Jokowi Minta Semua Pihak Menahan Diri: Kita Berkontribusi pada Perdamaian, Perang tak Boleh Terjadi
Jokowi mengatakan saat ini justru yang dibutuhkan adalah sinergitas dan kolaborasi masyarakat dunia dalam menghadapi pandemi.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyerukan agar menghentikan perang. Untuk diketahui Presiden Rusia Vladimir Putin mendeklarasikan invasi ke Ukraina, Kamis (24/2/2022).
Putin menyebut negaranya sedang melakukan operasi militer khusus untuk mendemiliterisasi Ukraina.
"Setop perang. Perang itu menyengsarakan umat manusia, dan membahayakan dunia," kata Jokowi dalam akun twitternya @jokowi.
Jokowi juga menyerukan agar ketegangan antara Rusia dan Ukraina dihentikan. Semua pihak yang terlibat menahan diri agar tercipta perdamaian.
"Rivalitas dan ketegangan di Ukraina harus dihentikan sesegera mungkin. Semua pihak yang terlibat harus menahan diri dan kita semua harus berkontribusi pada perdamaian. Perang tidak boleh terjadi," kata Jokowi.
Ketegangan yang terjadi, menurut Presiden, jangan sampai berujung perang. Saat ini justru yang dibutuhkan adalah sinergitas dan kolaborasi masyarakat dunia dalam menghadapi pandemi.
"Saatnya kita memulihkan ekonomi dunia, mengantisipasi kelangkaan pangan, dan mencegah kelaparan," tulis Presiden.
Guru Besar Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), Hikmahanto menilai serangan militer Rusia ke Ukraina bisa memicu terjadinya Perang Dunia III.
Oleh sebab itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) diminta untuk bertindak agar hal itu bisa dihindari.
Hikmahanto mengimbau Presiden Jokowi untuk melakukan tindakan demi menyelesaikan permasalahan ini. Apalagi, saat ini Presiden Jokowi merupakan Presidensi G-20.
"Tindakannya sampaikan ke PBB, bahwa permasalahan ini harus dibawa ke Majelis Umum PBB, tidak ke Dewan Keamanan PBB," ujar Hikmahanto.
"Sehingga dengan begitu, tak akan ada veto di situ, dan pengambilan keputusan berdasarkan mayoritas karena apa yang terjadi di Ukraina bisa menyebabkan Perang Dunia III," ujarnya.
Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemenlu, Judha Nugraha mengungkapkan kondisi WNI yang ada di Ukraina.
Baca juga: Sikapi Invasi Rusia, Ukraina Persenjatai Semua Orang yang Bersedia Membela Negara
Menurut Judha, ada sebanyak 138 WNI yang tinggal di Ukraina.
Judha menyebut para WNI ini paling banyak tinggal di ibu kota Ukraina, Kiev.
Selanjutnya ada yang tinggal di Odessa dan beberapa daerah lainnya di Ukraina.
Mayoritas WNI yang tinggal di Ukraina adalah para pekerja migran hospitality dan manufaktur.
Tak hanya itu, ada juga WNI yang sudah menikah serta para pelajar.
"Presentase warga negara kita, mayoritas ada di Kiev, nomor dua ada di Odessa, kemudian ada di beberapa daerah yang lain. 138 WNI di KBRI yang berada di Ukraina mayoritas Kiev Oadisa dan tersebar dikota lain. Mayoritas pekerja migran hospitality dan manufaktur, ada yang menikah dan juga pelajar," kata Judha.
Lebih lanjut Judha menyebut pihaknya telah menjalin komunikasi dengan para WNI yang ada di Ukraina.
Judha menyebut pihaknya juga telah mengimbau para WNI untuk bisa mendekat dan berkumpul di KBRI Kiev.
"Kita sudah mampu menjalin komunikasi dengan mereka. Kita meminta mereka untuk mendekat, berkumpul ke KBRI Kiev," terang Judha.
Namun jika kondisinya tidak memungkinkan KBRI juga telah menyediakan titik-titik yang bisa dijadikan titik kumpul para WNI.
"Jika tidak memungkinkan, ada titik-titik yang sudah diputuskan untuk sebagai titik kumpul WNI kita di daerah tertentu. Sedangkan untuk yang ada di Oadisa, tadi kami memantau, serangan ini juga terjadi di beberapa kota yang lain. Kita akan melihat situasinya, jika tidak memungkinkan untuk untuk menuju ke Kiev, kita akan meminta mereka untuk tetap tinggal dulu di Oadisa, sambil kita mencari jalur aman yang lain," imbuh Judha.
Judha menambahkan, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menjamin jalur yang aman untuk evakuasi WNI.
"Tentunya kita akan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, untuk menjamin proses jalur yang aman, terkait evakuasi WNI," pungkasnya.
Warga Panik
Invasi skala penuh Rusia ke Ukraina sudah dimulai, ledakan rudal terdengar membuat kepanikan warga yang bergegas mengungsi dan mencari perlindungan dari serangan Rusia.
Baca juga: Tidak Ada Perang di Ukraina, Selebrasi Penuh Makna Ruslan Malinovskyi Warnai Kelolosan Atalanta
Di Kyiv, warga yang ketakutan berusaha meninggalkan ibu kota Ukraina itu dengan menggunakan mobil, bus, dan kereta api.
Kemacetan di jalan dan antrean panjang pembeli tiket menjadi pemandangan yang memilukan.
Warga juga menyerbu ATM untuk mendapatkan uang tunai dan antrean kendaraan di pom bensin mengular.
Pemerintah Ukraina juga sudah menerapkan zona larangan terbang untuk pesawat komersil sehingga penumpang telantar di bandara.
Untuk menghindari menjadi korban serangan Rusia, warga juga memanfaatkan stasiun kereta bawah tanah sebagai tempat perlindungan.(Tribun Network/fik/wly)