Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Pilu Penduduk Lembah Bamiyan di Afghanistan, Warga: Kami Tidak Bisa Makan Malam Ini

Sejak Taliban kembali berkuasa penduduk di lembah Bamiyan, Afghanistan dilanda kelaparan dan kemiskinan.

Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Citra Agusta Putri Anastasia
zoom-in Kisah Pilu Penduduk Lembah Bamiyan di Afghanistan, Warga: Kami Tidak Bisa Makan Malam Ini
AFP
Seorang wanita Hazara berdiri bersama anak-anak di sebuah tebing di Bamiyan, 3 Oktober 2021. 

TRIBUNNEWS.COM - Sejak Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021 lalu, penduduk lembah Bamiyan dilanda kelaparan dan kemiskinan.

Mereka yang tinggal di gua-gua lereng gunung mengalami kelaparan dan ketakutan.

Lembah Bamiyan yang menjadi salah satu daerah terindah di Afghanistan, kini telah menjadi rumah bagi banyak keluarga.

Dikutip dari Al Jazeera, penduduk di Bamiyan termasuk yang termiskin di negara itu.

Kembalinya Taliban ke Afghanistan memperparah kesulitan yang mereka alami.

Bantuan untuk wilayah mereka terputus, harga pangan naik hingga terjadi kenaikan angka pengangguran.

Baca juga: Afghanistan Terancam Kembali ke Abad Kegelapan karena Taliban Tak Bayar Listrik

Baca juga: Rebutan Kekuasaan, Taliban Kini Mulai Berkonflik dengan ISIS-K

Seorang warga bernama Fatima mengatakan, sebagian guanya runtuh akibat hujan lebat satu setengah tahun yang lalu.

Berita Rekomendasi

Alhasil, pria berusia 55 tahun dan tiga anggota keluarga harus tinggal berdesakan di sebuah gua kecil berukuran hanya enam meter persegi.

Mereka mengeluhkan tidak bisa makan dan kesulitan menghadapi musim dingin.

“Kita tidak bisa makan malam ini. Dan musim dingin hampir tiba. Kami tidak punya apa-apa untuk menghangatkan diri."

“Kami hidup dalam kesengsaraan dan kemalangan,” ungkapnya.

Anak-anak etnis Hazara berdiri di gua yang menjadi tempat tinggal mereka.
Anak-anak etnis Hazara berdiri di gua yang menjadi tempat tinggal mereka di Bamiyan, 3 Oktober 2021. (Bulent KILIC / AFP)

Buruh harian dan kuli angkut tidak bisa lagi membawa pulang sedikit uang seperti dulu.

Hanya panen kentang yang terus berlanjut.

Kentang adalah satu-satunya tanaman yang dapat tumbuh di daerah di ketinggian 2.500 meter itu.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas