POPULER Internasional: Puing-puing Satelit Rusia Beterbangan | Kasus Covid-19 di Eropa Naik Lagi
Rangkuman berita populer Internasional, di antaranya Rusia ledakkan salah satu satelitnya, menyebabkan pecahan puing yang beterbangan di luar angkasa.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Inza Maliana
TRIBUNNEWS.COM - Rangkuman berita populer Tribunnews di kanal Internasional dapat disimak di sini.
Rusia ledakkan salah satu satelitnya, menyebabkan pecahan puing beterbangan di luar angkasa yang dapat membahayakan para astronot di ISS.
Jurnalis AS yang sempat divonis 11 tahun penjara di Myanmar akhirnya dibebaskan.
Di China, seekor anjing dianiya hingga mati saat pemiliknya sedang jalani karantina.
Sementara itu di Eropa, kasus Covid-19 kian naik, menambah ketidakpastian kapan pandemi berakhir.
Selengkapnya, ini berita populer Internasional dalam 24 jam terakhir.
1. Rusia Ledakkan Satelit, Puing-puingnya Beterbangan di Luar Angkasa
Rusia menghancurkan salah satu satelitnya sendiri dengan rudal yang ditembakkan dari bumi, Senin (15/11/2021).
Akibat penghancuran itu, ribuan kepingan puing satelit menyebar ke orbit Bumi, menurut Departemen Luar Negeri AS seperti dilansir The Verge.
AS telah mengidentifikasi lebih dari 1.500 puing-puing yang dapat dilacak dari kejadian tersebut.
Masih ada ribuan puing yang lebih kecil yang tidak dapat dilacak, ujar Ned Price, juru bicara Departemen Luar Negeri dalam sebuah jumpa pers.
Sebelumnya, badan antariksa Rusia Roscosmos melaporkan para astronot yang tinggal di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) harus berlindung karena awan puing-puing luar angkasa tampaknya melewati stasiun setiap 90 menit, waktu yang dibutuhkan bagi ISS untuk mengorbit Bumi.
Pada awalnya, tidak jelas apakah puing-puing yang mengancam stasiun luar angkasa berasal dari uji senjata anti-satelit (ASAT) Rusia.
Departemen Luar Negeri hanya menyebut puing-puing dapat membahayakan stasiun luar angkasa.
Baca juga: SpaceX dan NASA Sukses Luncurkan 4 Astronot ke Stasiun Luar Angkasa
Baca juga: Rusia Daftarkan Obat Anti-Covid Pertamanya
"Uji senjata anti-satelit ini secara signifikan akan meningkatkan risiko bagi astronot dan kosmonot di Stasiun Luar Angkasa Internasional, serta aktivitas penerbangan luar angkasa lainnya," kata Price kepada wartawan.
"Perilaku Rusia yang berbahaya dan tidak bertanggung jawab membahayakan keberlanjutan jangka panjang ruang angkasa kita dan dengan jelas menunjukkan bahwa klaim Rusia untuk menentang persenjataan ruang angkasa adalah tidak jujur dan munafik."
2. Jurnalis AS Danny Fenster Akhirnya Dibebaskan dari Penjara Myanmar
Jurnalis Amerika Serikat (AS), Danny Fenster akhirnya dibebaskan dari penjara di Myanmar pada Senin (15/11/2021).
Dia dibebaskan setelah tiga hari lalu dijatuhi hukuman 11 tahun penjara oleh pengadilan militer.
Melansir BBC, pemerintah militer mengatakan bahwa Fenster dibebaskan dengan alasan kemanusiaan.
Pembebasan itu dilakukan setelah negosiasi antara junta dan mantan duta besar AS untuk PBB, Bill Richardson.
Frontier Myanmar, mengatakan dia sedang dalam penerbangan keluar dari Myanmar.
Baca juga: Junta Myanmar Mendakwa Aung San Suu Kyi atas Dugaan Kecurangan Pemilu
Baca juga: Kota di China Dekat Myanmar akan Gelar Tes Covid-19 Massal ke Warganya Setiap Bulan, Ini Alasannya
Fenster, yang merupakan redaktur pelaksana situs berita berbahasa Inggris, dihukum karena melanggar undang-undang imigrasi, asosiasi yang melanggar hukum, dan mendorong perbedaan pendapat terhadap militer.
Fenster pertama kali ditahan pada Mei saat dia akan terbang kembali ke AS, dan telah berada di penjara selama 176 hari.
Dia adalah salah satu dari banyak jurnalis, dan ribuan orang yang ditahan sejak militer Myanmar mengambil alih kekuasaan dalam kudeta pada Februari lalu.
Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan penahanan Fenster telah selama hampir enam bulan merupakan kesalahan, dan dia menyambut baik pembebasan Fenster.
"Kami senang Fenster akan segera berkumpul kembali dengan keluarganya, karena kami terus menyerukan pembebasan orang lain yang tetap dipenjara secara tidak adil (di Myanmar)," kata Blinken.
3. Anjing Peliharaan di China Dipukuli Nakes hingga Mati saat Pemilik Dikarantina, Pelaku Dipecat
Seekor anjing peliharaan di China jadi korban penganiayaan hingga mati saat pemiliknya tengah menjalani karantina Covid-19.
Video insiden yang terjadi di Shangrao, Provinsi Jiangxi itu viral di media sosial China.
Dilansir BBC, rekaman memperlihatkan seorang petugas kesehatan untuk penanggulangan Covid-19 tengah mendisinfeksi apartemen seorang pasien wanita.
Namun petugas itu malah memukuli anjing dengan linggis.
Aksi tersebut terekam jelas di kamera keamanan di dalam apartemen.
Baca juga: Pemerintah Australia Diminta Lebih Tegas Tangani Pelanggaran HAM dalam Industri Panel Surya di China
Baca juga: Kota di China Dekat Myanmar akan Gelar Tes Covid-19 Massal ke Warganya Setiap Bulan, Ini Alasannya
Si wanita pemilik anjing itu lantas mengunggah video tersebut secara online.
Dia mengaku sedang menjalani karantina di hotel yang memang tidak mengizinkan hewan.
Pihak berwenang setempat merilis permohonan maaf atas penganiayaan itu.
Dikatakan, salah satu petugas kesehatan yang saat itu bertugas di apartemen wanita itu sudah dipecat.
Di Shangrao, tempat anjing dan majikannya tinggal, dilabeli sebagai wilayah pusat Covid-19.
4. Kasus Covid-19 di Eropa Naik Lagi, Kapan Pandemi Berakhir Kian Tak Pasti
Kasus Covid-19 meningkat tajam di Eropa dalam 2 pekan terakhir ini.
Dikhawatirkan Eropa akan menjadi epicentrum Covid-19.
Kondisi ini menunjukan prediksi kapan akhir pandemi ini sulit dipastikan.
Hal itu diungkapkan Mantan Direktur World Health Organization (WHO) Asia Tenggara Prof. Tjandra Yoga Aditama.
"Melihat ini perangai pandemi Covid-19 memang masih belum dapat diprediksi secara pasti, masih mungkin berubah-ubah," ungkapnya saat dikonfirmasi, Selasa (16/11/2021).
Baca juga: Menkes: Vaksinasi Covid-19 Berbasis Risiko, Lansia Kemudian Anak-anak
Menurutnya, apa yang terjadi di Eropa menunjukkan cakupan vaksinasi yang cukup tinggi memang tidak sepenuhnya menjamin menghentikan penularan.
Vaksin jelas bermanfaat untuk membuat penyakit menjadi berat, mencegah masuk RS dan menurunkan risiko kematian.
Meski demikian, protokol kesehatan tetap perlu masih dilakukan.
"Walau sudah divaksin maka masih tetap perlu protokol kesehatan," ungkap ahli paru ini.
(Tribunnews.com)