2 Miliarder Rusia Minta Putin Hentikan Perang di Ukraina: Perdamaian Sangat Penting
Dua miliarder Rusia, Mikhail Fridman dan Oleg Deripaska menentang invasi skala penuh yang dilancarkan Moskow ke Ukraina.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Dua miliarder Rusia, Mikhail Fridman dan Oleg Deripaska menentang invasi skala penuh yang dilancarkan Moskow ke Ukraina.
Mikhail Fridman, salah satu orang terkaya di Rusia ini mengendalikan perusahaan ekuitas swasta LetterOne dan pendiri Alfa Bank, bank swasta terbesar di negara itu.
Dalam sebuah surat kepada karyawannya, Fridman menyerukan diakhirinya pertumpahan darah.
Dilaporkan The Guardian dari Financial Times, pria kelahiran Ukraina ini mengirim email ke staf LetterOne dan mengatakan bahwa "perang tidak akan pernah bisa menjadi jawaban".
"Saya juga telah menghabiskan sebagian besar hidup saya sebagai warga negara Rusia, membangun dan mengembangkan bisnis."
"Saya sangat terikat dengan orang-orang Ukraina dan Rusia dan melihat konflik saat ini sebagai tragedi bagi mereka berdua," tulis Fridman, sembari menceritakan bahwa orang tuanya tinggal di Lviv, Ukraina.
Baca juga: Rusia Balas Sanksi Uni Eropa dengan Menutup Wilayah Udaranya Bagi 36 Negara
Baca juga: FIFA Jatuhkan Sanksi untuk Timnas & Klub Rusia, Miranchuk Cs Ditangguhkan dari Piala Dunia 2022
Sementara itu, Oleg Deripaska menyerukan agar pembicaraan segera dimulai dalam sebuah postingan di Telegram.
"Perdamaian sangat penting," tulis pria ini.
Oleg Vladimirovich Deripaska merupakan pendiri Basic Element, salah satu kelompok industri terbesar di Rusia, dan Volnoe Delo yayasan amal terbesar di Rusia.
Hingga 2018 lalu ia menjabat presiden En+ Group, sebuah perusahaan energi Rusia dan mengepalai perusahaan aluminium United Company Rusal.
Mantan orang terkaya di Negeri Beruang Putih ini masuk dalam daftar individu yang dikenai sanksi AS sejak 2018.
Ia dijatuhi sanksi karena hubungannya dengan pemerintah Rusia.
Baca juga: Rusia Tuduh Militer Ukraina Gunakan Warga Sipil Sebagai Tameng
Baca juga: Tentara Rusia yang Ditangkap Ukraina Ditipu Komandannya, Diajak Latihan Malah Disuruh Ikut Perang
Diketahui, Mikhail Fridman menduduki peringkat sebagai orang terkaya ke-128 di dunia pada tahun 2021, menurut daftar Forbes.
Pria 57 tahun itu mengatakan kepada staf dalam suratnya bahwa ia biasanya menghindari membuat pernyataan politik.
"Saya seorang pengusaha dengan tanggung jawab kepada ribuan karyawan saya di Rusia dan Ukraina."
"Namun saya yakin bahwa perang tidak akan pernah bisa menjadi jawaban."
"Krisis ini akan menelan korban jiwa dan merusak dua negara yang telah bersaudara selama ratusan tahun," tulisnya.
"Meskipun solusi tampaknya sangat jauh, saya hanya bisa bergabung dengan mereka yang memiliki keinginan kuat untuk mengakhiri pertumpahan darah," tambahnya.
Perusahaan LetterOne milik Fridman memiliki aset di unit Ritel L1 termasuk pengecer makanan kesehatan Inggris Holland & Barrett, serta jaringan supermarket Spanyol DIA dan penyedia layanan telepon seluler Turkcell, yang memiliki pelanggan di Turki, Ukraina, Belarusia, dan Siprus.
Fridman dan Deripaska merupakan segelintir tokoh terkemuka Rusia yang meminta Presiden Vladimir Putin menghentikan operasi militer di Ukraina.
Baca juga: Rudal Rusia Menghantam Taman Kanak-kanak Ukraina, Satu Orang Anak Meninggal
Baca juga: Dampak Serangan ke Ukraina, Bank Sentral Rusia Naikkan Suku Bunga
Kendati demikian, lebih banyak oligarki Rusia yang tetap bungkam mengenai agresi militer.
Sanksi-sanksi yang dijatuhkan Barat mungkin mulai menekan elit Moskow dari dunia bisnis dan keuangan sehingga mereka menyuarakan penolakan terhadap invasi.
Orang-orang terkaya di Rusia diperkirakan akan menghadapi pergolakan ekonomi yang signifikan jika sanksi terhadap Moskow terus meningkat.
Sanksi yang merugikan salah satunya yakni didepaknya beberapa bank Rusia dari sistem pembayaran perbankan global Swift.
Uni Eropa Jatuhkan Sanksi Baru
Uni Eropa menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pasukan pencegah nuklir siaga tinggi.
Diantaranya yakni pembiayaan senjata untuk Ukraina, larangan total terhadap pesawat Rusia di wilayah udara Uni Eropa, dan membatasi media yang dikelola Kremlin.
Langkah-langkah ini datang dari sanksi yang sudah dijatuhkan oleh negara-negara Barat, termasuk pembekuan aset di bank-bank besar dan individu kaya, termasuk Putin sendiri.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani/Nuryanti)