Berapa Dana yang Dibutuhkan Pangeran Harry untuk Dapat Perlindungan Keamanan di UK? Ini Kata Pakar
Pangeran Harry dan Meghan Markle berpotensi membayar dengan harga mahal untuk bisa mendapatkan keamanan tingkat tinggi saat berada di Inggris.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Pangeran Harry dan Meghan Markle berpotensi membayar dengan harga mahal untuk bisa mendapatkan keamanan tingkat tinggi saat berada di Inggris, menurut pakar kerajaan Richard Aitch.
"Sangat sulit untuk menyebutkan angka persisnya," ujar Aitch yang juga merupakan direktur operasi untuk Mobius International Security, kepada Us Weekly.
"Biaya untuk petugas perlindungan pribadi dari Polisi Metropolitan diperkirakan sekitar £ 100.000 (Rp1,9 miliar) per tahun."
Pakar keamanan itu menyebut bahwa biaya dapat sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu, dengan penambahan biaya lain, termasuk penerbangan dan akomodasi di luar negeri.
Anak-anak Harry dan Meghan, yaitu Archie dan putri Lilibet, juga menjadi faktor perhitungan biaya.
"Biayanya pasti bisa sangat besar," tambah Aitch.
Awal bulan ini, Pangeran Harry mengeluarkan pernyataan terkait masalah keamanan untuk keluarganya.
Sejak Pangeran Harry dan Meghan Markle keluar dari anggota senior kerajaan Inggris pada awal tahun 2020 lalu, keduanya memutuskan pindah ke Amerika Serikat.
Kini, mereka merasa tidak bisa kembali lagi ke Inggris tanpa adanya perlindungan dari polisi.
Seperti dilansir Town&Country, perwakilan hukum Harry dan Meghan merilis pernyataan setelah koran Mail On Sunday memberitakan sang pangeran tengah meminta peninjauan kembali atas keputusan Home Office (Departemen Dalam Negeri) yang tidak mengizinkannya membayar perlindungan polisi ketika berada di UK.
"Pangeran Harry mewarisi risiko keamanan saat lahir, seumur hidup," tulis pernyataan itu.
Baca juga: Pangeran Harry dan Meghan Rilis Foto Lilibet Diana, Begini Penampakan Cicit Ratu di Usia 6 Bulan
Baca juga: Pangeran Philip Pernah Bandingkan Meghan Markle dengan Wallis Simpson, Janda yang Nikahi Bangsawan
"Dia tetap berada di urutan keenam dalam takhta, menjalani dua tur tugas tempur di Afghanistan, dan dalam beberapa tahun terakhir keluarganya telah menjadi sasaran neo-Nazi dan ancaman ekstremis."