Penanganan Covid-19 oleh Pemerintah Arahnya Kurang Jelas, SDP Usulkan 8 Strategi Keluar dari Pandemi
Partai Demokrasi Singapura (SDP) sebut penanganan Covid-19 oleh pemerintah arahnya kurang jelas. SDP pun mengusulkan 8 strategi keluar dari pandemi.
Penulis: Rica Agustina
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Partai Demokrasi Singapura (The Singapore Democratic Party-SDP) mengomentari penanganan Covid-19 di negara itu.
Menurut SDP, penanganan Covid-19 oleh pemerintah telah diganggu dengan kurangnya koherensi dan arah yang jelas.
Untuk itu, SDP mengusulkan delapan strategi untuk keluar dari pandemi Covid-19 yang selama sepekan terakhir melonjak, Selasa (28/9/2021).
Strategi tersebut dibuat dengan harapan dapat memiliki pendekatan yang berbeda dalam hal pengujian (tes Covid-19), penerbitan laporan tentang klaster, dan penerapan batasan.
Adapun satu di antara strategi yang diusulkan SDP yaitu penghentian tes Covid-19 bagi orang yang sudah divakasinasi dan yang tidak menunjukkan gejala, dalam kasus di luar pelacakan kontak.
Baca juga: KSAL Tinjau Vaksinasi Covid-19 Untuk Persiapan PTM di Ponpes Kempek dan Buntet Cirebon
Dengan begitu sumber daya akan terkonsentrasi pada mereka yang paling membutuhkan pananganan, kata SDP.
"Ini akan membantu memastikan bahwa sumber daya terkonsentrasi pada mereka yang paling membutuhkan, seperti orang tua dan rentan yang benar-benar terinfeksi," kata SDP sebagaimana dilansir CNA.
Strategi tersebut disusun panel kesehatan partai oposisi, yang terdiri dari 10 anggota termasuk ahli penyakit menular Paul Tambyah, presiden Masyarakat Mikrobiologi dan Infeksi Klinis Asia Pasifik.
Anggota lainnya termasuk psikiater dr Ang Yong Guan, dokter umum dr Tan Lip Hong, dr Toh Beng Chye dan dr Leong Yan Hoi, serta ahli bedah umum dr Cheng Shin Chuen.
Lebih lanjut, saat ini warga Singapura dites Covid-19 ketika mereka mengunjungi dokter dengan gejala infeksi saluran pernapasan akut seperti flu, demam, dan batuk, terlepas dari status vaksinasi.
Baca juga: Kasus Covid-19 di AS dan Singapura Melonjak, Rumah Sakit Mulai Kewalahan Tangani Pasien
Kemudian, mereka yang dinyatakan positif Covid-19 harus melapor ke Klinik Kesiapsiagaan Kesehatan Masyarakat terdekat.
Di mana dokter umum akan memutuskan apakah mereka memerlukan rawat inap atau hanya dipantau, mirip dengan apa yang dilakukan dengan kondisi lain seperti infeksi saluran kemih atau keracunan makanan.
"Dokter harus diberi kompensasi yang sesuai untuk perawatan yang mereka berikan," kata SDP dalam rencananya, yang dipublikasikan di situs web partai.
Penanganan Covid-19 di Panti Jompo
Untuk meredakan ketegangan di rumah sakit, SDP menyarankan agar panti jompo menjaga pasien virus corona yang stabil di fasilitas mereka, tetapi dipisahkan dari mereka yang tidak terinfeksi.
Dokter akan memeriksa mereka untuk memutuskan kapan rawat inap diperlukan, kata panel tersebut.
SDP menambahkan bahwa pihak berwenang harus membuat hotline ambulans khusus untuk mereka yang telah dites positif atau diidentifikasi sebagai kontak sehingga mereka dapat dibawa ke rumah sakit dengan cepat jika pembacaan oksimeter nadi mereka menunjukkan bukti konsentrasi oksigen rendah.
Ini mirip dengan apa yang dilakukan selama periode Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS), kata SDP.
Pihak berwenang juga harus menerbitkan laporan rutin tentang tes positif dan semua klaster.
Seperti laporan klaster demam berdarah, sehingga masyarakat dapat mencari penanganan medis jika mereka mengalami gejala setelah mengunjungi daerah tersebut, kata SDP.
Selanjutnya, SDP juga mengusulkan intervensi "bertarget".
"Hilangkan penutupan dan pembatasan. Sebaliknya, terapkan intervensi yang ditargetkan seperti wabah keracunan makanan atau wabah penyakit tangan, kaki dan mulut di pusat penitipan anak," kata SDP.
Ini akan melibatkan penutupan bangunan fisik atau fasilitas di mana wabah terjadi.
SDP menambahkan kurangnya strategi yang jelas Singapura dalam menangani pandemi telah membuat sejumlah bisnis tidak dapat merencanakan ke depan.
Sifat reaktif dari pendekatan pemerintah dalam menangani wabah telah menyebabkan kebijakan stop-start, on-again, off-again yang berdampak buruk baik bagi pengusaha maupun karyawan, tambahnya.
Baca juga: Covid-19 Bikin Angka Pernikahan di Singapura Menurun
Dalam usulan terakhirnya, SDP menyarankan untuk melakukan uji klinis acak desain adaptif cepat pada semua vaksin yang disetujui WHO sehingga mereka dapat dipelajari untuk digunakan sebagai booster atau dosis utama.
"Vaksin ini harus ditugaskan dan didanai dengan cepat. Hal yang sama harus dilakukan untuk agen pencegahan lain yang telah menunjukkan harapan dalam uji coba acak sebelumnya," kata panel tersebut.
Langkah-langkah yang diusulkan akan memberi masyarakat cara yang lebih andal dan dapat diprediksi dalam menangani pandemi, kata SDP.
"Mereka akan membangun kepercayaan diri saat kita maju dalam menangani virus yang akan tetap ada. Singapura harus menghadapi pandemi dengan cara yang mantap dan cerdas yang membawa harapan dan keamanan," jelasnya.
Sebagai tambahan, hingga hari ini, Selasa (28/9/2021) pukul 16.32 WIB belum ada update terbaru data Covid-19 di Singapura.
Baca juga: Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Vaksinasi Lansia di RI Dipercepat
Sementara itu, kemarin Singapura melaporkan 1.647 kasus baru sehingga kasus di negara itu menjadi 89.539 kasus.
Pasien yang dinyatakan sembuh bertambah 524 orang menjadi 75.176 orang, dan pasien meninggal bertambah 2 sehingga total kematian ada 80 jiwa.
Kasus harian di Singapura mengalami lonjakan dalam sepekan terakhir dengan tambahan kasus lebih dari 1.000 setiap harinya.
Baca artikel lain seputar Virus Corona
Baca artikel lain terkait Singapura
(Tribunnews.com/Rica Agustina)