Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kirim Pesan ke Ukraina, Rusia: Tidak Ingin Perang, Tapi Tak akan Biarkan Kepentingan Kami Diabaikan

Rusia mengirimkan sinyal terkuatnya sejauh ini bahwa pihaknya tidak ingin berperang dan akan melakukan negosiasi bersama AS, Jumat (28/1/2022).

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
zoom-in Kirim Pesan ke Ukraina, Rusia: Tidak Ingin Perang, Tapi Tak akan Biarkan Kepentingan Kami Diabaikan
AFP
Poster Presiden Rusia Vladimir Putin dijadikan latihan sasaran di sepanjang parit di garis depan dengan separatis yang didukung Rusia di dekat desa Zolote, di wilayah Lugansk, pada Jumat (21/1/2022). Inggris menuduh Moskow mendekati mantan politisi dan akan menempatkan pemimpin pro-Rusia di Ukraina. 

TRIBUNNEWS.COM - Rusia mengirimkan sinyal terkuatnya sejauh ini bahwa pihaknya tidak ingin berperang dan akan melakukan negosiasi bersama AS, Jumat (28/1/2022).

"Jika itu tergantung pada Rusia, maka tidak akan ada perang. Kami tidak menginginkan perang."

"Tetapi, kami juga tidak akan membiarkan kepentingan kami diinjak-injak secara kasar, diabaikan," kata Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov kepada stasiun radio Rusia dalam sebuah wawancara.

Rusia telah mengumpulkan puluhan ribu tentara di dekat perbatasan Ukraina untuk menuntut pengaturan keamanan pasca-Perang Dingin di Eropa.

Hal ini ditanggapi Amerika Serikat serta sekutu dengan sejumlah ultimatum dan peringatan keras.

Presiden Rusia Vladimir Putin. Presiden Rusia Vladimir Putin mengikuti KTT online para pemimpin APEC melalui tautan video di Moskow pada 12 November 2021.
Presiden Rusia Vladimir Putin. Presiden Rusia Vladimir Putin mengikuti KTT online para pemimpin APEC melalui tautan video di Moskow pada 12 November 2021. (Mikhail Metzel / POOL / AFP)

Baca juga: Biden Peringatkan Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari

Baca juga: Washington Ultimatum Moskow: Jika Tuntutan Tak Dipenuhi, Dubes Rusia Harus Angkat Kaki dari AS

Presiden Vladimir Putin diancam bahwa Rusia akan mengadapi sanksi ekonomi jika menyerang Ukraina.

Dilansir Reuters, Lavrov menilai Barat telah mengabaikan kepentingan Rusia. 

Berita Rekomendasi

Tetapi, kata dia, setidaknya ada "sesuatu" dalam jawaban tertulis AS dan NATO terhadap proposal keamanan yang diajukan Rusia.

Meskipun tanggapan belum dipublikasikan, AS dan NATO telah menyatakan bersedia terlibat dengan Moskow dalam pengendalian senjata dan langkah-langkah untuk membangun kepercayaan.

Namun, mereka mengesampingkan untuk menyetujui tuntutan lain, salah satunya bahwa Ukraina tidak boleh bergabung dengan NATO.

Menlu Lavrov mengatakan, ia berharap dapat bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken dalam beberapa pekan ke depan.

Katanya, jawaban AS terhadap tuntutan Rusia lebih baik daripada balasan dari NATO.

Saat ini pemerintah Rusia sedang mempelajari tanggapan itu dan Putin akan memutuskan langkah selanjutnya.

Pernyataan yang disampaikan Lavrov adalah yang mendamaikan sejauh ini.

Diketahui, hubungan Ukraina-Rusia belakangan ini memanas hingga melibatkan AS dan sekutunya.

Pemimpin Belarusia, Alexander Lukashenko, yang juga sekutu dekat Rusia mengatakan bahwa negaranya sama sekali tidak tertarik pada perang, Jumat (28/1/2022).

Ia menyebut konflik akan pecah jika hanya Belarusia atau Rusia diserang lebih dulu.

Intelijen Jerman Sebut Moskow Belum Memutuskan

Prajurit Pasukan Militer Ukraina, membelai seekor anjing di parit di garis depan dengan separatis yang didukung Rusia di dekat Avdiivka, Donetsk, Ukraina tenggara, pada 9 Januari 2022. (Photo by Anatolii STEPANOV / AFP)
Prajurit Pasukan Militer Ukraina, membelai seekor anjing di parit di garis depan dengan separatis yang didukung Rusia di dekat Avdiivka, Donetsk, Ukraina tenggara, pada 9 Januari 2022. (Photo by Anatolii STEPANOV / AFP) (AFP/ANATOLII STEPANOV)

Rusia bersiap untuk menyerang Ukraina, tetapi belum memutuskan apakah akan melakukannya, kata kepala badan intelijen luar negeri Jerman (BND).

"Saya percaya bahwa keputusan untuk menyerang belum dibuat," kata Bruno Kahl kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

"Krisis dapat berkembang dalam ribuan cara," tambahnya, dikutip dari Al Jazeera.

Ia menjelaskan prediksi skenario Rusia, termasuk langkah untuk mengacaukan pemerintah Ukraina di Kyiv atau untuk mendukung separatis di timur.

Kahl menolak berkomentar tentang jenis sanksi yang harus dijatuhkan terhadap Rusia jika terjadi serangan.

Namun, ia mendukung pendekatan Jerman untuk membuat Moskow tidak mengetahui langkah apa yang mungkin akan dilakukan.

Awal Mula Konflik Rusia-Ukraina

Ukraina merupakan bagian dari Kekaisaran Rusia selama berabad-abad sebelum menjadi Republik Uni Soviet dan merdeka saat Uni Soviet bubar pada 1991.

Dilansir Al Jazeera, sejak saat itu Ukraina menjalin hubungan dekat dengan Barat dan melepaskan warisan Kekaisaran Rusia

Pada 2014, terjadi kerusuhan besar yang disebut Revolution of Dignity di Ukraina karena mantan Presiden Viktor Fedorovych menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa demi hubungan yang lebih dekat dengan Moskow.

Ini menyebabkan protes besar-besaran untuk menggulingkan Fedorovych dari jabatannya.

Foto selebaran ini dirilis pada 18 Januari 2022, oleh Kementerian Pertahanan Belarus, menunjukkan prajurit Rusia mempersiapkan kendaraan militer untuk diturunkan dari kereta pasukan untuk latihan bersama di Belarus. - Belarus mengatakan pada 18 Januari 2022, bahwa pasukan Rusia mulai tiba di negara itu untuk latihan militer yang diumumkan dengan latar belakang ketegangan antara Barat dan Rusia atas tetangga Ukraina. (Photo by Handout / MINISTRY OF DEFENCE REPUBLIC OF BELARUS / AFP)
Foto selebaran ini dirilis pada 18 Januari 2022, oleh Kementerian Pertahanan Belarus, menunjukkan prajurit Rusia mempersiapkan kendaraan militer untuk diturunkan dari kereta pasukan untuk latihan bersama di Belarus. - Belarus mengatakan pada 18 Januari 2022, bahwa pasukan Rusia mulai tiba di negara itu untuk latihan militer yang diumumkan dengan latar belakang ketegangan antara Barat dan Rusia atas tetangga Ukraina. (Photo by Handout / MINISTRY OF DEFENCE REPUBLIC OF BELARUS / AFP) (AFP/HANDOUT)

Baca juga: Presiden AS Joe Biden Ancam Sanksi Pribadi Terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin Terkait Ukraina

Baca juga: Situasi Memanas, Ini Akar Konflik Ukraina dan Rusia hingga NATO Kirim Bantuan

Menanggapi hal ini, Rusia kemudian mencaplok Semenanjung Krimea di Ukraina dan mendukung kelompok pemberontak separatis di timur Ukraina.

Ukraina dan Barat menuduh Rusia mengirim pasukan dan senjata untuk mendukung pemberontak, namun Moskow berdalih warga Rusia yang bergabung dengan separatis adalah simpatisan.

Menurut Kyiv, lebih dari 14.000 orang tewas dalam pertempuran yang menghancurkan Donbas, jantung industri timur Ukraina.

Sementara itu, Moskow mengecam keras AS dan sekutu NATO-nya karena menyediakan senjata bagi Ukraina dan mengadakan latihan bersama.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas