Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Intelijen AS: Afghanistan Bukan Ancaman Utama Teroris Internasional Bagi Amerika Serikat

Direktur Intelijen Nasional AS Avril Haines mengatakan Afghanistan bukanlah negara yang menjadi ancaman teroris internasional bagi Amerika Serikat

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Intelijen AS: Afghanistan Bukan Ancaman Utama Teroris Internasional  Bagi Amerika Serikat
Twitter @Rita_Katz
Pemimpin Al-Qaeda yang dirumorkan telah meninggal muncul dalam sebuah video yang dirilis untuk peringatan 20 tahun serangan 9/11. 

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON  - Direktur Intelijen Nasional Amerika Serikat, Avril Haines mengatakan Aghanistan bukanlah ancaman utama teroris internasional bagi AS.

Haines mengatakan, Afghanistan masuk dalam urutan bawah negara yang menjadi ancaman teroris internasional. Ancaman utama datang dari Yaman, Somalia, Suriah, dan Irak.

"Kami tidak memprioritaskan Afghanistan di daftar teratas," kata Avril Haines, dalam konferensi keamanan nasional di pinggiran Washington, Senin (13/9/2021).

"Apa yang kami lihat adalah Yaman dan Somalia, Suriah dan Irak. Di situlah kami melihat ancaman terbesar,” katanya.

Meski demikian, katanya, intelijen AS mengamati dengan serius kemungkinan munculnya kembali kelompok teroris di Afghanistan.

Baca juga: Siapa Avril Haines, Wanita Pertama yang Memimpin Badan Intelijen Nasional AS

Baca juga: Blinken Akan Stop Dukung Saudi di Yaman, Haines Janji Buka Rahasia Pembunuhan Khasoggi  

“Fokus utama badan intelijen AS adalah memantau kemungkinan rekonstruksi kelompok teroris di Afghanistan,” kata Avril Haines, seperti dilansir dari The Straits Times.

Ia mengakui bahwa pengumpulan intelijen di dalam negeri telah berkurang sejak penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan akhir bulan lalu.

Berita Rekomendasi

Avril Haines berbicara pada saat pemerintahan Biden dikritik Partai Republik dan Demokrat atas penarikan AS yang tergesa-gesa setelah Taliban berkuasa di negeri itu bulan lalu.

Salah satu Kritika utama adalah bahwa sekitar 100 orang warga Amerika dan ribuan sekutu Afghanistan dari pasukan AS dan asing tetap tertinggal di Afghanistan.

"Afghanistan sangat memilukan dan sangat pribadi bagi komunitas intelijen," katanya.

Baca juga: Australia Harus Tingkatkan Usaha Kontra Terorisme Dengan Indonesia Setelah Taliban Kuasai Afghanistan

Baca juga: Dokumen Rahasia 9/11 Dirilis FBI, Hubungan Teroris dan Arab Saudi yang Selama Ini Dicurigai Diungkap

"Koleksi intelijen kami berkurang dan itu adalah sesuatu yang harus kami persiapkan dan kami telah mempersiapkannya cukup lama,” ujarnya

Avril Haines juga menyoroti ancaman dari teroris domestik di konferensi tersebut, yang diselenggarakan oleh Intelijen dan Aliansi Keamanan Nasional dan kelompok nirlaba AFCEA.

"Ini adalah ancaman yang berkembang dan mengkhawatirkan," katanya.

Dia mengatakan peran utama badan intelijen dalam terorisme domestik adalah mendukung FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri.

Haines memaparkan prioritas utama untuk badan-badan intelijen termasuk melawan China.

Baca juga: Rumornya Sudah Meninggal, Pemimpin Al-Qaeda Muncul dalam Video Peringatan 20 Tahun Serangan 9/11

Baca juga: Kemlu: RI Perlu Pahami Hubungan Taliban dengan ISIS dan Al-Qaeda Sebelum Ambil Sikap

Selain itu juga masalah berinvestasi dalam teknologi baru dan yang sedang berkembang; mengembangkan keahlian dalam tren destabilisasi jangka panjang seperti perubahan iklim dan kesehatan masyarakat; dan membangun kemitraan dengan sektor swasta. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas