Kemhan Ukraina Klaim Rusia Kehilangan Peralatan Militer Senilai Lebih dari 10 Miliar Dolar AS
Sebelumnya dilaporkan bahwa sejak dimulainya invasi pada 24 Februari lalu hingga 1 April ini, Rusia kehilangan sekitar 17.700 tentara di Ukraina
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, KIEV - Kementerian Pertahanan (Kemhan) Ukraina mengklaim Rusia telah kehilangan peralatan militer lebih dari 10 miliar dolar Amerika Serikat (AS) di Ukraina.
Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah pernyataan yang dirilis di Telegram.
"Karena interaksi pasukan (Ukraina) yang terkoordinasi, sejumlah besar peralatan Rusia dihancurkan. Rusia telah kehilangan peralatan militer senilai lebih dari 10 miliar dolar AS," kata kementerian tersebut.
Dikutip dari laman Ukrinform, Jumat (1/4/2022), 7 peralatan militer paling mahal yang diklaim hilang dari Rusia di Ukraina termasuk diantaranya tank T-90M senilai 3 juta dolar AS, sistem senjata rudal pertahanan udara Pantsir-S1 senilai hingga 15 juta dolar AS, helikopter Ka-52 senilai 16 juta dolar AS.
Kemudian pesawat angkut militer Il-76 senilai hingga 27 juta dolar AS, pesawat tempur Su-35S modern senilai 65 juta dolar AS, sistem rudal balistik jarak pendek seluler Iskander-M senilai 100 juta dolar AS, dan pendaratan besar kapal Saratov senilai lebih dari 100 juta dolar AS.
Baca juga: Muncul Larangan Impor, Ini Daftar Perusahaan yang Masih Beli Minyak Mentah Rusia
Sebelumnya dilaporkan bahwa sejak dimulainya invasi pada 24 Februari lalu hingga 1 April ini, Rusia kehilangan sekitar 17.700 tentara di Ukraina.
Rusia juga kehilangan 625 tank, 1.751 kendaraan tempur lapis baja, 316 sistem artileri, 96 sistem peluncuran roket ganda, 54 sistem pertahanan udara, 143 pesawat, 131 helikopter, 1.220 kendaraan dan 7 kapal.
Perlu diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi nasional negara itu pada 24 Februari lalu bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para Kepala Republik Donbass, ia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus ke Ukraina.
Operasi ini dilakukan untuk melindungi orang-orang 'yang telah mengalami pelecehan dan genosida oleh rezim Ukraina selama 8 tahun'.
Kendati demikian, pemimpin Rusia itu menekankan bahwa negaranya tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina.
Ia juga menekankan operasi tersebut ditujukan untuk 'denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina'.
Sementara itu, negara Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Rusia karena melakukan invasi ke Ukraina.
Penerapan sanksi ditujukan terhadap badan hukum maupun individu swasta Rusia.