Pasien Parkinson di Jepang Rata-rata Cepat Sembuh dengan Mendengarkan Musik Secara Rutin
Semua pasien Profesor Akito Hayashi umumnya satu bulan sudah pulih, bisa berjalan lancar sendiri bahkan gemetar tangannya tak dirasakan lagi.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Akito Hayashi, seorang profesor dari Jepang menemukan pengobatan pasien parkinson dengan menggunakan irama (ritme) musik. Pengobatan juga dilakukan dengan menggunakan alat Metronome secara rutin setiap hari.
Dalam waktu satu bulan, semua pasiennya ternyata sembuh. Tangan yang biasanya selalu gemetar kini sudah tidak gemetar lagi.
"Saya teliti sejak 20 tahun lalu dan menggunakan musik juga. Kalau hanya Metronome mungkin orang bosan dan mungkin bisa berhenti rehabilitasi," ungkap Profesor Akito Hayashi (65), dosen Universitas Juntendo Jepang kepada Tribunnews.com, Kamis (13/1/2022).
Menurutnya Parkinson terjadi karena zat dopamin menurun atau rusak atau berkurang di dalam tubuh manusia.
Ada pula faktor DNA keturunan sekitar 5 sampai 8 persen.
"Jadi selama ini diobati dengan meningkatkan dopamin. Silakan saja itu lanjutkan seperti biasa. Namun dari penelitian saya selama 20 tahun ternyata yang paling menyembuhkan adalah relaksasi dengan mendengarkan musik berirama (ritme) yang disukainya secara rutin," tambahnya.
Semua pasien Profesor Akito Hayashi umumnya satu bulan sudah pulih, bisa berjalan lancar sendiri bahkan gemetar tangannya tak dirasakan lagi.
"Dari banyak pasien saya ada 3 pasien yang sangat berat tingkat penyakit Parkinson-nya. Hanya bisa duduk saja, sulit berdiri apalagi berjalan. Namun dengan ritme yang diberikan perawatnya secara rutin setiap hari sedikitnya satu jam, jelas sekali perubahannya."
"Dalam sebulan dia sudah bisa berjalan sendiri dengan normal dan gemetar tangannya hilang. Keluarganya sendiri sampai kaget mengatakan kepada saya," ungkapnya.
Profesor Hayashi juga membuat musik khusus untuk para pasiennya yang berjumlah puluhan musik sehingga pasien tidak bosan karena bisa berganti-ganti.
"Terpenting adalah kesukaan dia dan keinginan dia untuk mendengarkan ritme musik selama sedikitnya satu jam. Kalau siang mungkin ritme musik yang agak bersemangat agar menodorong semangat kerja dan kehidupan. Kalau malam, mungkin tambah lagi satu jam musik yang santai supaya bisa enak tidur. Sambil rehabilitasi berjalan mengikuti ritme tersebut," jelasnya.
Profesor Hayashi membantah jika dikatakan parkinson adalah penyakit yang hanya diderita oleh orang yang tak punya uang saja.
"Ini penyakit umum. Biasanya pada orang yang telah berusia 60 tahun atau lebih dan orang kaya pun ada yang terkena Parkinson. Jadi bukan penyakit orang miskin ini," kata dia.
Baca juga: Profesor Jepang Sembuhkan Parkinson Gunakan Metronome
Bagaimana dampak penyakit ini terhadap pandemi corona?
"Kalau kita belum divaksinasi memang agak bahaya. Sebaiknya secepatnya divaksinasi agar tidak menjadi parah kalau terkena corona, akan terbantu dengan baik. Tapi kalau tidak divaksinasi risiko bahkan bisa sampai meninggal pun ada. Tetapi itu bukan karena parkinsonnya tetapi dampak tidak langsung dari parkinson," jelasnya.
Profesor Hayashi juga menerbitkan buku yang telah terjual puluhan ribu eksemplar dan bahkan sempat menduduki peringkat pertama terlaris dalam penjualan buku medis di Amazon Jepang.
"Masih buku bahasa Jepang. Mungkin saya pikirkan untuk diterjemahkan ke Bahasa Inggris," ungkapnya.
Di dalam bukunya tersebut Profesor Hayashi mengungkapkan semua proses penelitian serta datanya.
Tak lupa di dalam buku juga melampirkan CD-ROM yang berisi musik ritme yang diciptakan sendiri untuk para pasiennya yang mau sembuh dari Parkinson.
"Tentu harus dilakukan teratur mendengarkan musik dan ritme tersebut sambil rehabilitasi jalan kaki dan tangan juga digerakkan. Kalau sudah sembuh sekali pun mungkin bisa dilakukan terus secara rutin walaupun mungkin dengan frekuensi yang agak kurang nantinya," ujarnya.
Profesor Hayashi yang memiliki tiga anak itu mengaku belum pernah ke Indonesia.
"Suatu waktu mungkin saya akan jalan-jalan ke Indonesia terutama Bali saya dengar indah sekali ya," tambahnya.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang.
Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.