Survei Jetro: 20 Persen Perusahaan Jepang Mulai 'Mengurangi' Bisnisnya di Rusia
Ketika survei dilakukan, ada serangkaian gerakan untuk membatalkan sementara bisnis lokal di berbagai industri, dan upaya "keluar dari Rusia".
Editor: Dewi Agustina
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Hampir sebanyak 20 persen perusahaan Jepang "mengurangi" bisnis Rusia sejak Februari 2022 ketika sanksi ekonomi oleh Eropa dan Amerika Serikat semakin intensif setelah invasi militer ke Ukraina.
JETRO atau Organisasi Perdagangan Luar Negeri Jepang melakukan kuesioner mendesak kepada sekitar 210 perusahaan Jepang yang berekspansi ke Rusia pada tanggal 24 dan 25 Februari, segera setelah dimulainya invasi militer Rusia, dan 89 perusahaan meresponsnya.
Menurut survei tersebut, 77 perusahaan menjawab bahwa sanksi ekonomi oleh Eropa dan Amerika Serikat "buruk untuk bisnis" (87 persen dari total responden).
Ketika ditanya tentang dampak spesifik dengan banyak jawaban masuk sebagai berikut:
Dampak pada harga jual karena jatuhnya rubel adalah 71 persen.
Baca juga: Pernyataan Bersama Para Pemimpin G7 terhadap Rusia: Segera Tarik Pasukan Militer dari Ukraina
Kesulitan dalam pengiriman uang dan penyelesaian pembayaran di luar negeri adalah 52 persen.
Perubahan kebijakan bisnis karena penurunan citra Rusia menyumbang 39 persen.
Ketika ditanya tentang bisnis mereka di Rusia enam bulan hingga satu tahun kemudian, 17 persen perusahaan menjawab bahwa mereka akan "mengurangi".
Angka ini bertambah 14 poin (yang mengurangi bisnis dengan Rusia) dibandingkan survei serupa yang dilakukan pada Januari 2022.
Sejak akhir Februari 2022, ketika survei dilakukan, ada serangkaian gerakan untuk membatalkan sementara bisnis lokal di berbagai industri, dan upaya "keluar dari Rusia" perusahaan Jepang semakin cepat.
Chief Academic Officer yang bertanggung jawab atas Rusia dan CIS dari JETRO Overseas Research Department, Manabu Shimoyashiro, yang melakukan survei tersebut, mengatakan, "Evaluasi terhadap Rusia begitu parah, tidak mudah untuk membalikkan citra negatif yang pernah mengakar di Jepang."
"Bahkan di antara perusahaan, gerakan untuk mengurangi atau menarik diri dari bisnis dapat dipercepat untuk saat ini," kata dia.
"Jika sanksi ekonomi terhadap Rusia diperkuat, tindakan balasan Rusia secara alami akan diperkuat. Saya harus melihat apakah itu bisa dilakukan," ujarnya mengenai pengekangan Presiden Putin terhadap perusahaan afiliasi asing yang telah memutuskan untuk menarik diri dari Rusia.
Hampir semua perusahaan Jepang telah menutup toko dan menghentikan usahanya sementara di Rusia, termasuk usaha besar seperti Toyota, Uniclo, Hitachi dan sebagainya, akibat agresi Rusia ke Ukraina sejak Februari lalu.
Sementara itu beasiswa (ke Jepang), belajar gratis di sekolah bahasa Jepang di Jepang, serta upaya belajar bahasa Jepang yang lebih efektif melalui aplikasi zoom terus dilakukan bagi warga Indonesia secara aktif dengan target belajar ke sekolah di Jepang.
Info lengkap silakan email: info@sekolah.biz dengan subject: Belajar bahasa Jepang.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.