Perbandingan Kekuatan Militer Rusia vs Ukraina: Rusia Miliki 74 Kapal Perang, Ukraina Hanya 2
Militer Rusia tengah memasuki Ukraina. Bisakah Ukraina bertahan? Berikut perbandingan kekuatan militer Rusia dan Ukraina.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Militer Rusia tengah memasuki Ukraina.
Bisakah Ukraina bertahan?
Berikut perbandingan kekuatan militer Rusia dan Ukraina seperti yang dilansir Sky News.
Rusia memiliki kekuatan militer yang jauh lebih besar dari Ukraina - meliputi darat, udara dan laut.
Rusia memiliki 900.000 personel militer aktif, sedangkan Ukraina hanya 196.600.
Anggaran pertahanan Rusia juga lebih besar dari Ukraina, yakni 15 kali lebih banyak.
Baca juga: 12 Tokoh Kunci yang Terlibat dalam Krisis Rusia vs Ukraina, Tidak Hanya Vladimir Putin
Baca juga: Rusia Serang Ukraina, Ini Daftar Negara yang Kemungkinan akan Berpihak kepada Vladimir Putin
Ketidakseimbangan terbesar ada di sektor laut, di mana Rusia memiliki jumlah personel angkatan laut 10 kali lebih banyak dari Ukraina.
Angkatan Laut Rusia mengoperasikan 74 kapal perang dan 51 kapal selam, dibandingkan dengan Ukraina yang hanya memiliki dua kapal perang.
Di darat, perbedaan lebih tipis daripada laut.
Rusia memiliki 280.000 tentara, sedangkan Ukraina 125.600.
Ukraina juga memiliki 900.000 personel cadangan - mereka telah menerima pelatihan militer dalam lima tahun terakhir - dibandingkan dengan Rusia yang hanya dua juta.
Meski rasio keduanya sekitar 2,2 banding 1, Rusia jauh lebih baik dalam hal peralatan.
Rusia memiliki lebih dari tiga kali jumlah artileri, enam kali jumlah tank, dan hampir tujuh kali lebih banyak kendaraan lapis baja daripada Ukraina.
Di udara, jumlah pesawat tempur dan helikopter Rusia 10 kali lipat lebih banyak.
Ukraina memang memiliki lebih dari 400 peluncur rudal permukaan-ke-udara yang dapat menargetkan pesawat.
Tapi jumlah itu hanya sepersepuluh dari jumlah yang dimiliki oleh Rusia.
Rusia juga memiliki keunggulan kuat dengan persenjataan jarak jauh, memiliki lebih dari 500 peluncur rudal balistik berbasis darat.
Beberapa analis berpikir Rusia akan mengandalkan persenjataan jarak jauh seperti rudal jelajah untuk menargetkan titik-titik penting Ukraina dari jarak jauh.
Dalam beberapa pekan terakhir, negara-negara NATO telah memasok Ukraina dengan bantuan militer tambahan, seperti penyediaan 2.000 senjata anti-tank oleh Inggris.
6 hal yang terjadi semenjak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina
Mengutip The Guardian, berikut ringkasan dari beberapa peristiwa penting di hari Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina, yang memicu peringatan dari para pemimpin dunia tentang konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
- Beberapa menit setelah Vladimir Putin mengumumkan "operasi militer khusus", Kamis (24/2/2022) pagi, ledakan terdengar di dekat kota-kota besar Ukraina, termasuk ibu kota, Kyiv.
Menurut pejabat Ukraina, gelombang serangan awal diduga melibatkan rudal jelajah, artileri dan serangan udara yang menyerang infrastruktur militer dan posisi perbatasan, termasuk pangkalan udara.
- Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menanggapi invasi dengan mengumumkan darurat militer dan mengatakan Kyiv akan mengeluarkan senjata untuk setiap warga Ukraina yang ingin membela negara mereka.
Ketika diplomat Ukraina memohon kepada dunia untuk menghentikan agresi Rusia, Zelenskiy memperingatkan kembalinya masa lalu yang suram.
- Pada Kamis sore, kementerian pertahanan Rusia mengklaim telah "menetralisir" pangkalan udara dan pertahanan udara Ukraina, menghancurkan 74 fasilitas darat militer, termasuk 11 lapangan terbang, tiga pos komando dan 18 stasiun radar untuk sistem rudal anti-pesawat.
Pihak berwenang Ukraina mengatakan Rusia telah melakukan 203 serangan dan pertempuran berkecamuk di hampir seluruh wilayah.
- Ribuan orang Ukraina sudah bergerak dan meninggalkan negara itu.
Puluhan ribu lainnya bersiap untuk melarikan diri, setelah serangan Rusia yang diperintahkan oleh Vladimir Putin.
Video dan foto di media sosial menunjukkan barisan mobil yang keluar dari kota dan menuju ke barat, serta peningkatan jumlah orang yang berjalan kaki di dekat perbatasan selatan dan barat.
- Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengumumkan serangkaian sanksi ekonomi "terbesar" terhadap Rusia.
Inggris akan mengakhiri penggunaan sistem pembayaran internasional Swift oleh Rusia, membekukan aset semua bank besar Rusia, membatasi uang tunai yang dipegang oleh warga negara Rusia di bank Inggris dan sanksi lebih dari 100 individu dan entitas.
- Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, menyuarakan kemarahannya ketika para pemimpin negara dan pemerintahan Uni Eropa tampaknya menahan diri untuk tidak menjatuhkan sanksi yang berpotensi paling merusak terhadap Rusia.
Dengan meningkatnya korban, Kuleba memperingatkan bahwa politisi Eropa dan AS akan "berdarah-darah" jika mereka memutuskan untuk tidak memblokir Rusia dari sistem pembayaran internasional yang digunakan untuk menerima mata uang asing.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)