Ada Jejak Militer Inggris Latih Tentara Ukraina di Wilayah Donbass
Inggris memutuskan kembali mengirim bantuan senjata antitank dan rudal Javelin berkekuatan tinggi ke Ukraina.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, VOLNOVAKHA - Rusia menemukan jejak dan bukti Resimen Tank Kerajaan Inggris, unit tank tertua di dunia, melatih tentara Ukraina yang bertempur di Donbass.
Dokumen berupa sertifikat pelatihan yang dikeluarkan satuan militer Inggris itu diperoleh portal berita Rusia, Sputniknews.com, dipublikasikan Kamis (24/3/2022).
Seorang koresponden Sputniknews.com menemukan jejak dokumen itu di kota Volnovakha yang dibebaskan di wilayah Donetsk.
Sertifikat itu mengonfirmasi prajurit Ukraina Borys Kazarian telah menyelesaikan kursus pelatihan sersan junior oleh instruktur Inggris.
Sertifikat tersebut dikeluarkan Royal Tank Regiment dan ditandatangani Kolonel M Evans.
Baca juga: Bantu Perangi Rusia, Inggris Kirim 6.000 Rudal ke Ukraina
Baca juga: Hector Bellerin: Konflik Ukraina Sangat Diperhatikan tapi Konflik di Palestina Diabaikan, Ini Rasis
Baca juga: Belarus Sebut 8 dari 19 Diplomat di Kedutaan Ukraina Adalah Mata-mata
Dokumen tersebut juga mengungkapkan instruktur Inggris melatih militer Ukraina dalam penggunaan senjata pada 2018.
Saat itu pihak-pihak dalam proses Perjanjian Minsk berusaha menyelesaikan konflik secara damai, dan London belum mengumumkan pasokan peluncur granat anti-tank NLAW.
Sertifikat yang ditandatangani Kolonel M Evans menyebutkan pelatihan tersebut berlangsung dari 17 Oktober 2018 hingga 2 November 2018.
Menurut sertifikat tersebut, pelatihan terdiri dari empat modul: "pelatihan senjata", "navigasi", "pelatihan medis" dan " gerakan berpasangan."
Pada saat yang sama, London mengumumkan pasokan peluncur granat anti-tank NLAW ke Ukraina hanya pada awal 2022.
Pada Rabu, kantor Perdana Menteri Inggris mengumumkan negara itu akan memasok ke Ukraina 6.000 rudal dan akan mengalokasikan 25 juta pound ($33 juta) untuk kebutuhan militer yang mendesak di Kiev.
“Perdana Menteri Boris Johnson akan mengumumkan paket dukungan baru yang besar untuk Ukraina hari ini (Kamis) di pertemuan para pemimpin NATO dan G7,” kata pemerintah INggris dalam sebuah pernyatsan.
“Langkah-langkah yang diumumkan hari ini termasuk 6.000 rudal, yang terdiri dari senjata anti-tank dan bahan peledak tinggi, dan £25 juta dalam bentuk dukungan keuangan untuk militer Ukraina," lanjut pernyataan pers itu.
Ia juga menambahkan jumlah bantuan semacam itu lebih dari dua kali lipat bantuan pertahanan mematikan yang diberikan hingga saat ini.
"Perdana Menteri akan menyatakan niat Inggris untuk bekerja dengan mitra untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Ukraina, termasuk penargetan dan intelijen jarak jauh, ketika rakyat Ukraina menghadapi invasi yang tidak beralasan," kata pernyataan kantor Perdana Menteri Inggris itu.
Rusia melancarkan operasi militer khusus di Ukraina pada 24 Februari sebagai tanggapan atas seruan dari Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk untuk perlindungan terhadap serangan pasukan Ukraina.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan operasi militer khusus, yang juga menargetkan infrastruktur militer Ukraina, bertujuan untuk "demiliterisasi dan denazifikasi" Ukraina.
Rusia mengatakan tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina. Banyak negara di seluruh dunia, termasuk di barat memberlakukan berbagai sanksi yang melumpuhkan terhadap Rusia.
Operasi militer khusus Rusia di Ukraina telah memasuki hari ke-28.
Operasi tersebut bertujuan untuk melindungi penduduk sipil dari republik Donbass yang memisahkan diri dari Donetsk dan Lugansk dan juga untuk "demiliterisasi dan denazifikasi" Ukraina.
Ketika pasukan Rusia melanjutkan operasi khusus mereka di Ukraina, menargetkan batalyon neo-Nazi dan memastikan pekerjaan koridor kemanusiaan, nasionalis Ukraina berusaha mencegah ribuan orang meninggalkan kota-kota yang diperangi.
Menurut pemimpin Donbass, Denis Pushilin, sekitar 150.000 warga sipil diyakini tinggal di daerah yang dikuasai kaum nasionalis di Mariupol, kota terbesar kedua di wilayah Donetsk.
Pada Selasa, Kepala Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Rusia, Mikhail Mizintsev, mengatakan lebih dari 68.000 orang telah dievakuasi dari Mariupol, tanpa partisipasi dari pihak berwenang Kiev.
Dia menambahkan situasi kemanusiaan di kota itu sebagai bencana. Hingga Rabu, Kementerian Darurat Rusia mengirimkan sekitar 18 ton bantuan kemanusiaan, termasuk makanan dan susu formula.(Tribunnews.com/Sputniknews.com/xna)