Studi di Malaysia: Vaksin Sinovac Sangat Efektif Melawan Penyakit yang Serius
Hasil studi di Malaysia menunjukkan vaksin Covid-19 Sinovac sangat efektif melawan penyakit serius
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM, KUALA LUMPUR – Sebuah penelitian cukup besar di Malaysia menunjukkan vaksin Covid-19 Sinovac sangat efektif melawan penyakit yang serius.
Meski demikian, penelitian menemukan juga bahwa vaksin dari Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca menunjukkan tingkat perlindungan yang lebih baik.
Temuan ini memberi dorongan kepada perusahaan China, di mana vaksin Covid-19 buatannya mendapat sorotan terkait efektivitasnya menyusul laporan terjadinya infeksi di kalangan petugas kesehatan yang telah divaksinasi penuh Sinovac di Thailand dan Indonesia.
Surat kabar The Straits Times mengutip pejabat kesehatan, Kamis (23/9/2021) bahwa studi yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia menemukan bahwa 0,011 persen dari sekitar 7,2 juta penerima vaksin Sinovac memerlukan perawatan di unit perawatan intensif (ICU) untuk infeksi Covid-19.
Angka tersebut lebih besar dari 0,002 persen dari sekitar 6,5 juta penerima vaksin Pfizer-BioNTech yang membutuhkan perawatan ICU untuk infeksi Covid-19.
Baca juga: Vaksin Sinovac Tak Lagi Mendominasi di Indonesia, Oktober Nanti Beragam Jenis Vaksin akan Tiba
Baca juga: Studi di China Temukan Gabungan Vaksin CanSino dan SinoVac Lebih Efektif Tingkatkan Antibodi
Sementara 0,001 persen dari 744.958 penerima vaksin AstraZeneca membutuhkan perawatan serupa.
Penelitian dilakukan Institute for Clinical Research bersama gugus tugas Covid-19 nasional Malaysia.
Dr Kalaiarasu Peariasamy, Direktur di Institute for Clinical Research mengatakan, vaksinasi - terlepas dari mereknya - telah mengurangi risiko perawatan intensif sebesar 83 persen dan menurunkan risiko kematian sebesar 88 persen, berdasarkan penelitian yang lebih kecil yang melibatkan sekitar 1,26 juta orang.
"Tingkat perawatan intensif sangat rendah," katanya.
Ia menambahkan bahwa pasien yang masuk perawatan ICU secara keseluruhan di antara individu yang divaksinasi penuh mencapai 0,0066 persen.
Baca juga: Korea Utara Tolak Tawaran Vaksin Sinovac, Sebut Sebaiknya Diberikan ke Negara yang Lebih Membutuhkan
Baca juga: Menkes Sebut Booster Nakes Tak Harus Pakai Vaksin Moderna, Boleh dengan Sinovac
Tingkat kematian orang yang divaksinasi lengkap juga rendah, yaitu 0,01 persen, dan mayoritas dari mereka berusia di atas 60 tahun atau dengan penyakit penyerta.
Dr Kalaiarasu mengatakan hasil temuan dari tiga vaksin tersebut berbeda bisa jadi karena ada perbedaan demografi penerima ketiga vaksin itu.
Dikatakannya, mayoritas penerima AstraZeneca berada di usia pertengahan dewasa, sementara penerima Pfizer dan Sinovac mayoritas warga yang rentan.
Jumlah peserta penelitian yang mendapat vaksin AstraZeneca jauh lebih kecil.
Penelitian ini melibatkan sekitar 14,5 juta individu yang divaksinasi lengkap dan dilakukan selama lebih dari lima bulan sejak 1 April.
Baca juga: Efek Moderna Lebih Terasa dari Sinovac, Benarkah Terkait Efikasi Vaksin? Ini Penjelasan Pakar
Baca juga: Mengenal KIPI Vaksin Moderna yang Disebut Lebih Terasa daripada Sinovac
Pada bulan Juli, Malaysia mengatakan akan menghentikan pemberian vaksin Sinovac setelah persediaannya berakhir, karena memiliki cukup banyak vaksin lain untuk programnya.
Vaksin Sinovac telah digunakan secara luas di beberapa negara, termasuk China, Indonesia, Thailand, dan Brasil.
Perusahaan vaksin Sinovac awal bulan ini mengatakan telah memasok 1,8 miliar dosis di dalam dan luar negeri.
Malaysia telah memvaksinasi penuh 58,7 persen dari 32 juta penduduknya dan memberikan setidaknya satu dosis kepada 68,8 persen. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)