Diduga Melakukan Kecurangan Tender, 6 Perusahaan Obat-obatan di Jepang Diperiksa JFTC
Keenam perusahaan dilarang melakukan monopoli karena telah melakukan persekongkolan tender untuk menentukan pemenang.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Enam perusahaan obat besar diperiksa Japan Fair Trade Commission (JFTC) atau Komisi Perdagangan Adil Jepang (JFTC), Selasa (9/11/2021).
"Kecurangan atas penawaran obat di Kyushu menjadikan JFTC turun ke lapangan melakukan pemeriksaan," papar sumber Tribunnews.com, Selasa (9/11/2021).
JFTC memeriksa cabang Fukuoka dari para pedagang grosir obat besar pada tanggal 9 November, mengatakan bahwa mereka dicurigai telah melakukan kecurangan penawaran berulang kali atas penawaran obat yang dipesan oleh Organisasi Rumah Sakit Nasional.
Enam perusahaan, termasuk Alfresa cabang No. 1 Fukuoka, pedagang grosir farmasi besar, dan Atol, Shoyaku, dan Kyushu Toho, yang semuanya berkantor pusat di Fukuoka, telah menjalani inspeksi di tempat.
Menurut sumber Tribunnews.com, keenam perusahaan tersebut dilarang melakukan monopoli karena telah melakukan persekongkolan tender untuk menentukan pemenang tender dan harga terlebih dahulu atas penawaran bersama obat-obatan dari 31 rumah sakit di Kyushu yang dipesan oleh lembaga administrasi independen "Organisasi Rumah Sakit Nasional".
Baca juga: Badan Eksplorasi Luar Angkasa Jepang Luncurkan Roket Epsilon, Dilengkapi 9 Satelit Kecil
Jumlah obat-obatan yang dibeli oleh Organisasi Rumah Sakit Nasional di Kyushu telah mencapai 20 miliar yen setiap tahun, dan diduga kolusi atau pelanggaran hukum telah berulang kali terjadi selama sekitar lima tahun.
Dalam industri grosir farmasi, persekongkolan tender dari empat perusahaan besar telah disetujui tahun lalu, dan Attle, Shoyaku, serta Kyushu Toho, yang menjalani pemeriksaan di tempat pada tanggal 9 November ini adalah anak perusahaan dan grup perusahaan besar yang telah disetujui untuk ikut lelang.
Pedagang grosir farmasi terjebak antara perusahaan farmasi yang ingin menjual dengan harga tinggi dan institusi medis yang ingin membeli dengan harga murah, sehingga keuntungan tetap kecil.
"Mereka mencoba untuk mengambil keuntungan. Setiap perusahaan yang menjalani pemeriksaan di tempat menyatakan bahwa penanggung jawab tidak hadir dan sedang ditelusuri keberadaannya terlebih dulu," ujar sumber itu.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang. Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.