Api Kembali Berkobar di Gedung Parlemen Afrika Selatan, Ruang Majelis Nasional Hangus
Api kembali berkobar di gedung parlemen Afrika Selatan di Cape Town, hanya beberapa jam setelah dikatakan dapat dikendalikan.
Penulis: Yurika Nendri Novianingsih
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah

TRIBUNNEWS.COM - Kebakaran dahsyat kembali melanda gedung parlemen Afrika Selatan di Cape Town, Senin (3/1/2022).
Api kembali berkobar hanya beberapa jam setelah dikatakan dapat dikendalikan.
Sebelumnya, Gedung parlemen Afrika Selatan mengalami kebakaran besar pada Minggu (2/1/2022).
Kebakaran pertama menghancurkan Majelis Nasional.
Kebakaran menyebabkan kerusakan parah, merobohkan atap dan merusak seluruh lantai di satu gedung.
Api terlihat mengepul dari atap gedung pada hari Senin, ketika petugas pemadam kebakaran berusaha memadamkan api, seperti dilaporkan oleh BBC.
Dari insiden tersebut, polisi telah menangkap seorang tersangka yang akan muncul di pengadilan pada hari Selasa (4/1/2022) atas tuduhan pembakaran, perusakan rumah dan pencurian.
Baca juga: Afrika Selatan Cabut Jam Malam Saat Gelombang Omicron Mereda
Baca juga: 21 Warga Kehilangan Tempat Tinggal Akibat Kebakaran yang Melalap Empat Rumah di Jakarta Timur
Pihak berwenang telah memperingatkan bahwa kebakaran mungkin terjadi lagi.
Sementara juru bicara parlemen Moloto Mathapo mengatakan kepada TimesLive Afrika Selatan bahwa beberapa petugas pemadam kebakaran telah bekerja sepanjang malam untuk mencoba dan mencegah kebakaran lebih lanjut.
Tetapi hanya 12 petugas pemadam kebakaran yang berada di lokasi ketika angin menyala kembali di kayu atap Majelis Nasional.
Meskipun bala bantuan dikirim, api masih terlihat muncul dari gedung saat malam tiba.
Pembaruan dari dewan kota pada pukul 22:00 waktu setempat (20:00 GMT) mengatakan bahwa lantai empat dan lima gedung itu telah hancur total.
Presiden Cyril Ramaphosa, yang sebelumnya mengakui sistem penyiram gedung tidak berfungsi dengan baik, memuji petugas pemadam kebakaran karena menanggapi peristiwa yang mengerikan dalam hitungan menit.
Menteri Pemerintah Patricia de Lille secara terpisah mengakui bahwa kamera CCTV tidak dipantau pada saat kebakaran awal dimulai.
