Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Studi: Antibodi Varian Omicron Dapat Memblokir Infeksi Varian Delta

Studi di Afrika Selatan menemukan bahwa orang yang terinfeksi varian Omicron mempunyai kekebalan lebih tinggi untuk melawan varian Delta yang parah

Editor: hasanah samhudi
zoom-in Studi: Antibodi Varian Omicron Dapat Memblokir Infeksi Varian Delta
AFP/OSWALDO RIVAS
Seorang wanita menempelkan kata "Omicron" pada boneka buatan tangan bergambar varian Covid-19 Omicron di Managua, pada 27 Desember 2021. - Boneka-boneka tersebut dibakar pada tengah malam pada 31 Desember sebagai tradisi mengucapkan selamat tinggal pada tahun tua dan menyambut tahun baru. (Photo by OSWALDO RIVAS / AFP) 

TRIBUNNEWS.COM - Para peneliti Afrika Selatan mengatakan pada Selasa (28/12/2021) bahwa  sebuah studi baru menemukan bahwa orang yang terinfeksi virus Corona varian Omicron mungkin mempunyai kekebalan lebih tinggi dalam melawan varian Delta yang sangat parah.

Lembaga Penelitian Kesehatan Afrika di Durban mengatakan penelitian kecilnya melibatkan 33 orang yang divaksinasi dan tidak divaksinasi.

Studi ini menemukan bahwa orang yang terinfeksi varian Omicron ternyata kekebalan mereka terhadap Delta meningkat 4,4 kali lipat.

Para peneliti mengatakan bahwa perlindungan semakin meningkat bagi mereka yang divaksinasi.

"Hasil ini konsisten dengan Omicron menggantikan varian Delta karena dapat memperoleh kekebalan, yang menetralkan infeksi ulang Delta  dengan varian Delta yang lebih kecil," kata para peneliti dalam penelitian tersebut.

Baca juga: Studi CDC Menunjukkan Masa Inkubasi Varian Omicron Hanya 3 Hari

Baca juga: Ilmuwan Inggris Peringatkan Varian Omicron Tidak Sama Seperti Covid-19 di Awal Pandemi

"Sebaliknya, Omicron lolos dari kekebalan penetralisir yang ditimbulkan oleh Delta dan oleh karena itu dapat menginfeksi kembali individu yang terinfeksi Delta,” katanya.

Penelitian menunjukkan peningkatan 14 kali lipat dalam kemampuan antibodi Omicron untuk memblokir infeksi ulang.

Berita Rekomendasi

Dilansir dari VOANews, penelitian ini belum ditinjau oleh rekan sejawat, namun sudah diajukan ke jurnal kesehatan MedRxiv.

Kemampuan varian Omicron untuk memperlambat Delta, dapat memiliki efek mendalam pada bagaimana para peneliti menangani keduanya.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), Omicron saat ini mewakili 58 persen kasus Covid-19 di Amerika Serikat.

Baca juga: CDC AS: Angka Kasus Infeksi Omicron di AS Terlalu Berlebihan

Baca juga: Epidemiolog: Masuk Kategori Variant of Concern, Omicron Termasuk Bahaya

Sementara Delta, yang pernah menjadi varian dominan di negara itu, mewakili 41 persen minggu lalu.

Risiko Sangat Tinggi

Meski demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Rabu (29/12/2021) mengatakan, risiko yang ditimbulkan oleh varian Omicron masih sangat tinggi.

Menurut WHO, jumlah kasus Covid-19 melonjak 11 persen secara global pekan lalu.

Dilansir dari Channel News Asia, WHO mengatakan, Omicron berada di belakang lonjakan virus yang cepat di beberapa negara, termasuk di mana ia telah melampaui varian Delta yang sebelumnya dominan.

Baca juga: Kasus Covid-19 Naik 11 Persen Secara Global, WHO: Omicron Ada di Balik Lonjakan Kasus Infeksi

Baca juga: Penyebaran Omicron Membayangi Perayaan Tahun Baru di Eropa

"Risiko keseluruhan terkait varian baru yang menjadi perhatian Omicron tetap sangat tinggi," kata WHO.

"Bukti yang konsisten menunjukkan bahwa varian Omicron memiliki keunggulan pertumbuhan dibandingkan varian Delta dengan waktu penggandaan dua hingga tiga hari dan peningkatan pesat dalam kejadian kasus terlihat di sejumlah negara, termasuk Inggris dan Amerika Serikat, di mana itu telah menjadi varian yang dominan,” sebutnya.

"Tingkat pertumbuhan yang cepat kemungkinan merupakan kombinasi dari kemampuan menghindari kekebalan dan peningkatan transmisibilitas varian Omicron secara intrinsic," sebut WHO.

Namun, WHO menyoroti penurunan 29 persen dalam insiden kasus yang diamati di Afrika Selatan - negara yang pertama kali melaporkan varian tersebut ke WHO pada 24 November.

Data awal dari Inggris, Afrika Selatan dan Denmark  yang saat ini memiliki tingkat infeksi tertinggi di dunia per orang, kata WHO,  menunjukkan ada pengurangan risiko rawat inap untuk Omicron dibandingkan dengan Delta.

Baca juga: CDC AS Pangkas Waktu Isolasi Pasien Covid-19 Tanpa Gejala Jadi 5 Hari

Baca juga: CDC: Pandemi Berlanjut, AS Amati Lebih Banyak Kematian Akibat Covid-19 Tahun 2021 Ini

Namun, data lebih lanjut diperlukan untuk memahami keparahan Omicron dalam hal penanda klinis, termasuk penggunaan oksigen, ventilasi mekanis, dan kematian.

Lebih banyak data juga diperlukan tentang bagaimana tingkat keparahan dapat dipengaruhi oleh infeksi atau vaksinasi Covid-19 sebelumnya.

“Diharapkan juga kortikosteroid dan penghambat reseptor interleukin 6 akan tetap efektif dalam pengelolaan pasien dengan penyakit parah,” kata WHO.

"Namun, data awal menunjukkan bahwa antibodi monoklonal mungkin kurang mampu menetralkan varian Omicron,” tambahnya. (Tribunnews.com/UPI/CNA/Hasanah Samhudi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas