Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengupas Tiga Akar Masalah Krisis Rusia vs Ukraina, Presiden Putin Tidak Mau Kejayaan Soviet Hilang

Dengan rontoknya Uni Soviet tahun 1991, Rusia kehilangan 14 bekas republiknya. Akan tetapi, bagi Rusia kehilangan Ukraina bagaikan menelan pil pahit

Editor: Domu D. Ambarita
zoom-in Mengupas Tiga Akar Masalah Krisis Rusia vs Ukraina, Presiden Putin Tidak Mau Kejayaan Soviet Hilang
AFP/ARIS MESSINIS
Seorang wanita Ukraina, terluka berdiri di luar sebuah rumah sakit setelah pemboman kota Chuguiv di Ukraina timur, Kamis 24 Februari 2022, ketika angkatan bersenjata Rusia menyerang Ukraina dari beberapa arah. Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan peluncuran serangan besar-besaran. (Photo by Aris Messinis/AFP) 

Akar masalah yang memberikan sumbangan besar bagi krisis Ukraina:

  • Pertama, perluasan keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) kea rah eropa Timur.
  • Kedua, ekspansi Uni Eropa.
  • Ketiga,  promosi demokrasi oleh Barat ke wilayah-wilayah bekas republik Uni Soviet, termasuk Ukraina.
  • Keempat, menurut kaca mata Presiden Rusia Vladimir Putting menganggap Ukraina adalah Tanah Rusia.
  • Kelima, dengan rontoknya Uni Soviet pada tahun 1991, Rusia kehilangan kontrol atas 14 bekas republiknya. Akan tetapi, bagi Rusia kehilangan Ukraina bagaikan menelan pil yang begitu pahit.
      

INVASI  pasukan Rusia ke Ukraina memasuki hari ketiga Sabtu (26/2/2022). Menteri Kesehatan Ukraina Viktor Lyashko mengatakan serangan itu telah menewaskan 198 orang dan 1.115 orang lainnya, termasuk 33 anak-anak, terluka.


Komisioner Tinggi PBB untuk urusan Pengungsi  (United Nations High Commissioner for Refugees/UNHCR) mengatakan lebih dari 120.000 pengungsi Ukraina telah meninggalkan negara itu sejak Rusia mulai menyerang negara tetangganya Kamis lalu.

Lantas, apa akar masalah konflik Rusia vs Ukraina? Berikut ulasan Trias Kuncahyono, Wartawan Senior, mantan Wakil Pemimpin  Redaksi Harian Kompas. 

Wartawan senior Trias Kuncahyono
Wartawan senior Trias Kuncahyono ((Facebook/Trias Kuncahyono))

 
Perang  tidak selalu merupakan produk dari ambisi ofensif. Beberapa perang dimulai ketika tindakan defensif satu negara dianggap mengancam oleh negara lain dan menghasilkan spiral aksi dan reaksi.

Masing-masing pihak percaya bahwa tindakannya sendiri adalah wajar dan perlu. Masing-masing menyalahkan yang lain atas agresi dan menuntut penghormatan atas garis merah keamanannya.

Baca juga: 2.800 Tentara Rusia Tewas setelah Street to Street Combat di Kiev Ukraina, 80 Tank Hancur

Berita Rekomendasi

 
Tetapi, apa sesungguhnya yang terjadi di Ukraina sekarang ini. Menurut kacamata Barat, pemicu krisis Ukraina saat ini adalah Rusia, sifat agresif Rusia. Argumennya, sejak tahun 2014  Rusia meningkatkan kehadiran militernya di Krimea wilayah Ukraina. Tindakan itu dikecam masyarakat internasional.

Bahkan, Majelis Umum atau Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) , 7 Desember 2020 mengeluarkan resolusi yang menegaskan bahwa Krimea adalah wilayah Ukraina dan mengecam “pendudukan tersebut” dan tidak mengakui aneksasi itu.

Masuknya tentara Rusia ke Ukraina terjadi setelah Presiden Ukraina  Viktor Yanukovych yang pro-Moskwa digulingkan pada Februari 2014. Tetapi, banyak pihak yang berpendapat bahwa penggulingan Yanukovych hanya sebagai dalih atas keputusan Presiden Vladimir Putin untuk menggerakkan tentaranya ke Ukraina, yang merupakan cita-cita lama.

Maka,  ketika kini menurut berita yang tersiar pasukan Rusia ada di dekat perbatasan Ukraina bagian timur, dianggap sebagai upaya Rusia untuk menuntaskan sisanya (wilayah Ukraina yang lain) menguasai Ukraina.

Baca juga: Presiden China Xi Jinping Desak Putin Selesaikan Konflik dengan Ukraina, Lewat Negosiasi Seimbang

Tentu, pandangan lewat kacamata Barat itu, berbeda dengan pandangan Moskwa, yang akan melihat bahwa AS dan sekutunya Eropa Barat andil besar dalam menciptakan krisis Ukraina sekarang ini.

Ada tiga akar masalah yang memberikan sumbangan besar bagi krisis Ukraina. Pertama, perluasan keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Kedua, ekspansi Uni Eropa. Dan, ketiga,  promosi demokrasi oleh Barat ke wilayah-wilayah bekas republik Uni Soviet, termasuk Ukraina.

“Tanah Rusia”

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas