Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Studi di China: Jarak Vaksin Booster dengan Vaksin Kedua yang Lebih Lama Meningkatkan Antibodi

Peneliti di China menemukan bahwa jarak yang lebih lama antara vaksin booster dan vaksin kedua menghasilkan antibodi yang lebih banyak

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Studi di China: Jarak Vaksin Booster dengan Vaksin Kedua yang Lebih Lama Meningkatkan Antibodi
The Edge, Jawatankuasa Khas Jaminan Akses Bekalan Vaksin COVID-19
ILUSTRASI Vaksin Sinovac dan penurunan kemanjurannya dalam periode waktu tertentu 

TRIBUNNEWS.COM, SHANGHAI  - Jarak yang lebih lama antara dosis kedua dan dosis ketiga vaksin Sinovac Covid-19 memberikan lebih banyak perlindungan terhadap virus daripada jarak yang pendek.

Ini dikemukakan peneliti dari Sinovac Biotech, Universitas Fudan dan sejumlah Pusat Regional untuk Pengendalian dan Pencegahan  Penyakit, dalam jurnal medis The Lancet.

Dilansir dari The Straits Times, para peneliti mengatakan, tingkat antibodi pada orang yang menerima dosis ketiga delapan bulan setelah dosis kedua naik lebih dari dua kali lipat dari orang yang mendapat suntikan booster dalam waktu dua bulan dari dosis keduanya,

Studi ini menemukan bahwa perlindungan dari Covid-19 enam bulan setelah dua dosis vaksin telah menurun secara substansial.

Sementara dosis ketiga pada delapan bulan menghasilkan peningkatan yang luar biasa dalam konsentrasi antibodi.

Baca juga: Studi di Malaysia: Vaksin Sinovac Sangat Efektif Melawan Penyakit yang Serius

Baca juga: Imunogenisitas Vaksin Sinovac Capai 96%, Anak Usia 6-11 Tahun Diizinkan Ikuti Vaksinasi

Temuan ini muncul saat negara-negara di seluruh dunia mempercepat distribusi vaksin booster dalam rangka melawan virus Corona varian Omicron, yang dilaporkan lebih cepat menular.

Sejumlah negara mempercepat pemberian vaksin booster dari vaksin kedua. Namun studi Lancet itu menunjukkan, mempercepat dosis ketiga mungkin bukan pendekatan terbaik bagi mereka yang menggunakan vaksin yang tidak aktif. seperti Sinovac.

BERITA REKOMENDASI

Vaksin Sinovac, yang juga dikenal dengan sebut Coronavac, paling banyak digunakan di dunia.

Sekitar 2,3 miliar dosis telah dikirimkan dari perusahaan yang berbasis di Beijing itu, dan sebagian besar diarahkan ke negara berkembang.

Meskipun masih sangat efektif dalam menangkal penyakit serius dan kematian, vaksin ini melindungi jauh lebih sedikit terhadap penularan dan penyakit simtomatik dibandingkan vaksin mRNA untuk jenis virus asli dan varian Delta.

Baca juga: Studi di China Temukan Gabungan Vaksin CanSino dan SinoVac Lebih Efektif Tingkatkan Antibodi

Baca juga: Studi Libatkan 71.455 Nakes, Kesimpulannya Vaksin CoronaVac Efektif Minimalisir Risiko Covid-19

Sinovac sedang mempelajari bagaimana vaksin bertahan melawan Omicron.

Kepala ahli imunisasi di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Dr Wang Huaqing November lalu mengatakan, sekitar 38 juta orang telah menerima suntikan booster di China.


Hong Kong juga mulai menggunakan vaksin booster pada 11 November dengan kelompok berisiko tinggi yang menerima vaksin Sinovac.

Studi yang diterbitkan pada 7 Desember juga menunjukkan bahwa orang berusia 60 tahun atau lebih menerima konsentrasi antibodi yang lebih tinggi dari suntikan ketiga daripada orang berusia 18 hingga 59 tahun. (Tribunnews.com/TST/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas