Sirene Pertahanan Sipil Berbunyi di Donetsk Setelah Pengumuman Evakuasi Massal
Sirene itu berbunyi sesaat setelah Ketua DPR, Denis Pushilin mengumumkan evakuasi massal warganya ke Rusia di tengah penembakan yang terus berlanjut.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, DONETSK - Kepala Republik Rakyat Donetsk (DPR) yang memproklamirkan diri 'merdeka dari Ukraina' mengumumkan pada Jumat (18/2/2022) waktu setempat, dimulainya evakuasi massal warganya ke Rusia setelah penembakan yang diduga dilakukan oleh pasukan Ukraina meningkat di wilayah Donbass yang memisahkan diri.
Sirene pertahanan sipil yang keras berbunyi telah terdengar di Donetsk setelah pengumuman evakuasi massal dari republik yang memproklamirkan diri ke Rusia itu.
Sirene dapat didengar dalam video yang diambil oleh koresponden Sputnik News, dan nyaris semua jalan terlihat benar-benar sepi.
Dikutip dari laman Sputnik News, Sabtu (19/2/2022), otoritas setempat belum mengumumkan mengapa sirene itu berbunyi, karena sirene pertahanan sipil tersebut biasanya berbunyi di Donetsk secara teratur yakni setiap dua atau tiga bulan sekali.
Namun, sebagai aturan, otoritas DPR yang memproklamirkan diri 'merdeka' ini telah memberikan peringatan kepada warganya.
Baca juga: Bom Mobil Guncang Donetsk Tengah, Gelombang Ledakan Terdengar di Seluruh Kota
Sirene itu berbunyi sesaat setelah Ketua DPR, Denis Pushilin mengumumkan evakuasi massal warganya ke Rusia di tengah penembakan yang terus berlanjut oleh pasukan Ukraina.
"Saat musuh membombardir pemukiman republik, kehidupan dan kesehatan warga kita dapat terancam. Oleh karena itu, mulai hari ini, 18 Februari (2022), evakuasi massal terpusat penduduk ke Federasi Rusia telah diselenggarakan. Pertama-tama, perempuan, anak-anak dan orang tua akan dievakuasi," kata Pushilin.
Ia kemudian mengatakan bahwa fasilitas yang akan menyambut warganya telah disiapkan di wilayah Rostov Rusia 'sebagaimana yang telah disepakati dengan otoritas Rusia'.
"Pengungsi akan diberikan semua yang mereka butuhkan. Semua kondisi telah dibuat di pos pemeriksaan untuk transisi cepat," tegas Pushilin.
Pushilin mengklaim bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan segera memerintahkan militer untuk melancarkan serangan terhadap Donbass.
Menurutnya, aksi militer itu dilancarkan untuk melaksanakan rencana menyerang wilayah DPR dan Republik Rakyat Lugansk (LPR) yang memproklamirkan diri 'merdeka dari Ukraina'.
Sesaat kemudian, Kepala LPR, Leonid Pasechnik turut mengikuti jejak Pushilin dan meminta warganya untuk melarikan diri ke Rusia.
Pasechnik menyebut bahwa Ukraina berencana untuk masuk ke wilayah LPR.
Selama beberapa hari terakhir, situasi di jalur kontak antara Ukraina dan Republik Donetsk dan Lugansk yang memproklamirkan diri ini telah mengalami eskalasi dramatis, dengan masing-masing pihak saling menuduh melakukan penembakan.
Menurut Milisi Rakyat DPR, kelompok sabotase Ukraina yang telah memasuki wilayah republik yang memproklamirkan diri itu berencana meledakkan tank dengan klorin.
Setidaknya dua anggota kelompok sabotase itu diklaim telah tewas, sementara tiga lainnya terluka.
Perlu diketahui, Ukraina meluncurkan operasi militer terhadap wilayah Donbass pada 2014 lalu setelah Donetsk dan Lugansk menolak untuk mengakui pemerintahan baru Ukraina yang didukung Barat dan memproklamasikan kemerdekaan dari negara tersebut.
Gencatan senjata kemudian ditandatangani di Minsk, Belarus pada 1 tahun kemudian setelah dilakukannya pembicaraan yang diselenggarakan oleh Empat Normandia yakni Rusia, Ukraina, Prancis dan Jerman.
Namun kesepakatan tersebut belum dilaksanakan sejauh ini, dengan pelanggaran lanjutan diklaim dilakukan oleh Ukraina.