Pasukan Rusia Coba Capai Perbatasan Administratif Wilayah Donetsk dan Lugansk
Pasukan Rusia sedang memfokuskan upayanya dalam memenuhi tugas untuk mencapai perbatasan administratif wilayah Donetsk dan Lugansk.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Adi Suhendi
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Pasukan Rusia sedang memfokuskan upayanya dalam memenuhi tugas untuk mencapai perbatasan administratif wilayah Donetsk dan Lugansk.
"Menurut informasi operasional pada 28 Maret pukul 18.00, komando Rusia melakukan segala upaya untuk menjaga wilayah Ukraina yang diduduki sementara agar tetap di bawah kendali," kata Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina dalama postingannya di Facebook.
Untuk menebus kerugian personel, komisariat militer di Federasi Rusia disebut terus merekrut warga untuk membentuk apa yang disebut sebagai unit 'sukarelawan'.
Unit ini diduga akan dilibatkan dalam upaya memastikan semacam 'ketertiban' pendudukan di wilayah yang direbut.
Persyaratan utama bagi calon sukarelawan ini adalah status kesehatan yang baik, sedangkan pengalaman dinas militer tidak diperlukan.
Baca juga: Roman Abramovich Alami Keracunan saat Ikut Perundingan Damai Rusia dan Ukraina
Dikutip dari laman Ukrinform, Selasa (29/3/2022), terlepas dari pernyataan pejabat Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan Staf Umum Federasi Rusia mengenai perubahan rencana dan prioritas, Rusia terus meningkatkan jumlah pasukannya di sekitar ibu kota Ukraina.
Pasukan Rusia hendak melanjutkan upaya yang gagal untuk mengambil posisi dari mana mereka dapat menyerang atau mengepung Kiev.
"Satuan Angkatan Bersenjata Ukraina terus mempertahankan Mariupol. Para pembela kota berupaya dengan mengerahkan semua tindakan mereka menahan perkembangan serangan musuh ke arah lain. Sedangkan para penyerbu saat ini terus mengalami kerugian besar," jelas Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina.
Baca juga: 160.000 Warga Terperangkap di Mariupol yang Dikepung Militer Rusia, Kondisinya Memprihatinkan
Di sisi lain, kota Kherson yang direbut, sementara menolak pendudukan Rusia, dan pasukan Rusia dipaksa untuk mengumpulkan semakin banyak militernya serta anggota Pengawal Rusia demi menjaga kota itu agar tetap berada di bawah kendalinya.
Menurut Staf Umum, sekitar 150 orang dari Ossetia Selatan dipindahkan ke wilayah Republik Otonomi Krimea yang diduduki sementara.
Pemindahan ini dilakukan untuk tindakan lebih lanjut di wilayah tetangga Ukraina.
Langkah-langkah memobilisasi penduduk dari Ossetia Selatan untuk lebih melibatkan mereka dalam perang dengan Ukraina secara diam-diam juga telah tercatat.
Pergeseran perusahaan pertahanan Rusia dan kompleks industri yang terlibat dalam produksi rudal ke operasi sepanjang waktu, membuktikan pengurangan yang signifikan dalam gudang senjata rudal.
Mengingat sanksi internasional yang melarang pasokan produk teknologi tinggi ke Rusia, proses substitusi impor akan memiliki efek yang panjang.
Baca juga: Ukraina Sebut 5.000 Warga Sipil Tewas di Kota Mariupol Selama Invasi Rusia
Hal itu karena tidak ada prospek jangka pendek untuk manufaktur domestik peralatan elektronik berteknologi tinggi yang merupakan komponen penting dari produksi rudal.
Tercatat bahwa pimpinan militer Rusia saat ini sedang berusaha mengumpulkan cadangan dan memulihkan kemampuan tempur unit-unit yang mengalami kerugian selama bulan pertama perang.
Sementara itu, unit-unit Angkatan Bersenjata Ukraina terus melakukan operasi pertahanan dan melakukan serangan balik yang diklaim sukses di beberapa daerah.
Sebelumnya, Ukraina mengklaim total kerugian tempur Rusia sejak dimulainya invasi pada 24 Februari hingga 28 Maret adalah sekitar 17.000 personel, 586 tank, 1.694 kendaraan personel lapis baja, 302 sistem artileri, 95 MLRS, 54 sistem perang anti-pesawat, 123 pesawat, dan 127 helikopter.