Presiden AS Joe Biden Menerima Vaksin Booster Pfizer-BioNTech
Presiden AS Joe Biden mendapat vaksin booster Pfizer-BioNTech, Senin (27/9/2021), setelah CDC menyetujui vaksin booster untuk usia 65 tahun ke atas
Editor: hasanah samhudi
TRIBUNNEWS.COM – Presiden AS Joe Biden melakukan vaksinasi ketiga (booster) dari vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech, Senin (27/9/2021).
“Seperti saya melakukan suntikan vaksin Covid-19 pertama dan kedua, saya akan mendapatkan suntikan booster dan melakukannya di depan umum," kata Biden, dalam peristiwa yang disiarkan televisi.
"Itu karena FDA dan CDC melihat semua data, menyelesaikan tinjauan mereka, dan memutuskan bahwa booster untuk vaksin Pfizer aman dan efektif,” kata Biden, seperti dilansir dari UPI.
Presiden mengatakan dia tidak mengalami efek samping apa pun setelah dia mendapatkan dosis pertamanya di siaran langsung televisi pada Desember 2020 dan yang kedua di bulan berikutnya. Ia menerima vaksin booster sembilan bulan setelah vaksin pertama dan kedua.
Biden mendesak warga Amerika agar bersedia divaksin, dan mengatakan bahwa “ini adalah pandemi bagi yang tidak divaksinasi."
Baca juga: Presiden AS Joe Biden Desak Warga untuk Segera Disuntik Vaksin Booster, Ia akan Lakukan Hal Sama
Baca juga: FDA Izinkan Booster Pfizer untuk Lansia dan Warga AS yang Berisiko Terpapar Covid-19
Biden juga mengatakan bahwa Amerika Serikat telah melakukan lebih dari negara lain untuk membantu negara-negara yang kurang terlayani dengan vaksinasi.
"Kami memiliki banyak peluang untuk memastikan kami mendapatkan semua orang di dunia dan memainkan peran terbesar di dunia untuk membuat semua orang divaksinasi," katanya.
Biden yang berusia 78 tahun itu termasuk di antara mereka yang direkomendasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pada hari Kamis (23/9/2021) untuk mendapatkan vaksin booster.
CDC Kamis malam menyetujui dosis ketiga vaksin Pfizer Covid-19 untuk warga Amerika di atas 65 tahun dan untuk orang muda yang berisiko tinggi terinfeksi karena profesi mereka.
Keputusan tersebut menyediakan dosis ketiga vaksin Pfizer kepada puluhan juta orang Amerika enam bulan setelah mereka menerima suntikan kedua.
Baca juga: Pfizer: Efek Samping Vaksin Booster Mirip dengan Dosis Kedua
Baca juga: Booster Vaksin Johnson & Johnson Beri Perlindungan hingga 94 Persen
Komite Penasihat Praktik Imunisasi mengatakan mereka mendukung vaksin booster setidaknya enam bulan setelah seseorang menerima dua dosis bagi mereka yang berusia 65 tahun ke atas dan mereka yang berusia di atas 18 tahun yang memiliki kondisi medis yang mendasarinya atau berisiko lebih besar terkena Covid-19 karena pekerjaan mereka.
Direktur CDC Rochelle Walensky, dalam mendukung booster, menolak komite dan mempertahankan rekomendasi untuk orang Amerika yang lebih muda yang berisiko.
Dalam sebuah pernyataan Kamis malam, Walensky menjelaskan bahwa itu adalah tanggung jawabnya sebagai direktur CDC untuk mengenali di mana tindakan kita dapat memiliki dampak terbesar.
"Saya percaya kita dapat melayani kebutuhan kesehatan masyarakat negara dengan memberikan dosis booster untuk orang tua, mereka yang berada di fasilitas perawatan jangka panjang, orang dengan kondisi medis yang mendasarinya, dan untuk orang dewasa yang berisiko tinggi terkena penyakit akibat pajanan pekerjaan dan institusional terhadap Covid-19," katanya.
Dukungan CDC juga termasuk memberikan suntikan booster kepada mereka yang berusia 18 hingga 64 tahun dengan kondisi medis mendasar yang menempatkan mereka pada peningkatan risiko. Namun, itu hanya berlaku untuk mereka yang menerima vaksin yang dibuat oleh Pfizer dan mitra BioNTech.
Baca juga: Ilmuwan Internasional Sebut Masyarakat Umum Tidak Perlu Disuntik Vaksin Booster Covid-19
Baca juga: Joe Biden Janjikan Tambahan Sumbangan 500 Juta Vaksin Covid-19 untuk Negara Miskin
Sekitar 60 juta orang Amerika termasuk dalam kategori yang disetujui untuk vaksin Pfizer.
Bagi mereka yang menerima vaksin Moderna atau Johnson & Johnson, para ilmuwan sedang mengevaluasi data untuk menentukan apakah suntikan tambahan diperlukan. (Tribunnews.com/UPI/Hasanah Samhudi)