Ukraina Menyelidiki 4.684 Dugaan Kejahatan Perang yang Dilakukan Pasukan Rusia
Otoritas hukum Ukraina mengaku tengah menyelidiki 4.684 kasus dugaan kejahatan perang yang dilakukan pasukan Rusia selama invasi.
Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Arif Fajar Nasucha
TRIBUNNEWS.COM - Otoritas hukum Ukraina mengaku tengah menyelidiki 4.684 kasus dugaan kejahatan perang yang dilakukan pasukan Rusia selama invasi.
Penyelidikan ini dilakukan, menyusul laporan pembantaian warga sipil di Kota Bucha, dekat Ibu kota Kyiv, yang disebut dilakukan militer Rusia.
Dilansir The Guardian, berdasarkan angka yang dirilis kantor kejaksaan, total 4.684 potensi kejahatan perang terdaftar dalam penyelidikan pada Selasa (5/4/2022).
Angka itu bahkan bertambah hingga ratusan setiap harinya.
Diperkirakan, 167 anak-anak tewas akibat invasi Rusia, jelas badan ini.
Baca juga: Serangan Rudal Rusia Hantam Depot dan Pabrik Minyak di Wilayah Dnipropetrovsk
Baca juga: Warga Bucha Ungkap Kronologi Pasukan Rusia Membunuh Keluarganya, Dobrak Rumah Lalu Seret ke Trotoar
Jaksa Agung Ukraina, Iryna Venediktova menggambarkan kondisi sejumlah kota di sekitar Kyiv yang dibebaskan pasukan Rusia sebagai "wilayah yang disiksa dari neraka".
Ia bersumpah akan "menghukum orang-orang yang tidak manusiawi" pada konferensi pers di Bucha, Selasa lalu.
"Rusia akan bertanggung jawab atas Bucha di Den Haag (Pengadilan Kriminal Internasional)," tambahnya dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan.
"Jaksa dan penyidik sudah memeriksa daerah (wilayah Kyiv) dan mendokumentasikan kejahatan, sehingga setiap pelaku kekejaman ini dibawa ke pengadilan baik di pengadilan nasional maupun internasional," katanya.
Kantor kejaksaan Ukraina mengatakan, penyelidikan pra-persidangan telah dimulai di seluruh negeri, termasuk di wilayah Kyiv, Kharkiv, Sumy, Mykolaiv, Donetsk dan Luhansk.
"Kami sedang mengumpulkan bukti untuk pengadilan nasional dan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag. Pembuktian bukan lagi sekedar kejahatan perang, tetapi kejahatan terhadap kemanusiaan."
"Dan kami akan membuktikan setiap fakta untuk menghukum mereka yang menyiksa, mengejek, dan menghancurkan warga Ukraina," kata Venediktova.
Rusia diduga Siksa Tentara Wanita dan Warga Sipil
Menurut laporan CNN, lebih dari selusin tentara wanita Ukraina yang ditangkap pasukan Rusia menjadi sasaran penyiksaan di tahanan.
Hal ini diungkapkan seorang pejabat HAM Ukraina.
Sebanyak 15 wanita itu termasuk di antara 86 tentara yang dibebaskan pada Jumat dari tahanan Rusia.
Para tentara wanita ini dilaporkan ditelanjangi di hadapan pria, dipaksa berjongkok, memotong rambut, dan diinterogasi sebagai upaya mematahkan moral, kata Komisaris Parlemen Ukraina untuk Hak Asasi Manusia.
Sementara itu di Kota Borodianka, mayat warga sipil dengan tanda-tanda penyiksaan ditemukan di jalanan setelah pasukan Rusia mundur dari wilayah tersebut.
Satu jasad memiliki bekas tembakan di kepala, kata polisi dan warga setempat.
Rumah penduduk juga digeledah.
Borodianka, di pinggiran barat laut Kyiv, dilanda penembakan dan serangan udara yang intens sebelum diduduki oleh pasukan Rusia pada 28 Februari.
Penyerangan di Mariupol
Serangan udara Rusia dan pertempuran sengit berlanjut di Kota Mariupol yang terkepung, menurut informasi intelijen terbaru dari Kementerian Pertahanan Inggris pada Rabu.
"Pasukan Rusia telah mencegah akses kemanusiaan, kemungkinan akan menekan para pembela untuk menyerah," katanya.
Baca juga: Menlu Retno: 32 WNI Pilih Bertahan di Ukraina karena Alasan Pribadi
Baca juga: Beredar Foto-foto Tentara Muslim Ukraina Tetap Bela Negara Saat Puasa
Situasi di kota ini memburuk, karena sebagian besar penduduk tidak dapat mengakses listrik, layanan komunikasi, obat-obatan, pemanas, dan air.
Sebelumnya, Wali kota Vadym Boichenko pada Senin lalu mengatakan kota pelabuhan selatan itu "di ambang bencana kemanusiaan" dengan lebih dari 100.000 orang masih membutuhkan evakuasi.
Pejabat Ukraina mengecam militer Rusia karena memblokir bantuan kemanusiaan dan mengingkari janji untuk mengizinkan koridor evakuasi bagi warga sipil.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)