Polisi Jepang Bentuk Satuan Khusus Kejar Pembunuh Siswa SMP Sota Kato
Ketika kru ambulans bergegas masuk, Kato terbaring tak sadarkan diri di atas futon di ruang tamu lantai 1, dan wajahnya memar.
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Polisi Jepang kemarin (19/1/2022) bentuk satuan khusus kejar pembunuh Sota Kato (15) anak lelaki tertua dari 8 bersaudara, siswa SMP kelas tiga yang tinggal di Kota Shiraoka Saitama, meninggal di rumah sakit akibat pukulan seseorang.
"Sota ditemukan tidak sadarkan diri di rumahnya dan meninggal di rumah sakit tempat dia dipindahkan pada tanggal 18 Januari lalu," papar sumber Tribunnews.com kemarin (19/1/2022).
Polisi prefektur Saitama sedang menyelidiki kasus cedera fatal karena benturan keras di kepala dari luar.
Orang yang meninggal adalah Sota Kato (15), siswa kelas tiga SMP dari Hikobee, Shiraoka.
Kejadiannya sebelum jam 5 pagi pada tanggal 15 Januari 2022, ibu Kato yang berusia 38 tahun menelepon 119, ambulance, mengatakan, "Saya baru sadar ketika melihat ke dalam kamar anak saya, dia sudah tergeletak di lantai."
Ketika kru ambulans bergegas masuk, Kato terbaring tak sadarkan diri di atas futon di ruang tamu lantai 1, dan wajahnya memar.
Kato dibawa ke rumah sakit, tetapi meninggal di rumah sakit dimana dia dibawa sekitar pukul 14:00 pada tanggal 18 Januari.
Terdapat beberapa lebam selain di wajah, dan dari hasil otopsi yudisial ditemukan penyebab kematian adalah hematoma subdural akut akibat benturan keras di kepala.
Hematoma subdural akut adalah perdarahan subdural adalah kondisi ketika darah menumpuk di antara dua lapisan di otak, yaitu lapisan arachnoid dan lapisan dura atau meninggal. Akhirnya dapat mengakibatkan meninggal dunia.
Menurut polisi prefektur, sang ibu memberi tahu kru ambulans bahwa dia telah terluka beberapa hari yang lalu dan kembali ke rumah.
Kato tinggal bersama ibu dan tujuh saudara kandungnya. Kantor Polisi Kuki dan Divisi Investigasi Polisi Prefektur 1 sedang menyelidiki situasi terperinci dari kasus ini dengan memeriksa rumah mereka di lokasi.
Diskusi kasus ini dapat diikuti bersama kelompok para pecinta Jepang lewat email : info@tribun.in