Para pengunjuk rasa menentang kudeta militer di Sudan berjalan melewati asap gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan keamanan selama demonstrasi di "Jalan 60" di timur ibu kota Khartoum pada 13 November 2021. - Pasukan keamanan Sudan menembaki pengunjuk rasa pada 13 November dalam sebuah tindakan keras pada demonstrasi anti-kudeta, kata petugas medis, setelah militer memperketat cengkeramannya dengan membentuk dewan penguasa baru. (Photo by AFP)
TRIBUNNEWS.COM, SUDAN - Rabu (17/11/2021) menjadi bentrokan paling berdarah saat terjadi demonstrasi anti kudeta militer di Sudan.
Pasukan keamanan menembak mati sedikitnya 14 pengunjuk rasa anti-kudeta dan melukai puluhan lainnya, pada Rabu. Hari itu menjadi paling berdarah sejak pengambilalihan militer pada 25 Oktober.
Korban tewas kebanyak di Khartoum termasuk distrik utaranya dan menambah jumlah korban tewas menjadi 38 orang dan ratusan terluka akibat kerusuhan sejak militer merebut kekuasaan.
Pengunjuk rasa, sebagian besar pria dan wanita muda, bertepuk tangan dan berteriak sebelum berubah menjadi kekerasan. Ketika bentrokan pecah, pasukan keamanan juga menembakkan gas air mata, melukai beberapa pengunjuk rasa.