Rusia Puji Sikap India, Tetap Netral Meski Didesak Barat untuk Minta Moskow Akhiri Perang Ukraina
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memuji India yang mengambil sikap tidak berpihak atau netral dalam perang di Ukraina, Jumat (1/4/2022).
Penulis: Rica Agustina
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memuji India yang mengambil sikap tidak berpihak atau netral dalam perang di Ukraina, Jumat (1/4/2022).
Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar dan Lavrov dalam sambutan pembukaan mereka, menggarisbawahi hubungan antara kedua negara telah menopang mereka melalui masa-masa sulit di masa lalu.
Jaishankar mengatakan India selalu mendukung penyelesaian perbedaan melalui dialog dan diplomasi dan menghindari mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
Lavrov memuji India karena menilai situasi secara keseluruhan, bukan hanya secara sepihak.
Lavrov menambahkan, sikap saling hormat dalam mencari keseimbangan hubungan akan menang di masa depan.
Baca juga: Pejabat AS Pergi ke Sejumlah Negara untuk Menambah Tekanan kepada Rusia
Baca juga: Ratusan Tentara Rusia Dikabarkan Membelot ke Ukraina untuk Melawan Vladimir Putin
Sementara itu, juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Ned Price mengatakan Washington mengharapkan India akan menggunakan hubungannya dengan Rusia untuk membantu mengakhiri perang di Ukraina, Kamis (31/3/2022).
"Negara yang berbeda akan memiliki hubungan mereka sendiri dengan Federasi Rusia. Ini fakta sejarah, ini fakta geografi. Itu bukan sesuatu yang ingin kami ubah," kata Price seperti dikutip AP News.
Dia mengatakan AS sedang mencari teman dan sekutunya untuk berbicara serempak dan lantang menentang invasi Rusia yang tidak beralasan dan terencana.
Hubungan Rusia-India
Pasokan suku cadang yang tidak terputus untuk peralatan militer Rusia di gudang senjata India, perdagangan dan pembayaran minyak dalam rubel, diperkirakan akan dibahas oleh Jaishankar dan Lavrov dalam pertemuan hari Jumat.
Seperti diketahui, hingga 60 persen peralatan pertahanan India berasal dari Rusia.
New Delhi pernah kesulitan saat menghadapi kebuntuan selama 2 tahun dengan China di sepanjang perbatasan mereka yang disengketakan, dengan puluhan ribu tentara dalam jarak tembak.
Dua puluh tentara India dan empat tentara China tewas dalam bentrokan pada tahun 2020.
Pada awal 1990-an, sekitar 70 persen senjata tentara India, 80 persen sistem angkatan udaranya, dan 85 persen platform angkatan lautnya berasal dari Soviet.
India sekarang mengurangi ketergantungannya pada senjata Rusia dan mendiversifikasi pengadaan pertahanannya, membeli lebih banyak dari negara-negara seperti AS, Israel, Prancis, dan Italia.
Baca juga: Inilah 2 Jenderal Ukraina yang Dipecat dan Tuding Pengkhianat oleh Presiden Zelensky
Baca juga: Lebih dari 20.000 Kendaraan Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Ukraina Sejak Perang Dimulai
Tetapi ketergantungan energi pada Rusia tetap menjadi faktor dalam hubungan kedua negara.
Bulan lalu, Indian Oil Corp yang dikelola negara membeli 3 juta barel minyak mentah dari Rusia untuk mengamankan kebutuhannya.
AS, Inggris, dan negara-negara Barat lainnya mendesak India untuk menghindari pembelian minyak dan gas Rusia.
Laporan media India mengatakan Rusia menawarkan diskon pembelian minyak 20 persen di bawah harga patokan global.
Lebih lanjut, Jaishankar, yang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss membela keputusan India, Kamis (31/3/2022).
Dia mengatakan angka Maret menunjukkan Eropa membeli 15 persen lebih banyak minyak dan gas dari Rusia daripada yang dilakukan pada Februari.
"Kami mendapatkan sebagian besar pasokan kami dari Timur Tengah. Di masa lalu, India membeli kurang dari 1 persen dari Rusia," katanya pada pertemuan Forum Masa Depan Strategis India-Inggris.
"Ketika harga minyak naik, wajar bagi negara-negara untuk pergi ke pasar dan mencari kesepakatan yang baik yang baik untuk orang-orang."
"Saya yakin kalau kita menunggu dua-tiga bulan dan melihat siapa pembeli besar, saya kira daftarnya tidak akan jauh berbeda. Saya menduga kami tidak akan berada di 10 besar dalam daftar itu."
Baca juga artikel lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Ca)