Warga Jepang Peringati 77 Tahun Pengeboman Tokyo, Ingatkan Rusia untuk Hentikan Perang di Ukraina
Di luar venue, orang-orang yang kehilangan keluarga mereka dalam serangan udara saling mengunjungi dan berdoa.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Warga di Tokyo memperingati 77 tahun pasca insiden pengeboman di Tokyo saat Perang Dunia II. Warga berdoa untuk para korban keluarga yang ditinggalkan dan tak lupa berdoa untuk Ukraina yang diserang Rusia.
Pada akhir Perang Pasifik, Tokyo menerima lebih dari 100 serangan udara.
Terutama dalam serangan udara sebelum fajar pada 10 Maret 1945, area pusat kota saat ini seperti Sumida-ku hancur dan sekitar 100.000 orang meninggal dunia.
Pada tanggal 10 Maret 2022, 77 tahun setelah serangan udara ini, upacara peringatan diadakan di Tokyo Metropolitan Memorial Hall.
Upacara peringatan dilakukan dalam skala yang dikurangi untuk mencegah penyebaran virus corona.
Sekitar 30 orang, termasuk Gubernur Tokyo Yuriko Koike dan perwakilan keluarga yang ditinggalkan, menghadiri dan membakar dupa untuk memperingati para korban.
Baca juga: Terdampak Perang Rusia-Ukraina, Misi Peluncuran Roket Soyuz Dibatalkan
Di luar venue, orang-orang yang kehilangan keluarga mereka dalam serangan udara saling mengunjungi dan berdoa.
"Saya pikir ini adalah yang terakhir kalinya karena saya memiliki kaki yang buruk, tetapi saya tidak akan pernah melupakannya selama bertahun-tahun kejadian itu," kata seorang wanita berusia 85 tahun yang kehilangan ibu dan saudara perempuannya setelah mengalami serangan udara.
"Ada perang di Ukraina, tetapi seperti serangan udara di Tokyo, masyarakat umum dikorbankan. Membunuh atau menghancurkan orang dalam perang tidak menghasilkan apa-apa, dan tidak ada yang harus dilakukan. Saya rasa janganlah sampai muncul korban masyarakat umum dan stop perang," ujarnya.
Seorang pria berusia 87 tahun mengatakan, "Saya berusia 10 tahun saat itu, dan saya dievakuasi ke rumah kerabat di Prefektur Niigata, jadi saya aman. Tetapi orang tua saya, adik laki-laki saya, dan saudara perempuan saya yang tetap di Tokyo jadi korban dan meninggal."
"Saya bertanya di mana mereka meninggal setelah pengeboman itu. Saya tidak tahu tulangnya, dan saya pergi ke sana setiap tahun."
"Saya kasihan pada adik laki-laki saya dan saya bertanya-tanya mengapa dia pergi berperang," katanya sambil berlinang air mata dan meminta agar perang Ukraina juga dihentikan segera.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang.
Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.