Pertempuran Sengit di Irpin, Pasukan Ukraina Menembak ke Segala Arah untuk Menghalau Rusia
Pertempuran sengit terjadi di Irpin, Senin (14/3/2022) antara pasukan Ukraina dan Rusia. Tentara Ukraina menembak ke segala arah untuk menghalau Rusia
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Pertempuran sengit pasukan Ukraina dan Rusia terjadi di bagian timur Kota Irpin, Senin (14/3/2022), di mana ribuan warga sipil terjebak.
Menurut koresponden AlJazeera, Abdel-Azim Mohammad, pasukan Rusia terlibat pertempuran sengit dengan Ukraina saat menuju pusat kota.
"Kami berada di jantung Kota Irpin, di garis depan di mana tentara Ukraina terlibat pertempuran sengit dengan Rusia."
"Kami mencoba menuju (ke) pusat kota, tapi tampaknya pasukan Rusia berhasil (masuk) sebelum kami," kata Mohammad.
Lebih lanjut, ia mengatakan pasukan Ukraina menembak ke segala arah untuk menghalau tentara Rusia.
Baca juga: Situasi Neraka di Mariupol: Warga Sipil Saling Serang Berebut Makanan, Rusia Lakukan Penembakan
Baca juga: Jika Zona Larangan Terbang Tidak Diperkenalkan di Ukraina Rudal Rusia akan Hantam Negara-negara NATO
Sementara itu, penembak jitu Rusia ditempatkan di atap gedung-gedung untuk mencegah warga sipil meninggalkan kota.
Kendati demikian, puluhan warga tampak meninggalkan pusat kota dan sisi timur Irpin.
Senin pagi, Ukraina mengklaim pihaknya berhasil menangkis serangan Rusia.
Ukraina juga menyebut Rusia hanya memberi waktu 15 menit untuk meninggalkan wilayah itu sebelum jalan ditutup.
Banyak warga sipil terdampak di pinggiran timur Irpin berhasil keluar.
Sementara pasukan Ukraina berjuang memukul mundur Rusia, ribuan warga sipil masih terjebak di bagian utara dan timur kota.
Kemungkinan Mariupol Menghadapi Skenario Terburuk
Lebih dari 2.000 orang tewas di kota Mariupol sejak Rusia melancarkan invasinya di Ukraina, kata dewan kota.
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) memperingatkan penduduk kota pelabuhan yang terkepung itu bisa saja menghadapi "skenario terburuk", kecuali pihak-pihak yang bertikai mencapai kesepakatan untuk memastikan keamanan langsung dan akses mereka ke bantuan kemanusiaan.
"Hingga saat ini, 2.187 warga Mariupol tewas akibat serangan Rusia," ujar dewan lokal Mariupol di akun Telegram resminya, dilansir AlJazeera.
Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-19, Berikut Peristiwa yang Terjadi
Sejak invasi pertama pada 24 Februari 2022, tambahnya, pasukan Rusia telah menjatuhkan sekitar 100 bom di Mariupol, termasuk 22 bom dalam 24 jam sebelumnya.
Pihak berwenang Ukraina mengatakan kota itu telah menjadi sasaran pemboman tanpa henti sejak pasukan Rusia mengepungnya pada 2 Maret.
Sejak itu, sekitar 400.000 orang yang tinggal di Mariupol tidak memiliki akses ke air, makanan, dan obat-obatan.
Pemanas, layanan telepon – dan listrik di banyak daerah – telah diputus.
“Situasinya telah menjadi bencana selama berhari-hari,” kata Jason Straziuso dari ICRC kepada Al Jazeera.
“Bahkan tim kami mengambil air dari sungai … tetapi bagaimana semua orang (bisa) melakukannya … terutama jika Anda sudah tua?”
Straziuso mengatakan anggota timnya hanya makan satu kali sehari demi menghemat persediaan.
Dalam sebuah pernyataan pada Minggu (13/3/2022), ICRC memperingatkan waktu sudah "habis" bagi mereka yang terjebak di kota.
“Sejarah akan melihat kembali apa yang sekarang terjadi di Mariupol jika tidak ada kesepakatan yang dicapai oleh kedua pihak secepat mungkin.”
Presiden ICRC, Peter Maurer, meminta semua pihak yang terlibat dalam pertempuran untuk “menempatkan kepentingan kemanusiaan terlebih dahulu”.
Baca juga: Rusia-Ukriana Terus Gelar Dialog, Kedua Delegasi Optimis Segera Capai Kesepakatan
Baca juga: Rusia Tembakkan 30 Rudal ke Perbatasan Polandia Setelah Ancam Serang Pengiriman Senjata ke Ukraina
ICRC mengatakan “perjanjian yang konkret, tepat, dan dapat ditindaklanjuti” diperlukan tanpa penundaan sehingga warga sipil yang ingin pergi dapat mencapai keselamatan, dan bantuan dapat menjangkau mereka yang tinggal.
Moskow telah berulang kali membenarkan serangannya di Ukraina, dengan mengatakan bahwa pihaknya sedang melakukan "operasi militer khusus" yang menyerang sasaran militer.
Pekan lalu, Kyiv menuduh Rusia membom rumah sakit anak-anak dan bangsal bersalin dan menewaskan tiga orang.
Sementara otoritas lokal Mariupol pada hari Kamis melaporkan bahwa daerah pemukiman kota telah ditembaki "setiap 30 menit".
Zelensky Ingin Bertemu Putin di Yerusalem
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan tugas utama delegasinya dalam pembicaraan dengan perwakilan Rusia adalah mengatur pertemuan antara dirinya dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Perwakilan negara kami mengadakan pembicaraan setiap hari melalui konferensi video," kata Zelensky.
Ia menggambarkan tugas delegasi Ukraina dalam jalan yang sulit.
Zelensky juga mengatakan konvoi kemanusiaan ke Mariupol diblokir oleh Rusia, sehingga mengganggu pergerakan bantuan dan bus.
Ia menambahkan konvoi para pengungsi akan melakukan upaya lain untuk bergerak pada Senin (14/3/2022).
Baca juga: Menhan Prabowo Sikapi Konflik Rusia dan Ukraina: Indonesia Desak Keduanya Segera Berdialog Damai
Baca juga: Layanan Instagram di Rusia akan Dihentikan
Dikutip dari Times of Israel, Zelensky juga menyarankan pada Sabtu (12/3/2022), negosiasi antara Ukraina dan Rusia untuk mengakhiri perang dapat diadakan di Yerusalem.
Ia yakin Israel dapat memberikan jaminan keamanan bagi negaranya.
Ia juga berharap Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, akan memiliki pengaruh positif dalam negosiasi.
Zelensky berbicara pada briefing khusus untuk wartawan dari Kyiv, di bawah penjagaan ketat.
"Kami umumnya mendukung mediasi oleh siapa pun," kata Zelensky dalam jawaban atas pertanyaan tentang peran potensial Israel, yang diajukan oleh seorang reporter untuk Haaretz.
"Tapi saya tidak akan menyebut Perdana Menteri Bennett sebagai 'siapa pun'. Anda dapat memainkan peran penting karena Israel adalah negara dengan sejarah yang kaya."
"Saya mengatakan kepada Bennett, bahwa saat ini tidak konstruktif untuk mengadakan pertemuan di Rusia, Ukraina, atau Belarusia," kata Zelensky merujuk pada percakapan telepon yang dilakukanny dengan Bennett pekan lalu.
"Itu bukan tempat di mana kita (para pemimpin negara-negara yang terlibat) dapat setuju untuk menghentikan perang."
"Saya tidak berbicara tentang pertemuan teknis tetapi pertemuan antara para pemimpin."
"Saya percaya Israel dapat menjadi tempat seperti itu, terutama Yerusalem. Saya pikir begitu, dan saya mengatakan ini ke Bennet."
Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Zelensky Ingin Negosiasi Langsung dengan Putin di Yerusalem, Berharap Israel Bawa Pengaruh Positif
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Yunita Rahmayanti)