21 Staf WHO Lecehkan Wanita dan Anak-anak saat Tangani Wabah Ebola di Kongo
Penelitian independen mengungkap sejumlah wanita dan anak perempuan di Kongo dilecehkan secara seksual oleh pekerja bantuan dari WHO.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Penelitian independen mengungkap sejumlah wanita dan anak perempuan di Kongo dilecehkan secara seksual oleh pekerja bantuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Insiden ini terjadi selama wabah Ebola pada 2018-2020 di Republik Demokratik Kongo.
Kasus pelecehan dan termasuk sembilan tuduhan pemerkosaan dilakukan para pekerja nasional maupun internasional di antara dua tahun itu.
Dilansir The Guardian, kejadian ini terungkap setelah lebih dari 50 wanita melaporkan tindakan pelecehan seksual yang mereka alami.
Temuan ini disebut "mengerikan" oleh Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Baca juga: Indonesia Capai Benchmark Vaksinasi Covid-19 yang Ditetapkan WHO
Baca juga: WHO Rekomendasikan Obat Antibodi Regeneron untuk Pasien Covid-19
Sementara direktur regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti mengaku patah hati dan miris.
Komisi independen merilis laporan setebal 35 halaman setelah penyelidikan.
Komisi ini mewawancarai banyak wanita yang diduga ditawari pekerjaan dengan syarat memenuhi hasrat seksual para pekerja bantuan.
Sekitar 80 kasus pelecehan dan rudapaksa itu, menurut pemeriksaan, terjadi pada perempuan berusia 13 hingga 43 tahun.
Dari penelusuran, ditemukan bahwa 21 dari 83 terduga pelaku bekerja untuk WHO.
Menurut laporan itu, pelecehan menyebabkan 29 kehamilan dan beberapa pelaku bersikeras agar korban melakukan aborsi.
Menurut laporan BBC, wanita-wanita ini dicekoki minuman atau disergap saat di rumah sakit untuk dipaksa berhubungan seksual.
WHO dilaporkan memutus kontrak empat orang terduga pelaku yang masih bekerja untuk pihaknya.
Sumber diplomatik Barat menerangkan ada dua staf lainnya yang diberikan cuti administratif.