Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

21 Staf WHO Lecehkan Wanita dan Anak-anak saat Tangani Wabah Ebola di Kongo

Penelitian independen mengungkap sejumlah wanita dan anak perempuan di Kongo dilecehkan secara seksual oleh pekerja bantuan dari WHO.

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in 21 Staf WHO Lecehkan Wanita dan Anak-anak saat Tangani Wabah Ebola di Kongo
CELLOU BINANI / AFP
Seorang petugas kesehatan berjalan menuju pasien yang menjalani karantina di pusat perawatan Nongo ebola di Conakry, Guinea pada 21 Agustus 2015. 

TRIBUNNEWS.COM - Penelitian independen mengungkap sejumlah wanita dan anak perempuan di Kongo dilecehkan secara seksual oleh pekerja bantuan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Insiden ini terjadi selama wabah Ebola pada 2018-2020 di Republik Demokratik Kongo.

Kasus pelecehan dan termasuk sembilan tuduhan pemerkosaan dilakukan para pekerja nasional maupun internasional di antara dua tahun itu.

Dilansir The Guardian, kejadian ini terungkap setelah lebih dari 50 wanita melaporkan tindakan pelecehan seksual yang mereka alami. 

Temuan ini disebut "mengerikan" oleh Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Baca juga: Indonesia Capai Benchmark Vaksinasi Covid-19 yang Ditetapkan WHO

Baca juga: WHO Rekomendasikan Obat Antibodi Regeneron untuk Pasien Covid-19

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus (VOA)

Sementara direktur regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti mengaku patah hati dan miris.

Komisi independen merilis laporan setebal 35 halaman setelah penyelidikan.

Berita Rekomendasi

Komisi ini mewawancarai banyak wanita yang diduga ditawari pekerjaan dengan syarat memenuhi hasrat seksual para pekerja bantuan.

Sekitar 80 kasus pelecehan dan rudapaksa itu, menurut pemeriksaan, terjadi pada perempuan berusia 13 hingga 43 tahun.

Dari penelusuran, ditemukan bahwa 21 dari 83 terduga pelaku bekerja untuk WHO.

Menurut laporan itu, pelecehan menyebabkan 29 kehamilan dan beberapa pelaku bersikeras agar korban melakukan aborsi.

Menurut laporan BBC, wanita-wanita ini dicekoki minuman atau disergap saat di rumah sakit untuk dipaksa berhubungan seksual. 

WHO dilaporkan memutus kontrak empat orang terduga pelaku yang masih bekerja untuk pihaknya.

Sumber diplomatik Barat menerangkan ada dua staf lainnya yang diberikan cuti administratif.

Seorang balita menjalani vaksinasi campak di sebuah pusat di Temba, dekat Seke Banza, DR Kongo barat pada 3 Maret 2020. 73 ribu anak dari usia 6 bulan hingga 15 tahun perlu divaksinasi campak di provinsi Kongo tengah di bagian barat Republik Demokratik Kongo sebagai bagian dari tahap kedua tanggapan terhadap epidemi yang telah menyebabkan ribuan kematian di negara itu pada tahun-tahun terakhirnya, bahkan termasuk orang dewasa.
Seorang balita menjalani vaksinasi campak di sebuah pusat di Temba, dekat Seke Banza, DR Kongo barat pada 3 Maret 2020. 73 ribu anak dari usia 6 bulan hingga 15 tahun perlu divaksinasi campak di provinsi Kongo tengah di bagian barat Republik Demokratik Kongo sebagai bagian dari tahap kedua tanggapan terhadap epidemi yang telah menyebabkan ribuan kematian di negara itu pada tahun-tahun terakhirnya, bahkan termasuk orang dewasa. (JUNIOR KANNAH / AFP)
Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas