Presiden Biden Ajak Macron Segera Bahas Kesepakatan Kapal Selam Australia
Presiden AS Joe Biden dilaporkan meminta diadakan pembicaraan telepon dengan Presiden Emmanuel Macron terkait kesepakatan kapal selam dengan Australia
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM - Presiden AS Joe Biden dan Presiden Prancis Emmanuel Macron akan berbicara dalam waktu dekat terkait kesepakatan kapal selam nuklir Amerika Serikat baru-baru ini dengan Australia.
Juru Bicara Pemerintah Prancis, Gabriel Attal, Minggu (19/9/2021) mengatakan bahwa Biden telah meminta adanya pembicaraan telepon dengan Macron itu.
Kesepakatan tiga negara itu yang disebut Kepakatan AUKUS itu membuat Prancis kehilangan kontrak penyediaan teknologi kapal selam ke Australia senilai puluhan miliar dolar AS
"Yang dipertaruhkan dalam krisis ini adalah strategi (di Pasifik), yang lebih penting daripada pertimbangan komersial," kata Attal. "Ini yang akan kita bahas,” katanya.
Macron akan meminta "klarifikasi" kepada presiden AS setelah pengumuman pakta pertahanan AS-Australia-Inggris yang mendorong pembatalan kontrak besar Canberra untuk kapal Prancis diesel-listrik.
Baca juga: Merasa Dikhianati, Prancis Tarik Duta Besar di AS dan Australia Buntut Kesepakatan soal Kapal Selam
Baca juga: Prancis Merasa Ditikam Dari Belakang, Tuduh AS Gagalkan Kesepakatannya dengan Australia
"Kami ingin penjelasan," kata Attal. AS harus menjawab untuk "apa yang tampak seperti pelanggaran besar kepercayaan".
Amerika Serikat, Australia dan Inggris hari Rabu (15/9/2021) lalu mengumumkan pembentukan kemitraan keamanan trilateral yang dikenal sebagai AUKUS.
Inisiatif pertama adalah mengirimkan armada kapal selam bertenaga nuklir untuk Australia.
Perdana Menteri Australia Scott Morrison mengatakan kapal selam non-senjata nuklir itu akan dibangun di Adelaide, Australia, "bekerja sama erat dengan Inggris dan Amerika Serikat"
Prancis menanggapi pada hari Jumat (17/9/2021) dengan menarik pulang duta besarnya untuk Amerika Serikat Philippe Etienne dan Duta Besar untuk Australia Jean-Pierre Thébault.
Baca juga: China Geram dan Prancis Merasa Dikhianati dengan Aliansi Terbaru AS-Inggris-Australia
Baca juga: AS, Inggris, dan Australia Umumkan Aliansi Pertahanan Indo-Pasifik Baru
Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Yves Le Drian menilai kesepakatan tiga negeri itu sebagai tindakan yang tidak dapat diterima antara sekutu dan mitra.
Ia mengatakan Australia gagal memberikan informasi yang sepatutnya.
Morrison pada hari Minggu mengatakan dia telah membuat Prancis tahu akan kekhawatiran Australia dengan kesepakatan itu, meskipun hanya memberi tahu mereka tentang kesepakatan baru pada hari itu diumumkan.
“Saya pikir mereka sangat tahu bahwa kami memiliki kekhawatiran yang mendalam dan serius bahwa kemampuan yang diberikan oleh kapal selam Kelas Serang tidak akan memenuhi kepentingan strategis kami,” kata Morrison kepada wartawan.
"Ini adalah masalah yang saya angkat secara langsung beberapa bulan lalu dan kami terus membicarakan masalah itu, termasuk oleh menteri pertahanan dan lainnya,” katanya.
Baca juga: Armada Kapal Selam Nuklir Australia Untuk Antisipasi Konflik Dengan China, Apakah Negara Barat Siap?
Baca juga: Indonesia Prihatin dengan Rencana Australia Rancang Kapal Selam Tenaga Nuklir
Biden mengumumkan aliansi pertahanan Australia-AS-Inggris yang baru, yang secara luas dipandang bertujuan untuk melawan kebangkitan China.
Beijing menggambarkan aliansi baru itu sebagai ancaman sangat tidak bertanggung jawab, dan memperingatkan sekutu Barat bahwa mereka berisiko mempersulit diri sendiri.
Kesepakatan itu memperluas teknologi kapal selam nuklir Amerika ke Australia, serta pertahanan siber, kecerdasan buatan terapan, dan kemampuan bawah laut.
Menteri Urusan Eropa Prancis Clement Beaune telah mengisyaratkan bahwa pertikaian itu dapat memengaruhi peluang Australia untuk membuat kemajuan menuju pakta perdagangan dengan UE, yang merupakan mitra dagang terbesar ketiganya.
Bagi Amerika, pertikaian itu telah memicu keretakan atas aliansinya dengan Prancis dan menghancurkan harapan akan kebangkitan kembali hubungan yang cepat pasca-Trump.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price pada Sabtu lalu menekankan komitmen tak tergoyahkan AS untuk aliansinya dengan Prancis. (Tribunnews.com/UPI/CNA/Hasanah Samhudi)