah, delapan kota besar saja yang sudah dikuasai termasuk Kabul."

Berita Rekomendasi

"Kemudian juga kegiatan pasukan Taliban sekarang sedang melakukan perburuan terhadap kelompok-kelompok atau orang yang memang pernah bekerja dengan Amerika Serikat dan juga NATO," ungkapnya. 

Baca juga: Cara Taliban Mengejek AS, Publikasikan Foto Mirip Iwo Jima di Media Sosial

Kabar terbaru, TB Hasanuddin menyebut bekas komandan Islamic State of Iraq Syria (ISIS) Omar Khorasani telah dieksekusi mati, setelah sempat menjadi tahanan. 

Baca juga: Rusia: Taliban adalah Penguasa Sah, Tidak Ada Alternatif Selain Mereka di Afghanistan

"Informasi lainnya, Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh baru saja mendeklarasikan dirinya sebagai Presiden Afghanistan mengganti presiden yang lama Ashraf Gani, dan kemudian Amrullah Saleh ini menggandeng pasukan-pasukan anti Taliban dan tentu akan melakukan perlawanan yang signifikan," katanya. 

Dia menyebut komandan anti Taliban Ahmad Massoud, yang dianggapnya merupakan komandan tempur yang sangat signifikan, sedang melakukan persiapan. 

"Ini jaringannya dekat sekali dengan Amerika Serikat. Tidak mustahil mereka akan melakukan perlawanan yang signifikan. Sehingga disimpulkan situasi di Afghanistan itu belum seratus persen terkendali dengan baik oleh pasukan Taliban," imbuhnya. 

Sementara terkait evakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Afghanistan, TB Hasanuddin memastikan telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri terkait jumlah orang yang dijemput. Total diperkirakan ada 30-an orang, termasuk warga negara asing (WNA). 

"Sudah benar 26 orang itu adalah warga negara Indonesia, termasuk juga unsur-unsur KBRI, termasuk juga ada staf lokal yang juga dibawa kalau tidak salah dua orang. Jadi menurut hemat saya sudah terbawa seluruhnya," jelasnya. 

Namun, TB Hasanuddin meminta adanya evaluasi riwayat hidup dan pengecekan terkait apakah 26 WNI ini pernah turut serta bertempur di Afghanistan. Tugas ini menjadi ranah aparat intelijen dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). 

"Kalau ada warga negara Indonesia yang sudah pernah ikut bertempur dan kemudian sekarang kembali, sebaiknya diberikan penyadaran yang baik sebagai warga negara Indonesia yang baik dan membela negara kesatuan Republik Indonesia ini bersama-sama dengan rakyat yang lainnya," kata TB Hasanuddin

"Iya (nanti dibawah binaan BNPT). Kepala BNPT sudah membuat pernyataan dan masih ada korelasi antara ISIS, kemudian pasukan Taliban yang bertempur disana, dan bisa jadi ada sebagian WNI kita, bisa jadi (ikut serta)," imbuhnya. 

Dia mengharapkan pemerintah menyadari bahwa pemerintahan Afghanistan yang terbentuk nantinya bukanlah pemerintahan hasil sistem demokrasi melalui pemilihan yang sah. Melainkan melalui perebutan kekuasaan dengan menggunakan senjata. 

Karenanya kehati-hatian dalam bersikap, termasuk memberikan dukungan hingga pengakuan harus diutamakan. 

"Jadi harus hati-hati kita. Jangan terburu-buru mengakui atau mendukung pemerintahan ini, kita tunggu dulu. Kementerian Luar Negeri beserta BIN sudah melakukan upaya-upaya, menempatkan unsur tinggal disana untuk memonitor situasi, untuk nanti dijadikan sebagai landasan bagaimana sikap pemerintah ke depan, apa yang harus dilakukan," ujarnya. 

Dia memprediksi pertempuran di Afghanistan belumlah mencapai titik puncak. Pertempuran lebih besar menanti dan diharapkan pemerintah mewaspadai hal tersebut. 

"Ini kan masih ada pertempuran-pertempuran dan ke depan diprediksi akan ada pertempuran lebih besar lagi. Ingat ya Taliban ini menang bukan yang pertama kali. Pernah menang, pernah kalah, pasang surut dan sebagainya. Jadi ini bukan cerita akhir dari sebuah kemenangan. Ini perlu kita waspadai, jangan terburu-buru, prioritas evakuasi WNI sudah dilakukan, saya kira ini tindakan yang tepat," pungkasnya. (Tribunnetwork/Vincentius Jyestha) 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas