Kasus Covid-19 Naik, Singapura Terjebak di 'Hidup Berdampingan dengan Virus' atau 'Kembali ke Awal'
Kasus Covid-19 kembali melonjak, kini Singapura dihadapkan dengan pilihan "hidup berdampingan dengan virus" atau kembali ke strategi ketat
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Perjalanan bebas karantina dan dilonggarkannya jarak sosial adalah janji yang diberikan pemerintah Singapura kepada warganya untuk mempercepat vaksinasi, SCMP melaporkan.
Kini, 88 persen dari populasi negara yang memenuhi syarat telah divaksinasi penuh.
Selama hampir dua tahun, Singapura menutup perbatasannya dan memberlakukan pembatasan ketat.
Namun mulai Rabu (8/9/2021), penduduk Singapura yang divaksinasi penuh mendapatkan lampu hijau untuk melakukan perjalanan ke Jerman dan Brunei.
Mereka pun bisa kembali tanpa menjalani karantina.
Singapura juga akan menerima pelancong yang divaksinasi dari kedua negara itu dan memungkinkan mereka berkeliaran dengan bebas setelah tes Covid-19 negatif.
Langkah itu diharapkan dapat menjadi pembuka dimulainya kembali kegiatan ekonomi.
Baca juga: Singapura Sumbang 100.000 Vaksin Pfizer ke Johor Malaysia
Baca juga: Singapura Tawarkan Vaksin Booster kepada Lansia dan Orang dengan Gangguan Kekebalan
Namun, adanya lonjakan kasus membuat Singapura berada di tengah ketidakpastian atas rencananya untuk memperlakukan virus corona sebagai endemik dan dibuka kembali ekonomi secara progresif.
Setelah melaporkan 1.325 kasus domestik dalam seminggu terakhir, yang naik dari 723 minggu sebelumnya, Singapura pada hari Senin (6/9/2021) mengumumkan larangan pertemuan dan interaksi di tempat kerja.
Larangan itu akan efektif Rabu, yang mendesak orang untuk membatasi pertemuan sosial menjadi sekali sehari.
Pada hari Senin, pernyataan menteri keuangan Lawrence Wong memicu pertanyaan di media sosial tentang apakah tujuan untuk pembukaan kembali ekonomi di dalam negeri sekali lagi akan tertunda atau apakah penerapan kebijakan "hidup berdampingan dengan virus" sudah dekat.
Wong mengatakan pihak berwenang tetap mencoba memperlambat penularan tanpa memperketat pembatasan.
Tetapi ia tidak akan mengesampingkan kembalinya ke keadaan "peringatan tinggi" di mana makan di luar dilarang.
Lebih buruk lagi, diterapkannya lagi "pemutus sirkuit" seperti tahun lalu, di mana orang harus tetap di rumah kecuali untuk berbelanja atau berolahraga di luar ruangan.