Iran Sambut Baik Keringanan Sanksi AS, Namun Sebut 'Tidak Cukup'
Menlu Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan keputusan AS untuk memberikan keringanan sanksi pada program nuklir "baik tetapi tidak cukup".
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington untuk melanjutkan kesepakatan nuklir 2015 memasuki tahap akhir.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan keputusan Amerika Serikat (AS) untuk memberikan keringanan sanksi pada program nuklir "baik tetapi tidak cukup".
Keringan sanksi dari AS memungkinkan perusahaan Rusia, China, dan Eropa untuk melakukan bisnis non-proliferasi di lokasi nuklir Iran.
“Pencabutan beberapa sanksi dapat diterjemahkan ke dalam niat baik mereka," kata Hossein Amirabdollahian, seperti dikutip kantor berita ISNA.
Baca juga: PBB: Korea Utara Kembangkan Program Nuklir, Dapat Untung dari Serangan Siber Pertukaran Kripto
Baca juga: Komisi Eropa Deklarasikan Nuklir dan Gas Sebagai ‘Energi Hijau’
"Orang Amerika membicarakannya, tetapi harus diketahui bahwa apa yang terjadi di atas kertas itu baik tetapi tidak cukup,” imbuhnya.
Melansir Al Jazeera, Amirabdollahian menegaskan salah satu “isu utama” dalam pembicaraan nuklir adalah mendapatkan jaminan bahwa AS tidak akan menarik diri dari kesepakatan 2015 lagi, seperti yang dilakukan Donald Trump beberapa waktu lalu saat menjabat sebagai Presiden.
“Kami mencari dan menuntut jaminan di bidang politik, hukum dan ekonomi,” katanya.
Ia seraya menambahkan bahwa “kesepakatan telah dicapai di beberapa bidang”.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan pada Jumat (4/2/2022) bahwa pihaknya mengesampingkan sanksi terhadap program nuklir sipil Iran dalam langkah teknis yang diperlukan untuk kembali ke Rencana Aksi Komprehensif Gabungan 2015, atau JCPOA, sebagai kesepakatan nuklir yang secara resmi dikenal.
Baca juga: Qatar Mediasi Iran dan Amerika Serikat di Fase Akhir Negosiasi Nuklir
Baca juga: Mantan PM Jepang Harapkan Indonesia Tidak Pakai Nuklir, Gunakan Energi Terbarukan
Keputusan AS datang ketika para perunding AS kembali ke Wina.
Kedua negara telah mengadakan delapan putaran pembicaraan tidak langsung di Wina sejak April 2021 yang bertujuan untuk mengembalikan pakta dengan kekuatan utama - AS, China, Rusia, Prancis, Jerman dan Inggris - yang mencabut sanksi terhadap Teheran dengan imbalan pembatasan nuklirnya.
Setelah Trump menarik AS keluar dari kesepakatan dan menerapkan kembali sanksi keras, Iran secara bertahap mulai melanggar pembatasan nuklir pakta.
Teheran menegaskan program nuklirnya murni untuk tujuan damai.
Baca juga: Para Menteri Luar Negeri G7 Beri Peringatan kepada Teheran dan Moskow
Baca juga: Peringatan Israel pada Dunia soal Presiden Baru Iran Ebrahim Raisi, Sebut sebagai Penjagal Teheran
Kesepakatan yang dibatalkan
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.