WHO Minta Jangan Panik Hadapi Varian Omicron, tapi Harus Siap dan Berhati-hati
WHO minta masyarakat tak perlu panik dengan munculnya varian Omicron, tapi harus siap dan berhati-hati.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan meminta masyarakat jangan panik menghadapi varian baru Covid-19 Omicron.
Namun, ia meminta agar masyarakat harus siap dan berhati-hati.
Hal ini disampaikan Swaminathan dalam konferensi Reuters Next, Jumat (3/12/2021).
"Seberapa khawatir kita harusnya? Kita harus siap dan berhati-hati, tidak panik."
"Karena kita berada dalam situasi yang berbeda dengan tahun lalu," kata Swaminathan, dikutip dari Reuters, Sabtu (4/12/2021).
Baca juga: Ahli Duga Mutasi Varian Omicron Berasal dari Virus Flu Biasa
Baca juga: Korea Selatan Laporkan Rekor Tertinggi Kasus Harian dan Kematian Covid-19, Total 9 Kasus Omicron
Menurutnya, meski varian Omicron dapat mendominasi karena sangat mudah menular, tetapi vaksin yang berbeda kemungkinan tidak diperlukan.
Sebab, ia mengatakan terlalu dini untuk meyebut Omicron lebih ringan dari varian corona lain dan meragukan asal-usulnya.
Ia menambahkan, kemungkinan varian Omicron mendominasi bisa diprediksi, mengingat varian Delta saat ini menyumbang 99% kasus secara global.
"Ada kemungkinan bahwa itu bisa menjadi varian dominan," kata Swaminathan.
"Para ilmuwan di Uni Eropa dan Australia memperkirakan bahwa Omicron dapat menyebabkan lebih banyak infeksi daripada Delta dalam beberapa bulan," ujarnya.
Dia mengatakan, Omicron sangat menular karena melihat data dari Afrika Selatan yang menunjukkan jumlah kasus Covid-19 meningkat setiap hari.
Menurutnya, di tahap ini tidak dapat dipastikan apakah Omicron adalah varian ringan, meski banyak infeksi sejauh ini menyebut pasien mengalami gejala yang ringan atau tanpa gejala sama sekali.
Baca juga: Sudah 38 Negara yang Konfirmasi Kemunculan Varian Omicron, Bagaimana dengan Tingkat Kematiannya?
Baca juga: Asal-usul Nama Omicron dari Huruf Yunani, Ketahui Cara Mengucapkan dan Artinya
"Belum ada bukti konklusif tentang dampak Omicron pada efektivitas antibodi."
"Tampaknya ia mampu mengatasi beberapa kekebalan alami dari infeksi sebelumnya," katanya.
"Fakta bahwa mereka tidak sakit, itu berarti vaksin masih memberikan perlindungan dan kami berharap mereka akan terus memberikan perlindungan," kata Swaminathan.
Swaminathan masih belum mengetahui tentang perlunya meningkatkan vaksin yang ada.
Sebab, ia mencatat bahwa booster dari suntikan vaksin mungkin cukup untuk melawan Omicron.
"Ada kemungkinan bahwa vaksin akan bekerja. Mungkin pada awalnya Anda memerlukan dosis ekstra untuk meningkatkan respons kekebalan," katanya.
Mutasi Varian Omicron Berasal dari Virus Flu Biasa
Para peneliti menduga varian Covid-19 Omicron memperoleh setidaknya satu dari puluhan mutasinya dengan mengambil potongan materi genetik dari virus lain, seperti virus penyebab flu biasa.
Sebab, menurut mereka, urutan genetik varian Omicron ini tidak muncul dalam versi virus corona sebelumnya, yang disebut SARS-CoV-2.
Tetapi ada di mana-mana di banyak virus lain termasuk virus yang menyebabkan flu biasa, dan juga dalam genom manusia.
Peneliti dari Cambridge, perusahaan analitik data yang berbasis di Massachusetts, AS, Venky Soundararajan menyebut varian Omicron membuat dirinya terlihat "lebih manusiawi".
"Dengan memasukkan potongan khusus ini ke dalam dirinya sendiri, Omicron mungkin membuat dirinya terlihat "lebih manusiawi," yang akan membantunya menghindari serangan oleh sistem kekebalan manusia," katanya, dikutip Tribunnews.com dari Reuters, Sabtu (4/12/2021).
Baca juga: Pemerintah Larang WNA dari Negara Terkonfirmasi Omicron Masuk ke Indonesia
Hal ini bisa berarti virus lebih mudah menular, dan kemungkinan hanya menyebabkan penyakit ringan atau tanpa gejala.
Namun para ilmuwan belum mengetahui apakah Omicron lebih menular daripada varian lainnya.
Juga tentang kemungkinan menyebabkan penyakit yang lebih parah atau akan menyalip Delta sebagai varian yang paling mendominasi.
Menurut Soundararajan, perlu beberapa minggu untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Sementara, sel-sel di paru-paru dan sistem pencernaan dapat menampung SARS-CoV-2 dan virus corona flu biasa secara bersamaan, menurut penelitian sebelumnya.
"Koinfeksi semacam itu memicu terjadinya rekombinasi virus, sebuah proses di mana dua virus berbeda dalam sel inang yang sama berinteraksi sambil membuat salinan dirinya sendiri, menghasilkan salinan baru yang memiliki beberapa materi genetik dari kedua 'orang tuanya'."
Baca juga: Omicron Terdeteksi di Malaysia, Masuk Lewat Orang Asing dari Afsel, Bagaimana Antisipasi Indonesia?
"Mutasi baru ini pertama kali dapat terjadi pada orang yang terinfeksi kedua patogen ketika versi SARS-CoV-2 mengambil urutan genetik dari virus lain," kata Soundararajan dan rekannya dalam sebuah penelitian, yang belum ditinjau oleh rekan sejawat.
"Urutan genetik yang sama muncul berkali-kali pada salah satu virus corona yang menyebabkan pilek pada manusia dikenal sebagai HCoV-229E dan pada virus human immunodeficiency (HIV) yang menyebabkan AIDS," tambah Soundararajan.
Di sisi lain, Afrika Selatan, tempat Omicron pertama kali diidentifikasi, memiliki tingkat HIV tertinggi di dunia, yang melemahkan sistem kekebalan dan meningkatkan kerentanan seseorang terhadap infeksi virus flu biasa dan patogen lainnya.
"Di bagian dunia itu, ada banyak orang di mana rekombinasi yang menambahkan rangkaian gen yang ada di mana-mana ini ke Omicron mungkin telah terjadi," kata Soundararajan.
"Kami mungkin melewatkan banyak generasi rekombinasi" yang terjadi dari waktu ke waktu dan yang menyebabkan munculnya Omicron," Soundararajan menambahkan.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi asal mula mutasi Omicron dan pengaruhnya terhadap fungsi dan transmisibilitas.
Ada hipotesis yang bersaing bahwa varian terbaru mungkin telah menghabiskan beberapa waktu untuk berevolusi dalam inang hewan.
Sementara itu, Soundararajan mengatakan, temuan baru menggarisbawahi pentingnya orang mendapatkan vaksin Covid-19 yang tersedia saat ini.
"Anda harus memvaksinasi untuk mengurangi kemungkinan orang lain, yang kekebalannya terganggu, akan menghadapi virus SARS-CoV-2," kata Soundararajan.
(Tribunnews.com/Maliana)