Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

PBB: Kematian Covid-19 Meningkat Hanya di Negara-negara Eropa Saat Ini

PBB mengatakan kematian akibat Covid-19 stabil atau menurun di semua wilayah di dunia, kecuali di Eropa

Editor: hasanah samhudi
zoom-in PBB: Kematian Covid-19 Meningkat Hanya di Negara-negara Eropa Saat Ini
Koresponden Tribunnews.com/Richard Susilo
Berbagai varian virus corona dari kiri atas ke kanan: Alpha, Beta, Gamma, Delta. Bawah dari kiri ke kanan: Eta, Iota, Kappa, Lambda dan Mu. 

TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kematian akibat virus corona di Eropa telah meningkat lima persen pada pekan lalu. Ini menjadikan Eropa sebagai satu-satunya wilayah di dunia yang kematian Covid-19 meningkat saat ini.

Dilansir dari The Straits Times, kantor berita Xinhua mengutip laporan mingguan WHO yang dikeluarkan pada Selasa (16/11/2021).

Laporan itu menunjukkan bahwa 50 ribu kematian akibat Covid-19 tercatat di seluruh dunia pekan lalu.

Namun Xinhua juga menyebutkan bahwa semua wilayah mengalami tingkat kematian yang stabil atau menurun, kecuali Eropa.

Eropa telah mencatat 28.304 kematian baru dalam seminggu terakhir, dengan total kumulatif 1.480.768.

Baca juga: Update Covid-19 Global 13 November 2021: Ada 503.793 Tambahan Kasus Baru dan 7.184 Kematian Baru

Baca juga: Kematian Akibat Covid-19 di Rusia Capai Rekor Harian, Libur 9 Hari, Angka Kematian Masih Tinggi

Dari 3,3 juta kasus baru Covid-19 yang dilaporkan secara global, 2,1 juta berasal dari Eropa.

Laporan WHO itu menyebutkan bahwa negara-negara di Eropa dengan jumlah kasus virus corona baru tertinggi adalah Rusia (275.579), Jerman (254.436) dan Inggris (252.905).

BERITA TERKAIT

WHO baru-baru ini memperingatkan bahwa Eropa sekali lagi menjadi pusat pandemic.

Badan dunia ini juga mengatakan setengah juta orang di benua Eropa dapat meninggal karena Covid-19 dalam beberapa bulan ke depan.

Menurut WHO, pada 14 November, lebih dari 252 juta kasus Covid-19 yang dikonfirmasi dan lebih dari lima juta kematian telah dilaporkan di seluruh dunia.

Baca juga: Update Covid-19 Global 22 Oktober 2021: Total Kasus 243 Juta, Angka Kematian Indonesia Nomor 7 Dunia

Baca juga: Kasus Covid-19 di Eropa Naik, Indonesia Perkuat Protokol Kesehatan

Subvarian Delta di Inggris

Sementara itu, survey prevalensi virus corona menemukan bahwa  subvariant Delta yang tumbuh di Inggris cenderung tidak mengarah pada infeksi Covid-19 bergejala.

Survei itu menemukan bahwa, keseluruhan kasus telah turun dari puncaknya pada Oktober lalu.

Studi Imperial College London React-1, yang dirilis pada Kamis (18/11/2021) menemukan bahwa, subvarian Delta Plus, yang dikenal sebagai AY.4.2, telah berkembang menjadi hampir 12 persen sampel yang diurutkan.

Tetapi hanya sepertiga yang memiliki gejala Covid-19 klasik, dibandingkan dengan hampir setengah dari mereka dengan garis keturunan Delta AY.4 yang dominan saat ini.

Dua pertiga orang dengan AY.4.2 memiliki semacam gejala, dibandingkan dengan lebih dari tiga perempat orang dengan AY.4.

Baca juga: Strain Baru Varian Delta Terdeteksi di Norwegia

Baca juga: Varian Delta Sudah Bermutasi Jadi 25 Anak dan Cucunya, di Indonesia Paling Banyak AY.23 dan AY.4

AY.4.2 dianggap sedikit lebih menular, tetapi belum terbukti menyebabkan penyakit yang lebih parah atau menghindari vaksin lebih mudah daripada varian Delta.

Para peneliti mengatakan bahwa orang tanpa gejala mungkin sedikit mengisolasi diri.

Tetapi juga bahwa orang dengan gejala ringan mungkin tidak terlalu banyak menularkan melalui batuk dan juga tidak mungkin sakit parah.

"Ini tampaknya lebih mudah menular," kata ahli epidemiologi Imperial Paul Elliott kepada wartawan. "namun bagusnya, ini tidak terlalu bergejala,” katanya.

Imperial sebelumnya telah merilis hasil sementara yang menunjukkan prevalensi Covid-19 mencapai rekor tertinggi pada Oktober, dengan infeksi tertinggi di antara anak-anak.

Baca juga: Varian Delta AY.4.2 Ditemukan di Malaysia, Menkes Janji akan Tingkatkan Penjagaan di Perbatasan

Baca juga: Varian Corona AY.4.2, Varian Baru Turunan Delta yang Menyebabkan Kasus di Inggris Melonjak

Hasil lengkap dari putaran terakhir penelitian, yang dilakukan antara 19 Oktober dan 5 November, mengkonfirmasi apa yang dicatat setiap hari dan survei prevalensi lainnya - bahwa tingkat infeksi turun dari puncak itu, sesuai dengan liburan sekolah paruh waktu pada akhir Oktober. .

Dr Elliott mengatakan ada ketidakpastian apakah penurunan itu terus berlanjut.

Menurutnya, beberapa minggu ke depan akan menentukan apakah kasus meningkat lagi dengan kembalinya sekolah.

Studi React-1 juga menemukan bahwa dosis booster mengurangi risiko infeksi pada orang dewasa hingga dua pertiga dibandingkan dengan orang yang memiliki dua dosis. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas