Taliban Tembak Mati Kakak Mantan Wapres Afghanistan, Jasadnya Dikabarkan Dilarang Dikubur
Taliban dikabarkan telah mengeksekusi kakak dari mantan wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh.
Penulis: garudea prabawati
Editor: Daryono
TRIBUNNEWS.COM - Taliban dikabarkan telah mengeksekusi kakak dari mantan Wakil Presiden Afghanistan Amrullah Saleh.
Diketahui mantan Wakil Presiden Afghanistan yang menjadi salah satu pemimpin pasukan oposisi anti-Taliban di lembah Panjshir.
Kakak Saleh, Rohullah Azizi terbunuh beberapa hari setelah pasukan Taliban menguasai pusat provinsi Panjshir, provinsi terakhir yang bertahan melawan mereka.
Dikutip dari Reuters, informasi tersebut muncul dari sang keponakan.
"Mereka mengeksekusi paman saya," kata Ebadullah Saleh kepada Reuters melalui pesan teks.
Baca juga: Taliban Kibarkan Bendera di Istana Presiden saat Peringatan 20 Tahun Serangan 9/11
"Mereka membunuhnya kemarin dan tidak mengizinkan kami menguburkannya. Mereka terus mengatakan bahwa tubuhnya harus membusuk."
Akun bahasa Urdu dari layanan informasi Taliban Alemarah mengatakan, menurut laporan Rohullah Saleh atau Rohullah Azizi tewas dalam pertempuran di Panjshir.
Dikutip dari Sky News, Rohullah Azizi tewas setelah ditembak mati oleh Taliban.
Kronologinya saat itu Azizi, sedang bepergian di provinsi Panjshir Utara, bersama sang sopir.
Lantas mobilnya dihentikan oleh Taliban di sebuah pos pemeriksaan.
"Seperti yang kami dengar saat ini Taliban menembaknya dan sopirnya di pos pemeriksaan," kata Shuresh Saleh, keponakannya.
Azizi adalah seorang pejuang anti-Taliban dan keponakannya mengatakan tidak jelas ke mana dia pergi ketika Taliban menghentikannya.
Dia menambahkan telepon tidak berfungsi di daerah itu.
Diketahui, Amrullah Saleh memimpin pasukan yang melawan Taliban di Panjshir, yang merupakan provinsi terakhir di Afghanistan yang dikuasai oleh pejuang Taliban.
Video yang dibagikan secara online menunjukkan Taliban diduga menembaki pejuang anti-Taliban di Panjshir, yang telah ditangkap.
Kemiskinan
Sebuah laporan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) yang dirilis pada 11 September 2021 mengatakan Afghanistan tertatih-tatih di ambang "kemiskinan universal" yang bisa menjadi kenyataan tahun depan kecuali ada upaya untuk meningkatkan ekonomi.
Laporan UNDP menguraikan empat skenario yang memproyeksikan PDB Afghanistan akan menurun antara 3,6 % dan 13,2 % pada tahun fiskal berikutnya.
Itu sangat kontras dengan pertumbuhan 4 % yang diharapkan dalam PDB sebelum Taliban menguasai Kabul pada 15 Agustus 2021.
"Afghanistan cukup banyak menghadapi kemiskinan universal pada pertengahan tahun depan," kata Kanni Wignaraja, direktur UNDP Asia-Pasifik.
Saat ini, tingkat kemiskinan Afghanistan adalah 72 persen.
Taliban Larang Wanita Afghanistan Geluti Bidang Olahraga
Taliban mengeluarkan pernyataan soal larangan bagi wanita terjun ke dalam dunia olahraga.
Hal tersebut dikatakan oleh seorang pejabat Taliban.
Wakil Kepala Komisi Budaya Taliban, Ahmadullah Wasiq, mengatakan olahraga bagi wanita dianggap tidak pantas dan tidak perlu.
Dilansir dari The Guardian, Kamis (9/9/2021), pihaknya mengatakan termasuk satu di antaranya dalam olahraga kriket.
“Saya kira perempuan tidak boleh bermain kriket karena hal tersebut tidak harus bermain kriket,” kata Wasiq.
“Dalam kriket, mereka mungkin menghadapi situasi di mana wajah dan tubuh mereka tidak tertutup. Islam tidak mengizinkan wanita untuk dilihat seperti ini."
Baca juga: Bagaimana Nasib Umat Sikh dan Hindu Afganistan di Bawah Rezim Taliban?
“Ini adalah era media, dan akan ada foto dan video, dan kemudian orang-orang menontonnya. Islam dan Imarah Islam (Afghanistan) tidak mengizinkan wanita bermain kriket atau olahraga yang membuat mereka terekspos,” lanjutnya.
Pemerintahan Baru
Kini Taliban mendeklarasikan sebuah pemerintahan baru.
Pejabat perdana menteri baru Afghanistan, dalam sebuah wawancara eksklusif pun meminta mantan pejabat yang melarikan diri untuk kembali ke negara itu.
Bahkan Taliban mengatakan akan menjamin keamanan dan keselamatan mereka yang melarikan diri, dikutip dari Aljazeera.
Perdana Menteri Afghanistan, Mullah Mohammad Hasan Akhund juga mengatakan bahwa pemerintah sementara akan menjamin keamanan diplomat, kedutaan besar, dan lembaga bantuan kemanusiaan.
Dirinya menekankan bahwa Taliban ingin membangun hubungan yang positif dan kuat dengan negara-negara di kawasan dan sekitarnya.
Baca juga: Taliban Akui Puluhan Juta Warga Afghanistan Mulai Kelaparan, Minta Bantuan Negara Lain
Akhund, rekan dekat dan penasihat politik mendiang Mullah Omar, pendiri Taliban dan pemimpin tertinggi pertamanya, mengatakan para pemimpin gerakan itu menghadapi tanggung jawab dan ujian besar terhadap rakyat Afghanistan.
“Kami telah menderita kerugian besar dalam uang dan nyawa untuk momen bersejarah ini dalam sejarah Afghanistan,” tambah Akhund.
“Tahap pertumpahan darah, pembunuhan, dan penghinaan terhadap orang-orang di Afghanistan telah berakhir, dan kami telah membayar mahal untuk ini.”
Baca juga: China Hormati Pemerintahan Baru Afghanistan Bentukan Taliban
Akhund juga menegaskan kembali janji amnesti Taliban (pengampunan massal) bagi siapa saja yang telah bekerja bersama Amerika Serikat dan pemerintah yang didukungnya setelah invasi 2001.
“Oleh karena itu, saya meyakinkan bangsa Islam, khususnya rakyat Afghanistan, bahwa kami menginginkan semua kebaikan, penyebab kesuksesan dan kesejahteraan, dan kami berusaha untuk membangun sistem Islam,” tambahnya.
Dirinya juga meminta semua orang untuk berpartisipasi bersama dengan Taliban dalam hal ini.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati)