Presiden Belarusia Sebut Tentaranya Mungkin Bantu Para Pengungsi Memasuki Uni Eropa
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko akui pasukannya mungkin membantu para migran memasuki Uni Eropa.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Belarusia mungkin membantu para pencari suaka dari Timur Tengah untuk masuk ke Eropa, ujar Presiden Alexander Lukashenko.
Namun Lukashenko menyangkal pihaknya sengaja membuat krisis migran baru di perbatasan antara negaranya dan Uni Eropa.
Dalam sebuah wawancara dengan BBC, di istana kepresidenannya di Minsk, Lukashenko mengatakan "sangat mungkin" pasukannya membantu para migran melintasi perbatasan ke Polandia.
"Kami memiliki hati. Pasukan kami tahu para migran akan pergi ke Jerman," ujarnya.
"Mungkin seseorang membantu mereka."
"Saya tidak akan menyelidiki ini."
Lukashenko membantah menjadi dalang atas krisis perbatasan.
Baca juga: Bentrokan di Perbatasan Belarusia-Polandia, Pengungsi Lempar Batu ke Penjaga, Dibalas Gas Air Mata
Baca juga: UE Setujui Sanksi Baru terhadap Belarusia, Apakah Sanksi Kali Ini akan Membuat Perubahan?
UE sebelumnya menduh Belarusia menarik perhatian para migran ke perbatasan bermodal janji palsu bahwa mereka bisa masuk dengan mudah ke blok itu.
"Saya bilang kepada UE, saya tidak akan menghambat migran di perbatasan, menahan mereka di perbatasan, dan jika mereka terus datang mulai sekarang, saya tetap tidak akan menghentikan mereka, karena mereka tidak akan datang ke rumah saya, mereka akan pergi ke tempat Anda," katanya kepada BBC.
"Tapi saya tidak mengundang mereka ke sini. Dan sejujurnya, saya tidak ingin mereka melewati Belarusia."
Dilansir Independent, situasi di perbatasan Belarusia dengan UE masih memanas dalam beberapa hari terakhir.
Sebuh rekaman menunjukkan para migran mencoba memasuki UE dipaksa kembali dengan meriam air.
Pada hari Jumat (19/11/2021), penjaga perbatasan Polandia mengatakan dua kelompok migran dan pengungsi berusaha untuk menyeberangi perbatasan timur Uni Eropa.
Satu kelompok tersebut terdiri tidak kurang dari 500 orang, kata para pejabat.
Beberapa orang melemparkan batu dan tabung gas air mata, yang diduga dibantu oleh pihak berwenang Belarusia.
45 orang diamankan, sebut Polandia.
Baca juga: Perbatasan Negara Dipenuhi Pengungsi, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko Justru Main Hoki Es
Baca juga: 6 Fakta Krisis Perbatasan Polandia-Belarusia: Pemicu hingga Asal Migran
Kejadian itu terjadi setelah perkemahan sekitar 2.000 migran di perbatasan UE dikosongkan pada hari Kamis, memicu spekulasi bahwa beberapa bentuk kesepakatan telah tercapai.
Ternyata Belarus memindahkan mereka ke pusat logistik yang penuh sesak di dekat perbatasan.
Diperkirakan 5.000 migran masih berada di Belarus, meskipun ratusan lainnya terbang kembali ke Irak utara Kurdi dengan penerbangan repatriasi.
Kelompok-kelompok bantuan mengatakan sedikitnya 11 pencari suaka dan pengungsi tewas di kedua sisi perbatasan sejak krisis dimulai awal tahun ini, meskipun jumlah sebenarnya diyakini lebih tinggi.
Polandia telah melarang jurnalis memasuki zona perbatasan selebar 3 km itu, sehingga sulit bagi media untuk memverifikasi klaim dan cerita yang beredar.
Dunja Mijatovic, komisaris hak asasi manusia Uni Eropa, pada hari Jumat menyerukan Polandia untuk memberikan wartawan "akses langsung" ke perbatasan.
Ia menyebut tindakan itu perlu diperlukan untuk "mengakhiri penderitaan manusia dan pelanggaran hak asasi manusia".
Di tempat lain dalam wawancaranya dengan BBC, Lukashenko – yang telah berkuasa sejak 1994 – juga mengakui bahwa dinas keamanannya memukuli orang-orang yang dipenjara karena memprotes pemilihan presiden yang diperebutkan tahun lalu.
Hasil pemungutan suara membuatnya memegang kekuasaan, tetapi langsung didiskreditkan oleh Barat dan tetap tidak diakui oleh UE.
"Oke, oke, saya akui, saya akui," kata Lukashenko.
"Orang-orang dipukuli di pusat penahanan Okretina. Tetapi ada juga polisi yang dipukuli dan Anda tidak mengekspos ini."
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Berita lainnya seputar krisis perbatasan di Belarusia