Iran Janji Mendukung Rakyat Afghanistan, Sebut AS Sumber Penderitaan
Iran berjanji akan mendukung rakyat Afghanistan dan menyebut hubungan antar negara bergantung dengan pendekatan pemerintah di Kabul.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Iran berjanji akan mendukung rakyat Afghanistan dan menyebut hubungan antar negara bergantung dengan pendekatan pemerintah di Kabul.
"Kami mendukung rakyat Afghanistan. Pemerintah datang dan pergi. Yang tersisa adalah bangsa Afghanistan," kata Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei pada Sabtu (28/8/2021) dalam pertemuan dengan Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Dilaporkan CTGN dari Tasnim, Khamenei menyebut Afghanistan adalah saudara bagi Iran.
Dia juga mengatakan bahwa Amerika Serikat merupakan sumber penderitaan bagi Afghanistan.
Baca juga: Detik-detik AS Resmi Keluar dari Afghanistan, Taliban Bersiap Ambil Alih Bandara Kabul
Baca juga: Kisah Mayor Penerbang Mulyo Hadi Evakuasi WNI dari Afghanistan: Antara Bangga dan Khawatir
Pemimpin tertinggi ini menilai situasi Afghanistan merupakan contoh bahwa AS adalah "serigala" dan "kadang bertindak sebagai rubah licik".
Dia menyoroti bom bunuh diri di luar bandara Kabul pada Kamis (26/8/2021).
Diketahui insiden itu menewaskan puluhan warga Afghanistan dan 13 personel militer AS.
"Masalah dan kesulitan ini adalah pekerjaan orang Amerika yang selama 20 tahun menduduki negara itu dan memberlakukan berbagai kekejaman kepada orang-orang," kata Khamenei.
"AS tidak mengambil satu langkah pun untuk kemajuan Afghanistan," tambahnya, dikutip dari Al Jazeera.
Kementerian Luar Negeri Iran awal pekan ini menyerukan pembentukan pemerintahan yang komprehensif di Afghanistan.
Juru bicara kementerian itu, Saeed Khatibzadeh mengatakan Iran mendorong semua pihak di Afghanistan untuk mengurangi perbedaan dan melakukan dialog bersama.
Khamenei juga mengatakan pemerintahan AS di bawah Presiden Joe Biden tidak berbeda "sama sekali" dari pemerintahan Trump sebelumnya.
Bicara tentang program nuklir Iran, Khamenei menyebut AS bertindak "tidak tahu malu" dengan menarik diri dari perjanjian pada 2015 lalu dan "berbicara seolah-olah Iran yang telah menarik diri darinya".
Sebelumnya, Biden pada Jumat mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Naftali Bennett bahwa AS berkomitmen "untuk memastikan Iran tidak pernah mengembangkan senjata nuklir".
Biden Ingatkan Risiko Serangan Baru
Presiden AS, Joe Biden memberi peringatan akan adanya serangan lain di bandara Kabul.
Presiden AS ini mengatakan bahwa kondisi Kabul selama hari terakhir evakuasi "sangat berbahaya".
Komandan militer pada Sabtu mengatakan kepada Biden bahwa serangan lain "sangat mungkin terjadi dalam 24-36 jam ke depan".
Departemen luar negeri telah mendesak semua warga AS untuk meninggalkan daerah dekat bandara karena "ancaman spesifik dan kredibel".
Sebelumnya terjadi bom bunuh diri yang diklaim oleh ISIS-K, terjadi di luar bandara Kabul pada Kamis lalu.
Sebagai pembalasan, AS mengirimkan pesawat tak berawak di Afghanistan timur pada Jumat malam.
Dua orang anggota ISIS-K diduga terbunuh dalam serangan itu.
Baca juga: 2 Hari Sebelum Bom di Kabul, Komandan ISIS-K Ungkap Sudah Menunggu Waktu untuk Menyerang
Baca juga: Turki Skeptis Taliban Bisa Amankan Bandara Kabul dan Jamin Keamanan Pasukannya
Menurut laporan BBC, keduanya disebut sebagai sosok profil tinggi di kelompok militan itu yang menjadi perencana serta fasilitator.
Namun belum jelas apakah keduanya terlibat langsung dalam rencana bom bunuh diri di bandara Kabul.
"Serangan ini bukan yang terakhir. Kami akan terus memburu siapa pun yang terlibat dalam serangan keji itu dan membuat mereka membayar," kata Biden dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Sabtu.
Taliban mengutuk serangan udara itu dan mengatakan AS harusnya berkonsultasi dengan mereka terlebih dahulu, kata seorang juru bicara kepada kantor berita Reuters.
Berita terkait Konflik di Afghanistan
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)