Jadi Tuan Rumah Pertemuan Kabinet Hari Ini, Erdogan Bahas Peran Turki Sebagai Mediator Rusia-Ukraina
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara melalui telepon pada hari Minggu kemarin dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, ISTANBUL - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara melalui telepon pada hari Minggu kemarin dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Keduanya sepakat bahwa putaran berikutnya pertemuan antara negosiator Rusia dan Ukraina akan diadakan di Istanbul.
"Pertemuan diperkirakan akan dimulai besok (Senin) sore dan berlangsung hingga malam. Mediasi Turki tentang Ukraina akan menjadi agenda utama," kata sumber yang menyampaikan hal tersebut.
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (28/3/2022), Erdogan akan memberikan pengarahan kepada para menterinya tentang pembicaraan yang telah ia adakan bersama sekutu NATO di sela-sela KTT luar biasa yang digelar di Brussels, Belgia, pada 24 Maret lalu.
"Presiden akan menyampaikan kepada timnya tentang hasil KTT, untuk mendapatkan umpan balik para menteri. Mereka akan bertukar pendapat tentang ranjau laut yang melayang ke perairan teritorial Turki," jelas sumber tersebut.
Baca juga: Negosiasi Rusia dan Ukraina Putaran Berikutnya Akan Digelar di Istanbul Turki
Dialog dengan Putin tetap diperlukan
Sementara itu, dalam kesempatan lain, Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengakui dirinya memang menganggap Rusia telah melakukan kejahatan perang setelah melancarkan invasi ke Ukraina.
Kendati demikian, menurutnya, mempertahankan dialog dengan Presiden Rusia Vladimir Putin tentunya tetap diperlukan.
Dikutip dari laman Sputnik News, Senin (28/3/2022), ia tidak menampik banyak petinggi dunia yang kini enggan menjalin dialog dengan Putin karena invasi yang dilancarkan negaranya ke Ukraina lebih dari satu bulan lalu.
"Saya sangat percaya bahwa ada kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia di Ukraina. Di sisi lain, karena kebutuhan, saya juga meyakini bahwa kita harus tetap menjaga dialog dengan Vladimir Putin," cuit Michel dalam akun Twitternya.
Baca juga: Intelijen Kiev Sebut Rusia Ingin Pecah Ukraina Jadi Dua Negara Seperti Korea
Namun, Michel menegaskan, dunia tidak boleh melupakan bahwa saat ini yang menduduki kursi kepemimpinan di Gedung Kremlin Rusia adalah Putin.
Sehingga ada komunikasi yang harus tetap dijalin dengannya.
"Karena suka atau tidak suka, hari ini dia lah yang sedang duduk di Kremlin," kata Michel.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi nasional negara itu pada 24 Februari lalu bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para Kepala Republik Donbass, ia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus.
Baca juga: Bagaimana Mesin Propaganda Ukraina Bekerja saat Rusia Menyerang Mereka?
Operasi ini dilakukan untuk melindungi orang-orang 'yang telah mengalami pelecehan dan genosida oleh rezim Ukraina selama 8 tahun'.
Kendati demikian, pemimpin Rusia itu menekankan bahwa negaranya tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.
Ia juga menekankan operasi tersebut ditujukan untuk 'denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina'.
Sementara itu, negara Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia karena melakukan invasi ke Ukraina.
Penerapan sanksi ditujukan terhadap badan hukum maupun individu swasta Rusia.