Reaksi Warga Kongo atas Permintaan Maaf WHO, Sebut Pria Muda Juga Dilecehkan
Warga Kongo menanggapi permintaan maaf WHO terkait temuan puluhan stafnya melakukan pelecehan seksual kepada wanita dan anak perempuan.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
Kendati demikian, dibutuhkan hukuman berat kepada pelakunya.
Seorang aktivis perempuan di South Kivu, Sandra Mbedde, mengatakan WHO perlu menempatkan mekanisme untuk menghentikan pelecehan terhadap perempuan.
“Pada level operasional, WHO harus mengambil tindakan agar skandal seperti itu tidak terjadi lagi,” katanya.
Sementara itu, seorang guru di Provinsi Kasai mengaku prihatin dengan temuan itu.
Pendeta Paul Leku di wilayah Aru menilai skandal semacam ini tidak hanya terjadi di Kongo.
"Skandal semacam itu oleh staf PBB tidak terbatas pada Republik Demokratik Kongo."
"Di manapun ada PBB, ada skandal semacam itu," ujarnya
Baca juga: 21 Staf WHO Lecehkan Wanita dan Anak-anak saat Tangani Wabah Ebola di Kongo
Baca juga: RI Desak WHO, GAVI, COVAX Facility Lakukan Upaya Cegah Diskriminasi Vaksin
Seorang pengacara yang bekerja dengan komunitas pengungsi di DRC, Gabriel Sagara, mengatakan ini bukan kali pertama ada pelecehan kepada warga lokal.
"Saya pertama kali mendengar pekerja PBB melecehkan perempuan secara seksual pada 2008 ketika saya masih muda."
"Dua penjaga perdamaian Lebanon yang terlibat dalam skandal itu dideportasi. Tapi itu tidak menghentikan insiden serupa terjadi," katanya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)