Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Shanghai Longgarkan Lockdown setelah Beredar Video Warga Kehabisan Makanan hingga Bobol Supermarket

Beberapa warga Shanghai, China, diizinkan keluar dari rumah mereka ketika pemerintah melonggarkan lockdown yang telah diberlakukan selama dua minggu.

Penulis: Rica Agustina
Editor: Tiara Shelavie
zoom-in Shanghai Longgarkan Lockdown setelah Beredar Video Warga Kehabisan Makanan hingga Bobol Supermarket
Hector RETAMAL / AFP
Pekerja melepas alat pelindung mereka di sebelah pintu masuk lingkungan selama tahap kedua penguncian pandemi di distrik Jing'an di Shanghai pada 5 April 2022. 

TRIBUNNEWS.COM - Beberapa warga Shanghai, China, diizinkan keluar dari rumah mereka ketika pemerintah melonggarkan penguncian (lockdown) yang telah diberlakukan selama dua minggu.

Belum diketahui berapa jumlah orang yang diizinkan keluar rumah.

Tetapi warga Shanghai yang belum pernah terinfeksi virus Corona (Covid-19) selama setidaknya dua minggu akan diizinkan pergi mulai Selasa (12/4/2022).

Dikatakan mereka bisa pergi ke daerah lain yang tidak memiliki kasus baru selama waktu itu.

Pemerintah mengatakan beberapa pasar dan apotek juga akan dibuka kembali.

Baca juga: Covid-19 di Shanghai: 11 Ribu Pasien Dipulangkan saat Penguncian Hampir Memasuki Pekan Ketiga

Pemberlakukan lockdown secara mendadak yang membuat sebagian besar bisnis terhenti dan mengharuskan orang-orang untuk tinggal di rumah, telah memicu kemaran publik karena kurangnya akses ke makanan atau obat-obatan dan tidak dapat merawat kerabat lanjut usia yang tinggal sendirian.

Orang-orang yang dites positif terkena virus telah dipaksa ke fasilitas karantina yang dikritik oleh beberapa orang sebagai tempat yang ramai dan tidak sehat.

Berita Rekomendasi

Pemerintah membagikan paket sayuran dan makanan lainnya selama beberapa hari setidaknya dua kali ke beberapa rumah tangga.

Namun beberapa mengatakan mereka tidak menerima apa-apa.

Sebuah video yang beredar di media sosial pada hari Sabtu menunjukkan orang-orang di distrik Songjiang membobol supermarket dan membawa pergi stok makanan.

Baca juga: Bisa Tingkatkan Risiko Penyebaran Virus, Pemerintah Larang Warga Shanghai Bernyanyi saat Malam Hari

Video lain menunjukkan orang-orang mengacungkan tinju mereka ke udara di depan pegawai pemerintah yang mengenakan pakaian pelindung.

Video ketiga menunjukkan penghuni apartemen yang dilarang pergi ke luar, meneriakkan permohonan bantuan ke luar jendela mereka.

AP News tidak dapat menemukan sumber video atau memverifikasi kapan dan di mana video tersebut diambil.

Video supermarket itu diberi label dengan nomor akun dari layanan media sosial populer China, Sina Weibo, tetapi video itu tidak muncul di akun itu.

Seperti diketahui, partai yang berkuasa mengharuskan operator media sosial China untuk menegakkan sensor dan menghapus video dan unggahan lain tentang topik yang dilarang.

Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri berjalan di jalan utama selama tahap kedua penguncian pandemi Covid-19 di distrik Jing'an, Shanghai pada 6 April 2022.
Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri berjalan di jalan utama selama tahap kedua penguncian pandemi Covid-19 di distrik Jing'an, Shanghai pada 6 April 2022. (Hector RETAMAL / AFP)

Media sosial dan papan buletin online dipenuhi dengan keluhan tentang penutupan Shanghai dan permintaan untuk makanan atau obat-obatan.

Tidak jelas berapa banyak video yang mungkin telah dihapus.

Keluhan tentang kekurangan makanan dimulai setelah Shanghai memberlakukan lockdown pada 28 Maret 2022.

Tingkat keparahan yang tidak biasa dari lockdown di Shanghai tampaknya didorong oleh politik dan juga oleh masalah kesehatan masyarakat.

Perjuangan di kota terkaya di China itu secara politik mencoreng Presiden Xi Jinping yang diperkirakan akan memberikan dirinya masa jabatan lima tahun ketiga sebagai pemimpin Partai Komunis yang berkuasa.

Baca juga: Shanghai Perpanjang Lockdown, Warga Kesulitan Dapatkan Makanan dan Air

Jumlah kasus di China relatif rendah, tetapi partai yang berkuasa menerapkan strategi "tanpa toleransi" yang telah menangguhkan akses ke kota-kota besar untuk mengisolasi setiap orang yang terinfeksi.

Beberapa pejabat lokal dipecat setelah dituduh gagal bertindak cukup agresif.

Pemerintah melaporkan 24.659 kasus baru hingga Senin tengah malam, termasuk 23.387 tanpa gejala.

Itu termasuk 23.346 di Shanghai, hanya 998 di antaranya memiliki gejala.

Di Shanghai, teridentifikasi lebih dari 200.000 kasus tetapi tidak ada kematian yang dilaporkan dalam gelombang infeksi terbaru.

Baca juga artikel lain terkait Virus Corona

(Tribunnews.com/Ca)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas