Jerman Sebut Rusia Bahayakan Perdamaian Eropa dan Ciptakan Perang Dingin Baru
Jerman menyebut Rusia bahayakan perdamaian Eropa dan ciptakan Perang Dingin baru karena krisis Ukraina.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock menyebut Rusia membahayakan perdamaian Eropa karena ancaman invasi Ukraina.
Selain itu, Baerbock juga menyebut Rusia bisa menciptakan Perang Dingin baru.
Hal ini ia sampaikan setelah mengetahui Rusia menambah pasukan tentara besar-besaran dan peralatan militer di perbatasan Ukraina.
Baerbock mengaku prihatin atas penambahan pasukan dan peralatan militer tersebut.
Untuk itu, ia meminta Rusia menunjukkan langkah serius untuk mencegah eskalasi yang mungkin terjadi.
"Belum pernah terjadi sebelumnya, pengerahan pasukan di perbatasan dengan tuntutan Ukraina dan Perang Dingin."
"Rusia menantang prinsip tatanan perdamaian di Eropa," kata Baerbock dalam pernyataannya yang dikutip Tribunnews dari BBC, Jumat (18/2/2022).
"Moskow harus menunjukkan langkah serius untuk deeskalasi," tambahnya
Baca juga: Rusia Rilis Tanggapan untuk AS Soal Jaminan Keamanan
Baca juga: Para Pemimpin Dunia Tolak Tes Covid di Rusia, Khawatir DNA-nya Dicuri untuk Dijadikan Senjata?
Pernyataan tersebut merujuk pada serangkaian tuntutan yang dibuat Rusia atas keamanan Eropa.
Di mana Rusia berusaha membatasi kekuatan militer Barat di negara-negara yang dianggap berada dalam lingkup pengaruhnya sendiri.
Sementara Barat menolak gagasan bahwa Rusia memiliki hak untuk mempengaruhi kebijakan luar negeri negara-negara yang dekat dengan perbatasannya, seperti yang dilakukan Uni Soviet selama Perang Dingin.
Adapun, Perang Dingin adalah periode pasca perang abad ke-20 ketika persaingan antara Barat dan Uni Soviet membawa dua negara adidaya global ke ambang perang nuklir.
Untuk itu, Baerbock menyerukan agar upaya diplomasi dilanjutkan demi menghindari Perang.
"Bahkan langkah-langkah kecil menuju perdamaian lebih baik daripada langkah-langkah besar menuju perang," ujarnya.
Seperti diketahui, Konferensi Keamanan Munich tahunan mulai digelar pada Jumat (18/2/2022) di Kota München, Jerman hingga tiga hari mendatang.
Dalam pertemuan tersebut, puluhan pemimpin dunia dan diplomat teratas akan membicarakan tentang pertahanan dan keamanan Ukraina.
Rusia Tambah Pasukan di Perbatasan Ukraina
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, pejabat senior pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan tidak ada pasukan Rusia yang ditarik dari perbatasan Ukraina pada Rabu malam (16/2/2022).
Washington juga membantah klaim Moskow bahwa pihaknya telah menarik kembali pasukannya.
"Kami sekarang tahu itu salah," kata pejabat itu.
Dikatakan, sebanyak 7.000 tentara telah bergabung dengan 150.000 tentara yang sudah berada di dekat perbatasan dalam beberapa hari terakhir.
Baca juga: Resiko Invasi, Pemerintah RI Imbau WNI Tunda Perjalanan ke Ukraina
Baca juga: Kabar Rusia Tembakkan Mortir ke Ukraina, Harga Emas Langsung Melonjak
Dilansir Nbc News, pejabat itu mengatakan pasukan tiba baru-baru ini pada Rabu (16/2/2022).
Dia menyebut Moskow dapat meluncurkan dalih palsu untuk menyerang Ukraina setiap saat.
“Rusia terus mengatakan ingin mengejar solusi diplomatik, tindakan mereka menunjukkan sebaliknya,” kata pejabat itu.
“Kami berharap mereka akan mengubah arah sebelum memulai perang yang akan membawa kematian dan kehancuran yang dahsyat.”
Baca juga: AS Sebut Rusia Tambahkan 7.000 Tentara ke Pasukan di Dekat Ukraina
Moskow mengaku pihaknya menarik kembali sekitar 150.000 tentara.
“Kami terus melihat unit-unit kritis bergerak menuju perbatasan, bukan menjauh dari perbatasan,” kata Menteri Luar Negeri Antony Blinken di MSNBC, Rabu (16/2/2022).
“Ada apa yang dikatakan Rusia dan kemudian ada apa yang dilakukan Rusia. Kami belum melihat mundurnya kekuatannya.”
"Akan lebih baik jika mereka mengikuti apa yang mereka katakan, tetapi sejauh ini kita belum melihatnya," imbuhnya.
Menteri luar negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menyebut pada hari Rabu bahwa, “Pernyataan tentang penarikan tidak cukup. Kami membutuhkan transparansi dan fakta.”
Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan, sebenarnya Rusia telah "menambah jumlah pasukan, dan lebih banyak pasukan sedang dalam perjalanan."
Setelah bertemu dengan menteri pertahanan NATO Rabu (16/2/2022), Stoltenberg mengatakan pada konferensi pers bahwa aliansi tersebut belum melihat "tanda-tanda de-eskalasi di lapangan, tidak ada penarikan pasukan atau peralatan."
Rusia memiliki "kekuatan invasi besar-besaran yang siap menyerang dengan kemampuan canggih dari Krimea hingga Belarusia," kata Stoltenberg, seraya mencatat bahwa itu adalah peningkatan kekuatan terbesar di Eropa sejak Perang Dingin.
NATO mengirim "proposal konkret" tentang transparansi, pengurangan risiko dan pengendalian senjata dan belum menerima tanggapan dari Rusia, katanya.
Baca juga: NATO Sebut Belum Ada Tanda-tanda Rusia Kembali Menarik Pasukannya di Dekat Ukraina
Baca juga: Rusia: Ukraina Harus Nyatakan Dirinya Non-Blok Jika NATO Secara Terbuka Menolaknya Sebagai Anggota
CNBC melaporkan, Stoltenberg menggambarkan upaya Rusia untuk menggunakan militernya untuk "mengintimidasi" negara lain sebagai "(hal) normal baru di Eropa".
Sementara itu, Ursula von der Leyen, presiden Komisi Eropa, menyebutnya "penumpukan pasukan terbesar di tanah Eropa sejak hari-hari tergelap Perang Dingin."
Seperti pejabat AS, dia mengatakan Rusia telah "mengirim sinyal yang bertentangan" tentang apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia vs Ukraina
(Tribunnews.com/Maliana/Andari Wulan Nugrahani)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.