Tiga Jenis Vaksin Ini Diklaim Mampu Meningkatkan Antibodi Penerima Dua Dosis Sinovac
Tiga jenis vaksin Covid-19 diklaim mampu meningkatkan kadar antibodi secara signifikan pada penerima dua dosis vaksin CoronaVac dari Sinovac.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Tiga jenis vaksin Covid-19 diklaim mampu meningkatkan kadar antibodi secara signifikan pada penerima dua dosis vaksin CoronaVac dari Sinovac.
Dilansir Reuters, ketiganya adalah vaksin AstraZeneca, Pfizer-BioNTech, dan Johnson & Johnson yang dijadikan sebagai booster.
Studi yang dilakukan peneliti dari Brasil dan Universitas Oxford menemukan CoronaVac menerima dorongan terkuat dari vektor virus atau suntikan RNA, termasuk terhadap varian Delta dan Omicron.
Vaksin Sinovac produksi Sinovac Biotech Ltd di China ini dibuat dengan platform atau metode virus yang telah dilemahkan (inactivated virus).
Vaksin ini telah disetujui di lebih dari 50 negara beberapa diantaranya yakni Brasil, Argentina, Afrika Selatan, Oman, Malaysia, Indonesia, hingga Turki.
Baca juga: Vaksin Booster Sinovac Disebut Dapat Tingkatkan Antibodi 20 - 30 Kali dengan KIPI yang Rendah
Baca juga: CEK Tiket dan Jadwal Vaksinasi Booster di Laman dan Aplikasi PeduliLindungi, Siapkan NIK
"Studi ini memberikan pilihan penting bagi pembuat kebijakan di banyak negara di mana vaksin tidak aktif telah digunakan," kata Andrew Pollard, direktur Oxford Vaccine Group dan pemimpin studi.
Namun, penelitian lain pada Desember lalu menemukan dua dosis Sinovac diikuti dengan dosis booster vaksin Pfizer-BioNTech menunjukkan respons imun yang lebih rendah terhadap varian Omicron dibandingkan dengan strain lain.
Vaksin vektor virus seperti yang dikembangkan oleh AstraZeneca-Oxford dan J&J menggunakan versi yang lebih lemah dari virus lain untuk mengirimkan instruksi genetik untuk membuat protein dari virus yang perlindungannya dicari.
Vaksin mRNA Pfizer-BioNTech mengirimkan transkrip genetik dengan instruksi untuk membuat protein virus guna mengajari tubuh cara bertahan melawan infeksi.
Tiga dosis CoronaVac dari Sinovac juga diklaim dapat meningkatkan antibodi, tetapi hasilnya lebih baik jika dosis booster dari vaksin jenis lain, menurut penelitian terbaru di Brasil.
Penelitian itu melibatkan 1.240 sukarelawan dari Kota Sao Paulo dan Salvador, Brasil.
Sebelum diberikan booster, tingkat antibodi rendah, dengan hanya 20,4% orang dewasa berusia 18-60 tahun dan 8,9% orang dewasa berusia di atas 60 tahun yang memiliki tingkat antibodi penetralisir yang dapat dideteksi.
Antibodi terlihat meningkat secara signifikan di setiap rejimen vaksin booster, menurut penelitian, yang diterbitkan dalam jurnal medis Lancet pada Jumat (21/1/2022).
Sementara itu, Pfizer dan BioNTech SE telah memulai uji klinis vaksin baru khusus untuk varian Omicron, Selasa (25/1/2022).
Omicron Bukan Akhir Covid-19
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, memperingatkan bahwa bahaya menganggap varian Omicron sebagai akhir dari fase akut pandemi Covid-19.
Ia juga mendesak dunia tetap fokus mengalahkan virus ini.
"Berbahaya untuk berasumsi bahwa Omicron akan menjadi varian terakhir dan bahwa kita berada di akhir permainan," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam pertemuan dewan eksekutif WHO, Senin (24/1/2022).
"Sebaliknya, secara global kondisinya ideal untuk lebih banyak varian yang muncul," ujarnya, dikutip dari Reuters.
Meskipun Omicron membuat angka kasus melonjak menjadi hampir 350 juta, dampaknya yang kurang mematikan dan meningkatnya prevalensi vaksin membuat optimisme bahwa pandemi terburuk mungkin telah berlalu.
Tedros terus mendesak kedisiplinan dan persatuan semua negara untuk menanggulangi wabah Covid-19.
Baca juga: WHO: Asumsi Pandemi Covid-19 Telah Capai Permainan Akhir Itu Berbahaya
Baca juga: Angka Positif Covid-19 Hari Ini Bertambah Hingga 4.878, Kasus Aktif Capai 24.856
"Pandemi Covid-19 sekarang memasuki tahun ketiga dan kita berada pada titik kritis," katanya dalam konferensi pers sebelumnya.
"Kita harus bekerja sama untuk mengakhiri fase akut pandemi ini. Kita tidak bisa membiarkannya terus berlarut-larut, bergerak di antara kepanikan dan kelalaian."
Kasus Covid-19 dunia per-Selasa (25/1/2022) berjumlah lebih dari 356 juta.
Ada 5,6 juta kematian yang tercatat dengan 282,5 juta pasien sembuh.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.