Pendiri Taliban Mullah Baradar akan Pimpin Pemerintahan Baru Afghanistan, Berikut Sosoknya
Pendiri Taliban Mullah Baradar akan menjadi pemimpin Afghanistan yang baru. Bagaimana sosoknya?
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Satu diantara pendiri Taliban, Mullah Baradar, akan memimpin pemerintahan Afghanistan yang baru.
Hal ini disampaikan sumber Taliban dengan syarat anonim pada Jumat (3/9/2021).
Dilansir India Today yang mengutip Reuters, Baradar yang mengepalai kantor politik Taliban akan bergabung dengan Mullah Mohammad Yaqoob, putra mendiang pendiri kelompok garis keras itu, dan Sher Mohammad Abbas Stanekzai, dalam posisi senior di pemerintahan, kata tiga sumber.
"Semua pemimpin puncak telah tiba di Kabul, di mana persiapan sedang dalam tahap akhir untuk mengumumkan pemerintahan baru," kata seorang pejabat Taliban.
Diketahui, aliban diperkirakan akan mengumumkan pemerintahan pada Jumat dengan rezim baru di bawah pengawasan internasional yang ketat.
Baca juga: Taliban akan Umumkan Pemerintahan di Bawah Rezim Baru usai Salat Jumat, Siapa Otoritas Tertingginya?
Baca juga: Sosok Hibatullah Akhundzada, Pemimpin Taliban yang Jadi Otoritas Tertinggi Afghanistan
Sebelumnya, Taliban telah berjanji untuk memerintah Afghanistan dengan toleransi lebih besar, terutama mengenai hak-hak perempuan.
Dua sumber Taliban mengatakan pada AFP pengumuman akan dilakukan selepas salat Jumat waktu setempat
Sementara Barat mengadopsi pendekatan kepada Taliban dengan cara menunggu-dan-melihat, ada beberapa tanda-tanda keterlibatan mereka dengan para pemimpin baru.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengatakan telah memulai kembali penerbangan kemanusiaan ke beberapa negara bagian itu, yang menghubungkan ibu kota Pakistan, Islamabad, dengan Mazar-i-Sharif di Afghanistan utara dan Kandahar di Selatan.
Seorang juru bicara Taliban, mencuit di Twitter pada Jumat pagi, bahwa Kementerian Luar Negeri China telah berjanji untuk tetap membuka kedutaan besarnya di Afghanistan dan "meningkatkan" hubungan serta bantuan kemanusiaan.
Western Union dan Moneygram juga menyampaikan mereka melanjutkan pengiriman uang, yang diandalkan oleh banyak orang di Afghanistan dari kerabat di luar negeri untuk bertahan hidup.
Kemudian, Qatar mengatakan sedang bekerja untuk membuka kembali bandara di Kabul - khusus jalur untuk menyalurkan bantuan.
Sementara itu, menteri luar negeri Inggris dan Italia, keduanya akan berkunjung ke Afghanistan dalam beberapa hari mendatang untuk membahas nasib para pengungsi yang masih berharap melarikan diri.
Taliban telah berjanji untuk lebih akomodatif daripada pemerintahan pertama mereka pada 1996 hingga 2001.
Rezim pertama Taliban terkenal dengan interpretasinya yang brutal dan kekerasan hukum Islam.
Baca juga: Siapa Pejuang Perlawanan Panjshir? Dipimpin Ahmad Massoud, Menolak Menyerah Meski Dikepung Taliban
Baca juga: Diburu Taliban hingga Disiksa, Polisi Wanita Afghanistan Gulafroz: Saya Tak Bisa Berbuat Apa-apa
Serta perlakuannya terhadap perempuan, yang dipaksa berada di rumah, dilarang sekolah dan bekerja, juga dibatasi kebebasan bergeraknya.
Pada Kamis (2/9/2021), Taliban mengonfirmasi pemimpin tertinggi kelompok itu, Hibatullah Akhundzada, akan menjadi otoritas tertinggi Afghanistan.
Sementara itu, akan ada presiden atau perdana menteri yang akan menjalankan Afghanistan di bawah otoritasnya.
Dikutip dari Al Arabiya, Taliban mengatakan diskusi tentang pembentukan pemerintahan baru telah selesai dan mereka akan segera membuat pengumuman.
"Konsultasi tentang pemerintahan baru hampir selesai dan diskusi tentang kabinet juga telah diadakan."
"Pemerintah (berdasarkan hukum) Islam akan kami umumkan," kata anggota komisi budaya Taliban, Anamullah Samangani.
Ia menambahkan, "Tidak ada keraguan tentang kehadiran Panglima Umat (Akhundzada) di pemerintahan."
"Ia akan menjadi pemimpin pemerintahan dan seharusnya tidak ada pertanyaan mengenai hal ini."
Sosok Mullah Baradar
Mullah Baradar merupakan satu dari empat orang yang mendirikan Taliban pada 1994.
Baca juga: Taliban Menyerang Kelompok Perlawanan di Lembah Panjshir Setelah Perundingan Gagal
Baca juga: Siapa Gulafroz? Wanita yang Dianggap Berbahaya & Dicari Taliban, Sempat Ditodong Senjata Tentara AS
Dilansir Hindustan Times, Baradar lahir pada 1968 di Provinsi Uruzgan.
Ia pernah bertempur melawan Soviet di tahun 1980-an saat tergabung dalam Mujahidin Afghanistan.
Pada 1989, setelah Soviet pergi dan Afghanistan dilanda perang saudara, Baradar mendirikan madrasah di Kandahar bersama Mullah Muhammad Omar.
Bermula dari situ, Baradar dan Omar kemudian mendirikan Taliban.
Mereka mulai berkuasa di tahun 1996.
Interpol menggambarkan Baradar sebagai wakil menteri pertahanan Taliban - peran ini diembannya sampai Taliban digulingkan pada 2001.
Wartawan BBC, Ilyas Khan, mengatakan Baradar juga dekat dengan dinas intelijen Pakistan, ISI.
Ia adalah satu di antara orang kepercayaan Omar, kata pejabat senior Afghanistan.
"Istrinya adalah saudara perempuan Mullah Omar. Ia mengendalikan uang."
"Ia melancarkan beberapa serangan paling mematikan terhadap pasukan keamanan kami," terang pejabat itu di tahun 2010.
Baca juga: Amerika Tinggalkan Pesawat dan Helikopter Rusak, Taliban Marah dan Merasa Dikhianati
Baca juga: Pemimpin Taliban Hibatullah Akhundzada Bakal Jadi Otoritas Tertinggi Afghanistan, Ini Profilnya
Baradar menjadi satu-satunya pemimpin Taliban yang secara pribadi ditunjuk sebagai wakil oleh Omar, sebelum Omar meninggal.
Ia jauh lebih banyak terlihat dibanding pemimpin tertinggi Taliban saat ini, Maulawi Hibatullah Akhunzada, yang diyakini bersembunyi di Pakistan.
Baradar ditangkap oleh otoritas Pakistan di Karachi pada 2010.
Ia kemudian ditahan di Pakistan.
Namun, pada 2018, atas permintaan Amerika Serikat (AS), Baradar dibebaskan dan dipindahkan ke Doha, Qatar.
Mengutip Times of Israel, dari situlah Baradar ditunjuk sebagai kepala kantor politik Taliban dan mengawasi penandatanganan perjanjian penarikan dengan AS.
Pada Februari 2020, ia hadir selama penandatanganan Perjanjian Doha, di mana AS akan menarik pasukannya.
Sebagai imbalannya, Taliban berjanji untuk tidak membiarkan ekstremis menggunakan Afghanistan sebagai pangkalan untuk menyerang AS atau sekutunya.
Pernah Datang ke Indonesia
Pada 2019 lalu, Baradar pernah datang ke Jakarta, Indonesia.
Kedatangan Baradar saat itu diumumkan oleh juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid.
Dilansir Tribunnews, kedatangan Baradar ke Jakarta dalam rangka menghadiri Konferensi Ulama dan Cendekiawan Muslim, di mana Indonesia menjadi tuan rumah.
Baradar saat itu disambut Jusuf Kalla yang masih menjabat sebagai Wakil Presiden, di rumah dinasnya.
Baca artikel terkait konflk di Afghanistan
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)