Cara Singapura Atasi Omicron: Pasien Bisa Jalani Perawatan di Rumah, Ini Alasannya
Singapura melonggarkan pendekatannya dalam menanggulangi kasus Covid-19 varian Omicron mulai hari ini, Senin (27/12/2021).
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Singapura melonggarkan pendekatannya dalam menanggulangi kasus Covid-19 varian Omicron mulai hari ini, Senin (27/12/2021).
Pemerintah Negara Singa berhenti mengirim orang yang terinfeksi varian Omicron ke fasilitas isolasi khusus.
Melainkan, para pasien akan menjalani perawatan di rumahnya masing-masing atau juga bisa dirawat di fasilitas perawatan masyarakat, jelas Kementerian Kesehatan (MOH) pada Minggu (26/12/2021).
"Bukti internasional menunjukkan bahwa varian Omicron cenderung lebih menular tetapi kurang parah daripada varian Delta, dan bahwa vaksin, terutama booster, mempertahankan perlindungan substansial terhadap rawat inap yang disebabkan oleh Omicron," kata kementerian.
"Mengingat Omicron menular dan sifat terbuka masyarakat kita, tidak dapat dihindari bahwa Omicron akan menyebar di komunitas kita," kata kementerian, dikutip dari SCMP.
Baca juga: Cegah Penyebaran Omicron, Menko Luhut: Jika Ingin Berlibur Domestik Saja, Jangan ke Luar Negeri
Baca juga: Varian Omicron Bertambah Jadi 46 Kasus, Pasien Dikarantina di Wisma Atlet dan RSPI Sulianti Saroso
Kontak dekat dari pasien Omicron akan menerima peringatan risiko kesehatan tujuh hari alih-alih dikarantina selama 10 hari.
Kemudian, mereka yang saat ini dikarantina akan dipulangkan secara bertahap dalam beberapa hari ke depan.
Namun, orang-orang ini harus melakukan tes Covid-19 mandiri setiap hari sebelum keluar rumah.
"Upaya pelacakan kontak akan beralih kembali ke pelaporan mandiri oleh anggota keluarga dan memanfaatkan alat digital seperti TraceTogether, dan pagar yang ketat dari pengaturan rentan seperti rumah sakit, panti jompo, panti jompo MSF, dan prasekolah," kata kementerian.
Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan, pendekatan baru dalam mengatasi kasus Omicron ini dilakukan agar sumber daya terfokus pada kasus Covid-19 yang parah dan pasien rentan.
"Ini juga memungkinkan kami untuk kembali memiliki pendekatan tunggal yang efisien untuk mengelola Covid-19, terlepas dari jenis Covid-19, yang akan memfasilitasi operasi di lapangan dan kepatuhan terhadap protokol."
Menurut laporan CNA, Singapura hingga Sabtu (25/12/2021) telah mendeteksi 564 kasus Omicron.
Dari total kasus itu, 443 di antaranya adalah kasus impor dan 103 penularan lokal.
Dalam seminggu terakhir, ada 13 kasus Omicron komunitas yang tidak terhubung dan 78 kasus Omicron dari transmisi komunitas terkait lokal.
Menurut Kementerian Kesehatan, varian Omicron telah terdeteksi di lebih dari 110 negara, terutama di Afrika dan Eropa.
Meski demikian, kata kementerian, risiko rawat inap yang disebabkan Omicron lebih kecil daripada varian Delta.
"Secara lokal, kasus Omicron (di Singapura) sejauh ini tidak terlalu parah - tidak ada yang memerlukan perawatan intensif atau suplementasi oksigen, meskipun ini mungkin sebagian karena sebagian besar (pasien) sudah divaksinasi sepenuhnya dan dari kelompok usia yang lebih muda," jelas kementerian.
Kini Singapura berencana tetap melanjutkan program vaksinasi boosternya.
Ini lantaran perkiraan awal dari penelitian di luar negeri menunjukkan bahwa dua dosis vaksin mRNA mengurangi risiko infeksi simtomatik dari Omicron sekitar 35 persen.
Risiko selanjutnya dikurangi menjadi sekitar 75 persen lebih rendah untuk individu dengan rejimen mRNA primer dan booster.
Baca juga: Nakes Myanmar Rawat Pasien Covid-19 dan Aktivis di Klinik Rahasia, Bisa Dihabisi Junta Jika Ketahuan
Baca juga: Rumah Sakit di Israel Mulai Berikan Vaksin Covid-19 Dosis Keempat sebagai Bentuk Percobaan
Menurut catatan Worldometers pada Senin (27/12/2021), Singapura memiliki total kasus Covid-19 yang cukup rendah, yakni 277.764 terhitung sejak awal pandemi.
Bahkan dengan jumlah kasusnya, negara tetangga Indonesia ini ada di urutan ke-88 secara global di bawah Kenya dan Bahrain.
Sementara itu, kasus kematiannya juga cukup rendah, yakni 822 jiwa.
Adapun jumlah pasien yang sembuh adalah 274.204.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)