Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hasil Investigasi: Inggris Telat Merespon Covid-19 Akibatkan Ribuan Warga Meninggal di Awal Pandemi

Hasil investigasi Parlemen Inggris menunjukkan ribuan warga meninggal karena pemerintah telah merespons Covid-19 pada awal pandemi tahun lalu

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Hasil Investigasi: Inggris Telat Merespon Covid-19 Akibatkan Ribuan Warga Meninggal di Awal Pandemi
AFP
Mantan Menteri Kesehatan Inggris, Matt Hancock 

TRIBUNNEWS.COM – Sebuah investigasi dari Parlemen Inggris menunjukkan ribuan warga meninggal karena pemerintah ragu memberlakukan lockdown pada minggu-minggu pertama pandemi Covid-19 tahun lalu.

Hasil investigasi setebal 147 halaman yang dirilis Selasa (12/10/2021) itu merupakan evaluasi  komprehensif pertama Inggris tentang tindakan pemerintah menghadapi keadaan darurat kesehatan. Ini adalah laporan bersama dari komite sains dan kesehatan House of Commons.

Studi tersebut mengatakan sudah jelas di awal pandemi bahwa dibutuhkan tindakan lockdown.

Namun para pemimpin bertindak terlalu lambat dalam memberlakukan pembatasan, ujar para penulis, karena terlalu khawatir akan masalah ekonomi.

"Ada keinginan untuk menghindari lockdown karena bahaya besar yang ditimbulkannya terhadap ekonomi, layanan kesehatan normal, dan masyarakat," kata laporan itu, seperti dilansir dari UPI.

Baca juga: Boris Johnson Berencana Akhiri Pembatasan Covid-19 Meski Kasus di Inggris Melonjak

Baca juga: Terancam Hadapi Lockdown Oktober Mendatang, Pemerintah Inggris Siapkan Booster Vaksin Usia Rentan

"Dengan tidak adanya strategi lain seperti isolasi kasus yang ketat, tes dan operasi pelacakan yang berarti, dan kontrol perbatasan yang kuat, lockdown penuh tidak dapat dihindari dan seharusnya dilakukan lebih cepat," sebut laporan.

Laporan tersebut membuat 38 rekomendasi agar kasus serupa tidak terulang lagi.

BERITA REKOMENDASI

Investigasi dimulai setahun yang lalu untuk menilai kesiapan Inggris menghadapi pandemi, prosedur dan dampak pencegahannya, serta strategi untuk meluncurkan vaksin.

Laporan menyebutkan, keterlambatan melakukan pengujian, pelacakan, dan isolasi yang memadai telah menghambat upaya untuk memahami dan mengatasi wabah virus corona.

Meski demikian, penelitian itu menunjukkan keberhasilan program vaksinasi Inggris.

Baca juga: Kematian Akibat Covid di Inggris Tembus 100.000, Piers Morgan Minta Boris Johnson Mengundurkan Diri

Baca juga: PM Boris Johnson Bantah Kabar Lockdown Kota London Meskipun Kasus Covid-19 Paling Tinggi di Inggris

"Keberhasilan program vaksin, salah satu yang paling efektif di Eropa dan untuk negara seukuran kita salah satu yang paling efektif di dunia, menunjukkan bahwa pelajaran positif dan negatif harus diambil dari penanganan kita terhadap pandemi," tulisnya.

Laporan ini  disetujui oleh 22 anggota parlemen dari tiga partai terbesar di Parlemen. Laporan tersebut menggambarkan ini sebagai kesalahan awal yang serius.

Laporan investigasi ini didasarkan pada kesaksian dari 50 orang, termasuk mantan Menteri Kesehatan Matt Hancock dan mantan orang dalam pemerintah Dominic Cummings.

Trish Greenhalgh, seorang profesor layanan kesehatan perawatan primer di Universitas Oxford, mengatakan laporan investigasi itu mengisyaratkan hubungan yang kurang sehat antara pemerintah dan lembaga ilmiah.

Ia mengatakan, dengan Covid-19 masih membunuh ratusan orang setiap minggu di Inggris, komite penasihat terus memperdebatkan bukti apa yang cukup definitif untuk dianggap pasti.

Baca juga: PM Inggris Boris Johnson Klaim Akan Atasi Covid-19 dalam 3 Bulan, Beli Ratusan Ribu Alat Tes Corona

Baca juga: Wali Kota di Inggris Dipecat dari Partai karena Sebut PM Boris Johnson Layak Terkena Corona

Pejabat senior seperti Cummings dan Hancock mengatakan kepada komite bahwa mereka enggan untuk melawan konsensus ilmiah.

Hancock mengatakan pada 28 Januari 2020, ia merasa sulit untuk mendorong pengujian luas orang-orang yang tidak menunjukkan gejala Covid-19 karena penasihat ilmiah mengatakan itu tidak akan berguna.

“Saya berada dalam situasi tidak memiliki bukti kuat bahwa konsensus ilmiah global selama beberapa dekade salah, sementara nalurinya menunjukkan itu salah,” ujar Hancock.

"Saya sangat menyesal bahwa saya tidak menolak saran ilmiah itu,” katanya, seperti dilansir dari NBC. (Tribunnews.com/UPI/NBC/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas