40 Satelit Starlink SpaceX Hancur Dihantam Badai Geomagnetik Sehari setelah Peluncuran
Puluhan satelit SpaceX jatuh dari orbit dan terbakar karena dihantam badai geomagnetik sehari setelah peluncuran.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Puluhan satelit SpaceX jatuh dari orbit dan terbakar karena dihantam badai geomagnetik sehari setelah peluncuran.
Badai geomagnetik ini disebabkan oleh matahari yang memuntahkan partikel angin matahari yang akhirnya menabrak Bumi.
Partikel tersebut mengacaukan medan magnet Bumi, mengganggu satelit, meningkatkan hambatan, hingga mengacaukan orbitnya.
SpaceX mengatakan, 40 dari 49 satelit yang diluncurkan pada pekan lalu jadi korban.
Baca juga: SpaceX Milik Elon Musk Siap Pulihkan Jaringan Internet di Tonga
Baca juga: Berita Foto : Roket SpaceX Berhasil Meluncurkan Satelit Mata-mata AS

Padahal puluhan satelit tersebut harusnya bergabung dengan proyek internet Starlink.
Dilaporkan BBC pada Rabu (9/2/2022), Starlink merupakan proyek Elon Musk, bos SpaceX, untuk menyediakan layanan internet berkecepatan tinggi menggunakan ribuan satelit yang mengorbit.
Sistem ini relatif mahal, namun dapat digunakan di tempat-tempat yang tidak terjangkau kabel.
Salah satunya di Tonga, yang kehilangan akses komunikasi setelah kabel fiber optik bawah lautnya rusak akibat gempa dan tsunami pada Januari lalu.
Untuk mengatasi hal ini, SpaceX tengah membangun sebuah stasiun Starlink di dekat Fiji untuk memulihkan akses.
Sebanyak 49 satelit yang diluncurkan SpaceX minggu lalu dikerahkan dalam orbit awal yang meluncur serendah 130 mil (210 km) di atas Bumi pada titik terendahnya.
SpaceX mengatakan pihaknya sengaja merilis kumpulan Starlink di orbit rendah sehingga dapat dibuang dengan cepat jika terjadi kegagalan sesaat setelah peluncuran.
Sayangnya, desain orbit itu ternyata membuat armada rentan terhadap badai geomagnetik pada Jumat (4/2/2022).
Menurut SpaceX, semua satelit masih dalam kondisi penerbangan yang normal setelah diluncurkan pada Kamis (3/2/2022).
Sayangnya, sehari kemudian badai geomagnetik menghantam Bumi.
Diketahui, badai geomagnetik yang juga disebut badai magnet atau badai matahari, adalah fenomena cuaca antariksa yang terjadi ketika pertukaran energi dari angin matahari ke lingkungan luar angkasa di sekitar bumi.
Badai ini dapat menyebabkan fenomena aurora aktif selama berjam-jam, namun juga memiliki efek berbahaya.
Kondisi ini menghangatkan atmosfer dan membuatnya jauh lebih padat dari yang diperkirakan.
"GPS onboard menunjukkan kecepatan eskalasi dan tingkat keparahan badai menyebabkan hambatan atmosfer meningkat hingga 50% lebih tinggi daripada saat peluncuran sebelumnya," kata SpaceX.
SpaceX sempat mencoba memprogram satelit ke dalam 'mode aman' untuk meminimalkan hambatan.
Namun, hambatan atmosfer cukup kuat untuk menghentikan sebagian besar satelit Starlink tersebut, hingga 40 dari mereka diperkirakan jatuh dari orbit seperti puing-puing ruang angkasa hanya beberapa hari setelah peluncuran.
"Satelit-satelit yang mengalami deorbiting tidak menimbulkan risiko tabrakan dengan satelit lain dan secara desain akan mati saat masuk kembali ke atmosfer - yang berarti tidak ada puing-puing orbit yang dibuat dan tidak ada bagian satelit yang menyentuh tanah," tulis SpaceX, dikutip dari Space.com.

Baca juga: Elon Musk Bos Tesla Jadi Orang Terkaya Sejagat. Bagaimana Dengan Pendiri Facebook?
Baca juga: Pasang Chip di Otak Manusia Jadi Proyek Baru Elon Musk Tahun Ini
Jacob Geer, Kepala Pengawasan Antariksa Badan Antariksa Inggris, berharap satelit-satelit tersebut tidak jatuh ke daratan Bumi.
"Peristiwa seperti ini adalah pengingat bahwa luar angkasa itu menantang - membawa satelit atau astronot ke orbit masih tidak mudah," katanya.
Peluncuran Starlink SpaceX pada Kamis pekan lalu, yang disebut misi Starlink 4-7, adalah penerbangan Starlink ketiga pada tahun 2022.
Ke-49 satelit tersebut diharapkan berhasil bergabung dengan lebih dari 1.800 satelit Starlink lainnya yang saat ini berada di orbit.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)