Tak Menyesal Serang Ukraina, Putin Sebut Pertumpahan Darah akan Berlanjut sampai Tujuan Tercapai
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut pertumpahan darah akan berlanjut di Ukraina sampai tujuannya tercapai.
Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya buka-bukaan mengenai keputusannya menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.
Menurut Putin, keputusan untuk menyerang Ukraina adalah pilihan yang tepat.
Ia juga menyebut pertumpahan darah akan terus berlanjut sampai tujuan Rusia tercapai.
Hal ini disampaikan Putin saat menemui sekutunya, Presiden Belarus Alexander Lukashenko pada Selasa (12/4/2022).
Baca juga: UPDATE 11 Peristiwa Perang Rusia-Ukraina, Putin Sebut Ukraina Menyimpang dari Kesepakatan
Baca juga: Bertemu Langsung dengan Putin, Pemimpin Austria Mengaku Telah Bicara Tegas Soal Ukraina
Putin pun mengaku tak menyesal telah menyerang Ukraina meski mendapat beragam sanksi dari negara Barat.
Menurutnya, keputusan menyerang Ukraina adalah langkahnya untuk memastikan keamanan Rusia sendiri.
"Jelas bahwa kami tidak punya pilihan. Itu adalah keputusan yang tepat. Kami kembali ke situasi buntu bagi kami," kata Putin, dikutip dari Sky News, Rabu (13/4/2022).
Tuduhan Gunakan Senjata Kimia
Di sisi lain, Ukraina menuduh Rusia menggunakan senjata kimia di kota pelabuhan Mariupol setelah ada laporan warga sipil yang mengalami gangguan pernapasan.
Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) menyatakan keprihatinnya tentang laporan penggunaan senjata kimia itu.
Pihaknya juga menegaskan akan memantau situasi dengan lebih teliti.
"Sekretariat prihatin dengan laporan yang belum dikonfirmasi baru-baru ini tentang penggunaan senjata kimia di Mariupol, yang telah dimuat di media selama 24 jam terakhir," kata seorang pengawas dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Serangan Siber Rusia Berusaha Matikan Jaringan Energi Ukraina
Baca juga: Rusia Klaim Lebih dari 1.000 Tentara Ukraina Menyerah di Mariupol, Termasuk 47 Tentara Wanita
"Ini mengikuti laporan di media selama beberapa minggu terakhir tentang penembakan yang ditargetkan pada pabrik kimia yang terletak di Ukraina, bersama dengan tuduhan yang dilontarkan oleh kedua belah pihak seputar kemungkinan penyalahgunaan bahan kimia beracun," tambahnya.
Selain itu, Anggota Parlemen Ukraina Ivanna Klympush menuntut blokade penuh terhadap semua bahan bakar dari Rusia setelah "zat tak dikenal" terdeteksi di kota Mariupol.
"Korban mengalami gagal napas. Kemungkinan besar senjata kimia!" ujarnya dalam sebuah cuitan pada hari Senin.
"Ini adalah garis merah yang harus menghancurkan ekonomi despotisme. Kami menuntut embargo penuh semua bahan bakar dari #RU & senjata berat 2UA sekarang!
PBB Selidiki Dugaan Kejahatan Perang
Sementara, PBB telah menuntut penyelidikan independen atas dugaan pemerkosaan dan kekerasan seksual yang dilakukan pasukan Rusia.
Pejabat senior PBB Sima Bahous mengatakan, penyelidikan harus dilakukan untuk memastikan keadilan saat pasukan Rusia terus mengepung Ukraina.
"Kombinasi perpindahan massal dengan kehadiran besar wajib militer dan tentara bayaran, dan kebrutalan yang ditampilkan terhadap warga sipil Ukraina, telah menaikkan semua bendera merah," katanya kepada dewan Keamanan PBB pada hari Senin.
Menanggapi dugaan itu, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy membantahnya.
Ia menuduh Ukraina dan negara barat memiliki niat yang jelas untuk menampilkan tentara Rusia sebagai sadis dan pemerkosa.
"Tidak ada bukti meyakinkan yang diajukan untuk salah satu dari kejahatan ini," katanya, menambahkan "dapat dimengerti bahwa Anda telah menginjak-injak asas praduga tak bersalah sejak lama," ujar Dmitry.
(Tribunnews.com/Maliana)